Ditulis oleh Tim Konten Medis
Kanker rahim adalah jenis kanker ginekologi yang ditandai dengan pertumbuhan sel karsinoma di dalam rahim. Gejalanya meliputi nyeri perut, perdarahan pervaginam yang tak normal, keputihan, dan perut yang membesar.
Sebanyak 95% kasus kanker rahim terjadi karena infeksi HPV yang tidak sembuh dan tidak diobati.
Di seluruh dunia, kanker rahim adalah jenis kanker keempat yang paling sering ditemui pada wanita. Hal ini dengan jumlah kasus baru mencapai 604.000 pada tahun 2020. Di tahun 2023 ini, diperkirakan lebih dari 900 wanita terdiagnosis kanker rahim dengan usia rata-rata 50 tahun. Yuk, kenali lebih jauh mengenai kanker rahim!
Apa Itu Kanker Rahim?
Kanker rahim adalah penyakit yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel-sel abnormal pada lapisan leher rahim. Jenis kanker serviks yang paling umum (hingga 9 dari 10) adalah karsinoma sel skuamosa. Karsinoma sel skuamosa paling sering dimulai pada zona transfromasi, yaitu tempat pembukaan leher rahim (endoserviks) dengan bagian luar serviks (eksoserviks). Sedangkan, adenokarsinoma lebih jarang terjadi, hanya sekitar 25% dari keseluruhan kasus kanker rahim dan lebih sulit didiagnosis. Adenokarsinoma adalah kanker yang berkembang dari sel kelenjar di bagian endoserviks.
Baca Juga: Mengenal Pemeriksaan Ginekologi yang Penting untuk Kesehatan Organ Reproduksi
Penyebab Kanker Rahim
Penyebab utama kanker rahim adalah adanya mutasi generik sel-sel normal di dalam jaringan. Namun, penyebab dari mutasi ini belum diketahui secara pasti. Adapun kebanyakan kasus kanker rahim diidentifikasi akibat infeksi human papillomavirus (HPV).
Hampir semua orang yang aktif secara seksual akan terinfeksi HPV. Diketahui 95% kasus kanker rahim disebabkan oleh infeksi HPV yang persisten dan tidak diobati. Infeksi HPV yang berlangsung bertahun-tahun dapat menyebabkan perubahan pada sel serviks sehingga menimbulkan lesi prakanker.
Faktor Risiko Kanker Rahim
Bukan hanya karena infeksi HPV, ada juga beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kanker rahim, termasuk:
1. Kebiasaan Merokok
Perokok aktif maupun pasif memiliki risiko tinggi terkena kanker rahim. Risikonya akan meningkat seiring dengan intensitas merokok atau terpapar asap rokok.
2. Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah
Infeksi HPV cenderung menetap dan berkembang pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Maka dari itu, seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih mudah terserang kanker rahim atau penyakit lainnya.
3. Faktor Reproduksi
Penggunaan pil KB atau melahirkan anak dalam jumlah banyak sering dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker rahim. Namun, hal ini masih belum dipastikan lebih lanjut.
4. Obesitas
Skrining kanker rahim pada penderita obesitas cenderung lebih sulit. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya deteksi prakanker dan risiko kanker yang lebih tinggi.
Baca juga: Penyebab Kanker Ovarium dan Pengobatannya
Gejala Kanker Rahim
Perubahan prakanker pada sel serviks jarang menimbulkan gejala. Jika ingin memastikan, Anda bisa pergi ke dokter dan melakukan tes skrining serviks. Namun, ada beberapa gejala umum kanker rahim meliputi:
- Pendarahan vagina di antara periode menstruasi
- Pendarahan menstruasi lebih lama atau lebih berat dari biasanya
- Nyeri saat melakukan hubungan intim
- Pendarahan setelah berhubungan intim
- Nyeri pada panggul
- Perubahan warna pada keputihan
- Pendarahan vagina setelah masa menopause
Vaksin HPV adalah metode yang aman dan efektif untuk mencegah kanker rahim.
Diagnosis Kanker Rahim
Kanker rahim dapat didiagnosis dengan pengujian beberapa tes. Dokter akan mempertimbangkan beberapa faktor ketika memilih tes diagnostik, seperti jenis kanker, tanda dan gejala, usia penderita, kesehatan secara umum, serta hasil tes kesehatan sebelumnya. Inilah daftar tes yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit kanker rahim:
1. Tes PAP
Uji Pap Smear dilakukan dengan cara mengikis bagian luar dan dalam serviks guna mengambil sampel sel untuk diuji. Tes yang telah diperbaharui lebih memudahkan dokter untuk menemukan sel kanker pada rahim. Lapisan tipis sel yang telah dipisahkan akan dipindai dengan menggunakan pemeriksaan komputer atau sering disebut AutoPap/FocalPap.
