Ditulis oleh Tim Konten Medis
Narkolepsi adalah penyakit tidur kronis yang tidak dapat disembuhkan. Faktor penyebab narkolepsi bisa dikarenakan masalah sistem kekebalan tubuh, faktor genetik, dan paparan virus flu jenis tertentu. Pengobatan untuk kondisi ini biasanya dengan cara pemberian obat anti depresan sesuai dengan resep dokter.
Gangguan tidur ini menyebabkan seseorang mengalami rasa kantuk yang berlebihan saat siang hari.
Halusinasi, kelumpuhan tidur, dan katapleksi adalah gejala dari narkolepsi. Secara umum, kondisi ini memiliki dua jenis yang dilihat berdasarkan ada dan tidaknya katapleksi. Namun, belum ada obat untuk menghilangkan gejala sepenuhnya.
Apa Itu Narkolepsi?
Narkolepsi adalah penyakit gangguan tidur yang membuat seseorang sangat mengantuk di siang hari. Penderita narkolepsi merasa sulit terjaga dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan masalah pada aktivitas sehari-hari.
Penderita narkolepsi tiba-tiba tertidur yang disertai dengan hilangnya otot tonus atau dikenal sebagai katapleksi (cataplexy). Kondisi ini dipicu oleh emosi yang kuat seperti tertawa.
Sayangnya, kondisi narkolepsi belum ditemukan obatnya dan penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, terapi obat dan gaya hidup sehat dapat membantu mengelola gejala yang timbul akibat narkolepsi.
Selain itu, dukungan sosial dari keluarga, teman, rekan kerja, dan atasan juga sangat penting bagi penderita narkolepsi untuk mengatasi gangguan ini.
Penderita narkolepsi memiliki proses tidur yang berbeda dari orang normal. Dalam proses tidur, terdapat dua jenis fase yang disebut sebagai fase REM (Rapid Eye Movement) dan fase non-REM.
Baca Juga: Mengenal Cara Mengatasi Insomnia Tanpa Obat
1. Fase Non-REM
Fase Non-REM mengalami tiga tahap dan berlangsung sekitar 5 sampai 15 menit. Berikut adalah tiga tahapnya:
- Tahap Pertama, mata sudah tertutup dan sulit untuk dibangunkan
- Masuk tahap kedua, tubuh mulai siap mengalami tahap tidur nyenyak sehingga detak jantung melambat dan turunnya suhu tubuh.
- Saat sudah pada tahap Ketiga, seseorang sangat sulit untuk dibangunkan. Jika terbangun, maka akan merasa linglung beberapa menit.
2. Fase REM
Seseorang mengalami fase REM selama 90 menit. Biasanya, fase ini ditandai dengan detak jantung dan napas yang cepat serta fase REM yang bergantian dengan fase non-REM.
Pada tahap pertama, fase REM berlangsung selama 10 menit kemudian akan terus bertambah sampai tahap terakhir dan dapat terjadi selama satu jam.
Gejala narkolepsi timbul karena proses tidur penderita tidak langsung memasuki fase REM, maupun bersiap untuk tidur atau terbangun dan sedang beraktivitas.
Jenis Narkolepsi
Perlu Anda ketahui, terdapat dua jenis narkolepsi, yaitu:
1. Narkolepsi Tipe 1 (NT1)
Kondisi ini saling berhubungan dengan gejala katapleksi, yaitu hilangnya tonus otot secara tiba-tiba. NT1 dapat mendiagnosis seseorang yang memiliki kadar hipokretin yang rendah.
Hipokretin adalah zat kimia yang memiliki peran penting dalam mengatur kondisi tidur. Akan tetapi, tidak semua orang yang mengalami episode katapleksi dapat didiagnosis dengan NT1.
2. Narkolepsi Tipe 2 (NT2)
Kondisi Narkolepsi tipe 2 memiliki banyak kesamaan dengan penderita NT1 tetapi mereka tidak memiliki katapleksi atau kadar hipokretin rendah. Bahkan, gangguan tidur juga memiliki gejala yang hampir sama dengan NT2 sehingga sulit untuk dilakukan diagnosis.
Baca juga: Mengenal Ketindihan (Sleep Paralysis) dalam Dunia Medis
Penyebab Narkolepsi
Sampai saat ini, penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Banyak kasus yang menduga bahwa gangguan ini disebabkan oleh rendahnya zat kimia otak, yaitu hypocretin (orexin) yang membantu proses tidur seseorang.
Namun, narkolepsi juga bisa dipicu oleh beberapa faktor, seperti:
1. Masalah Sistem Kekebalan Tubuh
Seseorang dengan kadar hipokretin rendah akan berisiko mengalami kondisi ini. Orang dengan usia dimulai antara 10 dan 30 tahun juga lebih berisiko.
Akan tetapi, penyebab hilangnya sel-sel penghasil hipokretin di otak belum diketahui secara pasti. Para ahli berpendapat hal itu disebabkan oleh reaksi autoimun, yaitu sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel-sel sehat di dalam tubuh.
