Ditulis oleh Tim Konten Medis
Penyakit tifus (typhus) adalah gangguan kesehatan yang terjadi akibat infeksi bakteri Rickettsia atau Orientia yang menular melalui gigitan serangga, tungau, atau kutu. Kondisi ini menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nyeri otot, hingga muncul ruam pada kulit.
Tifus terjadi akibat penularan bakteri dari gigitan kutu, tungau, kutu busuk, atau caplak.
Banyak orang menganggap bahwa penyakit tifus dan tipes merupakan kondisi yang sama. Padahal, penyebab penyakit keduanya adalah bakteri yang berbeda.
Penyakit tifus biasanya menular melalui gigitan tungau atau serangga. Tanda dan gejala yang paling umum berupa ruam yang berwarna merah muda dan memudar saat Anda menekan kulit.
Apa Itu Tifus?
Tifus adalah istilah umum yang menggambarkan sekelompok infeksi bakteri langka yang dapat ditularkan melalui gigitan serangga atau kutu. Penyakit ini cenderung jarang terjadi tetapi bisa menimbulkan gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Seseorang berisiko tinggi mengalami penyakit tifus apabila mengalami kondisi, sebagai berikut:
- Bepergian ke daerah dengan kasus tifus tinggi
- Menghabiskan waktu lama di tempat ramai
- Melakukan kontak dekat atau langsung dengan hewan pengerat
- Tidak menjaga kebersihan diri
- Tertular kutu badan dari orang lain
- Pernah mendaki atau berkemah di daerah yang memiliki semak belukar tinggi
Penyakit tifus dapat menyerang siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Namun, penyakit ini lebih sering menyerang orang dengan sistem imun lemah. Anda dapat mengatasi penyakit tifus dengan pengobatan medis yang direkomendasikan oleh dokter.
Baca juga: Waspadai Penyebab Tubuh Cepat Lelah
Penyebab Tifus
Tifus cenderung tidak menular dari orang ke orang, seperti pilek atau flu. Penyakit ini disebabkan oleh jenis bakteri yang berbeda, antara lain:
1. Tifus Epidemik
Tifus epidemik disebabkan oleh bakteri bernama Rickettsia prowazekii yang ditularkan melalui kutu badan. Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Biasanya, tifus epidemik menyerang wilayah dengan populasi tinggi dan akses sanitasi yang buruk. Hal ini dapat meningkatkan penularan bakteri dengan cepat.
2. Tifus Endemik
Tifus endemik atau tifus murine adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri Rickettsia typhi yang dibawa oleh kutu tikus atau kutu kucing. Sama halnya dengan tifus epidemik, penyakit ini sering ditemukan pada daerah ramai penduduk.
Bahkan, tifus endemik dapat menyerang seseorang yang melakukan kontak dekat dengan tikus atau kucing yang terinfeksi. Anda dapat mencegah penyakit ini dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
3. Tifus Scrub
Jenis tifus ini terjadi karena adanya infeksi bakteri Orientia tsutsugamushi akibat penularan dari tungau pada tahap larva. Tifus scrub lebih banyak ditemukan di Asia, Australia, Papua Nugini, dan Kepulauan Pasifik.
Berdasarkan jenis bakterinya, penyakit ini memiliki sebutan gangguan tsutsugamushi. Biasanya, bakteri ini berada di sprei tempat tidur yang jarang dibersihkan.
Baca Juga: Bagaimanakah Cara Bakteri Menimbulkan Penyakit? Ketahui Infeksi Bakteri dan Lama Waktu Sembuh
Gejala Tifus
Semua jenis penyakit tifus dapat berlangsung selama 10-14 hari setelah terinfeksi bakteri. Namun, penyakit ini memiliki gejala yang berbeda-beda tergantung dari jenisnya.
Gejala umum yang bisa terjadi pada penderita, sebagai berikut:
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Demam tinggi
- Tubuh mengalami panas dingin
- Muncul ruam
Gejala tifus epidemik biasanya muncul secara tiba-tiba dengan tanda-tanda, mulai dari merasa bingung, tekanan darah rendah, hingga hilang kesadaran. Keluhan ini hampir serupa dengan tifus endemik.
Meskipun begitu, tifus endemik cenderung tidak terlalu parah yang dapat menimbulkan batuk kering, mual, muntah, dan diare. Anda perlu mewaspadai pembengkakan kelenjar getah bening karena menjadi pertanda adanya infeksi tifus scrub.