Baca Juga: Kanker Penis – Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya
2. Kolposkopi
Kolposkopi merupakan alat khusus yang digunakan untuk membantu biopsi serviks. Kolposkop akan memperbesar sel-sel serviks dan vagina guna memberikan gambaran jelas terkait jaringan yang ada di dalam. Kolposkopi tidak dimasukkan ke dalam tubuh sehingga tidak memiliki efek samping dan aman dilakukan selama kehamilan.
3. Biopsi
Biopsi merupakan metode pengambilan sejumlah kecil jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop. Ahli patologi dapat menafsirkan hasil yang ada dan mengevaluasi sel, jaringan, serta organ untuk mendiagnosis penyakit. Jika kemungkinan penyakit dapat datang kembali, dokter mungkin akan menghilangkan seluruh organ yang terinfeksi.
4. MRI
MRI (magnetic resonance imaging) digunakan untuk mengukur ukuran tumor yang berkembang di dalam tubuh menggunakan medan magnet. Pewarna khusus disuntikkan ke pembuluh darah penderita guna memindai untuk hasil gambar yang lebih jelas.
Baca juga: Mengenal Kanker Vulva: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi
Cara Mengatasi Kanker Rahim
Pengobatan kanker rahim tergantung pada stadium penyakit yang diderita. Bila penyakit masih dini dengan ukuran tumor kurang dari 4 cm, pengobatan yang dilakukan adalah pembedahan dan terapi kemoradiasi. Jika tumor lebih dari 4 cm, maka dilakukan biopsi atau histerektomi (operasi pengangkatan rahim).
Penyakit kanker rahim stadium lanjut akan dilakukan pengobatan kombinasi, yaitu terapi radiasi dan kemoterapi. Terakhir, penyakit metastasis, pengobatan dilakukan dengan kemoterapi atau perawatan paliatif.
Cara Mencegah Kanker Rahim
Hampir semua jenis kanker rahim dapat dicegah dengan vaksinasi HPV, skrining kanker rahim secara rutin, dan pengobatan lanjutan yang tepat. Berikut adalah tiga cara pencegahan kanker rahim yang dapat dilakukan:
1. Vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV merupakan cara yang aman dan efektif untuk membantu mencegah kanker rahim. Menurut The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan vaksinasi HPV secara rutin pada usia 11-12 tahun, 26-27 tahun, dan 45 tahun.
2. Skrining Kanker Rahim
Cara mendeteksi kanker rahim bisa dilakukan melalui tes HPV dan tes sitologi atau PAP. Tes ini berguna untuk menemukan infeksi HPV dan perubahan sel abnormal pada jaringan tubuh. Tes skrining dapat dilakukan secara teratur sejak usia 20-an.
3. Kondom
Kondom merupakan alat pelindung yang dapat digunakan untuk mencegah beberapa penyakit menular seksual, salah satunya HPV. Namun, kondom tidak sepenuhnya mencegah dan masih mungkin terjadi di area yang tidak terjangkau oleh kondom.
Baca Juga: Bentuk Kisa yang Keluar Saat Haid, Kenali Ciri-Cirinya
Pengobatan Kanker Rahim ke Dokter
Saat mengalami gejala yang mengkhawatirkan terkait kanker rahim, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Gejala-gejala tersebut termasuk perdarahan tidak normal dari vagina, terutama setelah menopause atau di antara periode menstruasi, nyeri panggul yang tidak biasa atau nyeri saat berhubungan seksual, serta keluarnya cairan vagina yang berbau atau berwarna tidak biasa.
Jika penyakit rahim telah menyerang Anda, segera berkonsultasi dengan Ciputra Hospital terdekat. Di sana, Anda bisa mendapatkan penanganan yang sesuai. Ciputra Hospital menawarkan layanan kesehatan lengkap, mulai dari konsultasi dengan dokter kandungan hingga Medical Check Up (MCU). Anda dapat memeriksa jadwal dokter di Ciputra Hospital dan membuat janji dengan mudah dan cepat melalui layanan WhatsApp.
Telah direview oleh dr Lia Tanoto
Source:
- American Cancer Society. What Is Cervical Cancer?. Diakses 2024.
- WHO. Cervical Cancer. Diakses 2024.