2. Faktor Genetik
Para ahli berpendapat kemungkinan besar faktor genetik menjadi salah satu penyebab dari narkolepsi. Jika anggota keluarga Anda ada yang mengidap narkolepsi maka risiko Anda terkena gangguan ini 20 hingga 40 kali lebih rentan. Namun, gangguan ini memiliki risiko sangat rendah jika diturunkan kepada anaknya, hanya sekitar 1% sampai 2% saja.
Penderita narkolepsi mungkin terlihat seperti seseorang yang malas, tidak bersemangat, atau lesu.
3. Paparan Virus Flu Babi (H1N1)
Dikutip dari Mayo Clinic, terdapat penelitian menyebutkan beberapa kasus narkolepsi mungkin berhubungan dengan paparan virus flu babi (flu H1N1) yang terkait dengan bentuk vaksin H1N1 tertentu yang diberikan di Eropa.
Penelitian tersebut dirancang untuk menemukan hubungan antara vaksin flu, yaitu vaksin Pandemrix yang digunakan untuk mengatasi epidemi flu babi sekitar tahun 2009 hingga 2010, serta narkolepsi pada anak-anak. Walaupun begitu, risiko terjadinya narkolepsi sangat rendah setelah mendapatkan dosis vaksin, hanya sekitar 1 dalam 52.000.
Gejala Narkolepsi
Pada beberapa tahun pertama, gejala narkolepsi mungkin bertambah buruk hingga berlanjut seumur hidup. Artinya, penderita narkolepsi mengalami rasa ngantuk yang luar biasa pada siang hari sehingga dapat tidur di mana dan kapan saja.
Dengan begitu, gejala narkolepsi termasuk:
1. Rasa Mengantuk Secara Berlebihan
Gejala awal narkolepsi adalah rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari. Penderita narkolepsi dapat tertidur secara tiba-tiba dan tanpa disadari.
Hal ini dapat terjadi saat seseorang merasa bosan dan lelah ketika mengerjakan tugas, sedang bekerja, atau berbicara dengan teman. Tiba-tiba saja, rasa mengantuk itu muncul dan penderita narkolepsi akhirnya terlelap tanpa bisa mengendalikannya.
Narkolepsi sangat berbahaya terutama bagi Anda yang sedang mengemudi. Gejala ini berlangsung beberapa menit hingga setengah jam. Setelah terbangun, Anda akan merasa segar tetapi kemudian kembali mengantuk.
Beberapa penderita narkolepsi yang mengalami “serangan tidur” tidak mengingat dengan baik apa yang sedang dilakukan. Ketika bangun, Anda tidak dapat mengingat dengan baik apa yang sedang dilakukan. Oleh karena itu, rasa mengantuk dari gejala ini menyebabkan penurunan kewaspadaan sehingga Anda sulit fokus dalam beraktivitas.
2. Hilangnya Otot Tonus (Katapleksi)
Gejala narkolepsi ditandai dengan hilang otot tonus secara tiba-tiba atau disebut dengan katapleksi. Kondisi ini mengakibatkan penderita berbicara tidak jelas karena sebagian ototnya melemah dan berlangsung hingga beberapa menit.
Katapleksi tidak dapat dikontrol, biasanya dipicu oleh emosi yang kuat. Misalnya, tertawa atau rasa gembira yang menyebabkan gejala narkolepsi. Saat Anda tertawa, mungkin kepala Anda akan tertunduk tanpa kendali karena efek dari rasa ngantuk.
Penting bagi penderita untuk selalu berhati-hati saat menghadapi emosi yang meliputi rasa takut, terkejut, atau marah. Hal ini karena gejala narkolepsi dapat menyebabkan kehilangan keseimbangan dan akhirnya menyebabkan terjatuh karena otot menjadi lemas.
Hanya saja, dalam beberapa kasus orang mengalami 1-2 kejadian katapleksi dalam satu tahun. Penderita lainnya memiliki beberapa episode dalam satu akhir. Bahkan, tidak semua penderita narkolepsi mengalami gejala yang sudah disebutkan di atas.
3. Mengalami Kelumpuhan Tidur
Seringkali, penderita narkolepsi tidak dapat bergerak atau berbicara saat tertidur atau bangun tidur. Kondisi ini dinamakan kelumpuhan tidur dan terjadi secara singkat selama beberapa detik hingga menit.
Tentu, kelumpuhan tidur menjadi gejala yang menakutkan karena Anda menyadari dan mengingat kembali apa yang sedang terjadi. Namun, tidak semua yang mengalami kelumpuhan tidur adalah penderita narkolepsi.
4. Halusinasi
Ketika Anda mengalami kelumpuhan tidur, terkadang Anda akan melihat hal-hal yang sebenarnya tidak nyata. Bisa dibilang Anda sedang mengalami halusinasi. Bahkan, Anda juga bisa mengalami halusinasi tanpa adanya gejala kelumpuhan tidur.
Halusinasi terbagi jadi dua jenis, yaitu halusinasi hipnagogik jika terjadi saat tertidur dan halusinasi hipnopompik jika terjadi saat bangun tidur.