Diagnosis Penyakit Tifus
Dokter dapat melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui jenis bakteri tifus yang menyerang tubuh penderita. Selain itu, Anda juga bisa memberi tahu dokter seputar gejala dan beberapa kondisi, seperti:
- Bertempat tinggal di lingkungan ramai penduduk
- Mengetahui adanya wabah tifus di lingkungan tempat tinggal
- Pernah bepergian ke daerah dengan kasus tifus tinggi
Perlu diketahui bahwa diagnosis penyakit tifus cenderung sulit dilakukan karena gejalanya mirip dengan infeksi menular lainnya, termasuk demam berdarah, malaria, dan brucellosis. Oleh sebab itu, dokter membutuhkan pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi infeksi penyakit secara akurat.
Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan tes diagnostik untuk mengetahui keberadaan bakteri tifus, antara lain:
- Biopsi kulit: Menggunakan sampel kulit dari ruam, lalu dokter akan mengujinya di laboratorium.
- Western blot: Mampu mengidentifikasi adanya penyakit tifus di tubuh penderita.
- Tes imunofluoresensi: Tes ini menggunakan pewarna fluoresen untuk mendeteksi antigen tifus dalam sampel darah.
Baca Juga: Waspadai Bakteri Pemakan Daging: Gejala dan Pengobatan
Komplikasi Tifus
Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, penyakit tifus bisa meningkatkan risiko komplikasi serius hingga mengancam nyawa. Berikut beberapa komplikasi yang dapat terjadi:
- Peradangan otak dan sumsum tulang belakang
- Pembesaran limpa
- Peradangan pada otot dan katup jantung
- Pendarahan di dalam
- Kerusakan ginjal dan hati
- Tekanan darah rendah
- Radang paru-paru
- Syok septik
Cara Mengatasi Tifus
Salah satu cara mengatasi penyakit tifus adalah dengan pengobatan antibiotik. Pengobatan ini terbukti efektif untuk melawan berbagai jenis infeksi bakteri. Berikut ini jenis antibiotik yang bisa Anda gunakan:
1. Antibiotik Doksisiklin
Dokter dapat mengobati berbagai infeksi yang terjadi akibat jenis bakteri tertentu, seperti Rickettsia typhi dengan pemberian doksisiklin. Jenis obat ini tersedia dalam bentuk kapsul, tablet, dan cairan (suspensi) sesuai anjuran dokter.
Umumnya, dosis obat antibiotik doksisiklin berkisar 1-2 kali dalam sehari. Obat ini memiliki efek samping berupa mual, muntah, dan menurunnya nafsu makan.
2. Antibiotik Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah jenis antibiotik yang dapat mencegah pertumbuhan dan penyebaran bakteri. Obat ini tersedia dalam berbagai macam bentuk, mulai dari pil, krim, hingga suntikan.
Tetrasiklin dapat bekerja dengan baik apabila Anda mengonsumsinya saat perut kosong atau sebelum makan. Umumnya, jenis obat ini menimbulkan efek samping pada sistem pencernaan, seperti perut tidak nyaman, diare, dan mual.
3. Antibiotik Kloramfenikol
Dokter dapat meresepkan obat kloramfenikol untuk meredakan gejala penyakit tifus. Obat ini termasuk dalam golongan antimikroba yang dapat menghambat sintesis protein.
Pemberian kloramfenikol dapat berupa suntikan atau kapsul oral. Anda dapat mengonsumsi obat ini sesuai dengan anjuran dari dokter untuk mencegah efek samping yang terjadi.
Baca Juga: Penyakit Sifilis Akibat Infeksi Bakteri Treponema Pallidum
Cara Mencegah Tifus
Ada sejumlah cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah terjadinya penyakit tifus, antara lain:
- Menjaga kebersihan diri
- Mengendalikan populasi hewan pengerat, seperti tikus
- Hindari bepergian ke daerah dengan kasus tifus tinggi
- Gunakan pengusir kutu, tungau, dan serangga
- Lakukan pemeriksaan kutu secara rutin
- Memakai pakaian pelindung apabila bepergian ke daerah yang sering terjadi wabah tifus
Pengobatan Tipes Ke Dokter
Apabila gejala penyakit tifus yang dirasakan tidak kunjung membaik setelah dilakukan perawatan rumahan dan bahkan semakin parah, sebaiknya segera berkonsultasi pada dokter. Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan.
Yuk, jaga kesehatan tubuh dengan rutin melakukan medical check up di Ciputra Hospital. Anda juga bisa konsultasi dan buat janji dengan dokter di Ciputra Hospital terdekat.
Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) selengkapnya sekarang juga.
Telah direview oleh Dr Sony Prabowo, MARS
Source:
- Healthline. Typhus. Juli 2024.
- Medical News Today. What to Know About Typhus. Juli 2024.
- WebMD. Typhus. Juli 2024.