Misalnya saja, Anda melihat orang asing di dalam kamar. Seolah-olah halusinasi terlihat jelas dan kerap menakutkan karena belum sepenuhnya tertidur.
Baca Juga: Ini 3 Posisi Tidur yang Baik untuk Kesehatan Menurut Dokter
5. Gerakan Mata Cepat Saat Tidur
Kondisi ini dinamakan sebagai Rapid Eye Movement (REM), yaitu tahapan tidur yang sebagian besar mengalami mimpi. Umumnya, seseorang akan memasuki tidur REM sekitar 60 sampai 90 menit setelah tertidur. Lain halnya dengan penderita narkolepsi yang bisa memasuki tidur REM dalam waktu 15 menit setelah tertidur.
6. Mengalamai Gangguan Tidur
Gejala lainnya, kemungkinan penderita narkolepsi mengalami gangguan tidur lainnya, seperti insomnia dan apnea tidur obstruktif (gangguan pernapasan saat tidur). Kondisi ini ditandai dengan pernapasan yang mulai dan berhenti pada malam hari.
Diagnosis Penyakit Narkolepsi
Jika Anda merasakan gejala narkolepsi segera cari bantuan medis untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Dokter atau ahli medis akan bertanya seputar kebiasaan tidur Anda dan gejala lain yang mungkin dialami.
Untuk mengetahui kondisi kesehatan, dokter atau ahli medis akan melakukan tes untuk mengesampikan kondisi lain seperti sleep apnea, hipotiroid (kelenjar tiroid yang kurang aktif), atau sindrom kaki gelisah.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan polisomnografi, yaitu tes untuk mendiagnosis gangguan tidur. Tes ini melihat sinyal tidur menggunakan elektroda yang dipakai di kulit kepala. Penderita yang mengikuti pemeriksaan ini perlu menjalani rawat inap dengan berbagai fasilitas medis lainnya.
Komplikasi Narkolepsi
Dalam hal ini, terdapat beberapa komplikasi yang berhubungan dengan gangguan narkolepsi, di antaranya seperti:
- Adanya kesalahpahaman tentang narkolepsi. Bagi beberapa orang, penderita narkolepsi mungkin terlihat seperti seseorang yang malas, tidak bersemangat, atau lesu. Padahal gangguan ini menimbulkan masalah serius bagi penderita, baik dalam profesional atau pun secara pribadi. Penderita narkolepsi ditandai dengan penurunan kerja di sekolah atau di tempat kerja.
- Masalah Pada Hubungan intim. Penderita narkolepsi mengalami emosi yang kuat. Misalnya, rasa marah atau gembira yang dapat memicu katapleksi sehingga penderita menarik diri dari masalah ini.
- Munculnya penyakit fisik. Sebagai contoh, seorang pengemudi yang mengalami “serangan tidur” sehingga mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.
- Obesitas. Penderita narkolepsi lebih mudah mengalami kenaikan berat badan karena metabolismenya yang rendah.
Cara Mengatasi Narkolepsi
Sampai saat ini, pengobatan narkolepsi belum bisa disembuhkan sepenuhnya. Namun, Anda tidak perlu khawatir karena ada beberapa penangan yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala narkolepsi, antara lain”:
1. Antidepresan Trisiklik
Obat ini untuk mengatasi depresi pada tubuh penderita, termasuk kelas obat protriptyline. Obat ini juga mampu mengurangi gejala katapleksi yang terjadi.
2. Antidepresan (SSRI atau SNRI)
Ketika penderita mengalami fase REM saat tertidur, obat ini mampu meredakan gejala katapleksi, halusinasi (gangguan persepsi), dan kelumpuhan tidur.
Cara Mencegah Narkolepsi
Anda dapat melakukan pencegahan narkolepsi dengan menjaga pola hidup sehat, seperti:
- Rutin olahraga setiap hari
- Jika mengantuk, usahakan tidur siang sekitar 20-30 menit
- Hindari mengonsumsi porsi makan besar sebelum tidur
- Hindari minuman kafein atau alkohol
- Sebelum tidur, usahakan membaca atau mandi air hangat agar pikiran dan tubuh rileks.
Baca Juga: 7 Manfaat Tidur Telentang untuk Kesehatan dan Risikonya
Pengobatan Narkolepsi ke Dokter
Apabila gejala narkolepsi atau gangguan tidur kronis yang dirasakan tidak kunjung membaik disertai hilangnya otot tonus yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik, sebaiknya segera berkonsultasi pada dokter. Kamu bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan.
Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU). Cek jadwal dokter Ciputra Hospital dan buat janji dokter lebih mudah dan cepat lewat WhatsApp.
Yuk, jaga dan cek kondisi kesehatan kamu sekeluarga bersama Ciputra Hospital!
Telah direview oleh dr Lia Tanoto
Source:
- Sleep Foundation. Narcolepsy: Causes, Symptoms, & Treatments. Diakses 2024.
- Mayo Clinic. Narcolepsy. Diakses 2024.