Ditulis oleh Tim Konten Medis
Bakteri yang menyebabkan penyakit sifilis adalah Treponema pallidum. Infeksi bakteri ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui kontak langsung dengan penderita. Hubungan seksual yang tidak aman bisa meningkatkan risiko seseorang terinfeksi sifilis.
penyakit sifilis
Bakteri Penyebab Sifilis
Bakteri yang menyebabkan penyakit sifilis adalah Treponema pallidum. Infeksi penyakit ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya, dan paling banyak melalui aktivitas seksual.
Bakteri Treponema pallidum tidak bisa menular lewat benda perantara, seperti gagang pintu, peralatan makan, maupun dudukan toilet.
Infeksi bakteri yang menyebabkan penyakit sifilis dapat menyerang area kulit, mulut, dan alat kelamin. Awalnya, infeksi akan menyebabkan luka kecil, kemudian gejalanya berkembang menjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening, demam, nyeri otot, hingga kehilangan selera makan.
Gejala penyakit sifilis dibedakan berdasarkan beberapa tahapan, yaitu tahap primer, tahap sekunder, tahap laten, dan tahap tersier. Saat sudah masuk tahap tersier, gejala akan semakin parah, bahkan penderita bisa mengalami kerusakan katup jantung hingga tumor.
Baca juga: Apakah Penyakit Sifilis Bisa Sembuh?
Infeksi Bakteri Penyebab Sifilis Lewat Hubungan Seksual
Orang yang aktif secara seksual berisiko lebih tinggi mengalami dan menularkan bakteri sifilis. Beberapa faktor yang meningkatkan penularan bakteri sifilis lewat hubungan seksual adalah:
1. Hubungan Seks Tanpa Pengaman
Melakukan hubungan seks tanpa pengaman dapat meningkatkan risiko mengalami infeksi bakteri penyebab sifilis. Terutama mereka yang sering bergonta-ganti pasangan seks.
Penggunaan kondom saat akan berhubungan seksual sangat efektif untuk menurunkan risiko tertular penyakit sifilis. Sebab, kondom dapat menutupi kulit atau permukaan yang luka pada alat kelamin.
2. Berhubungan Seks Dengan Banyak Pasangan
Penyakit sifilis sangat mudah menyebar melalui hubungan seksual. Mereka yang sering berganti-ganti pasangan seks lebih mudah mengalami infeksi bakteri penyebab sifilis.
Oleh karena itu, setia dengan satu pasangan seksual akan menurunkan risiko Anda tertular penyakit ini. Selain menyebabkan sifilis, sering berganti pasangan juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual lainnya seperti gonorrhea, infeksi jamur hingga HIV/AIDS.
3. Berhubungan Seksual Dengan Sesama Jenis
Memiliki kebiasaan berhubungan seksual dengan sesama jenis juga dapat menyebabkan infeksi bakteri penyebab sifilis, terutama hubungan sesama pria.
Umumnya, hubungan sesama pria dilakukan dengan memasukkan alat kelamin ke anus. Aktivitas tersebut dapat menyebabkan luka pada anus. Jika luka terjadi dan mengalami infeksi, maka dapat memicu masuknya bakteri penyebab sifilis.
Baca juga: Apa Akibat dari Penyakit Sifilis pada Tubuh?
4. Terinfeksi HIV
Terinfeksi HIV atau Human Immunodeficiency virus akan membuat daya tahan tubuh melemah. Akibatnya, kondisi tubuh Anda akan rentan mengalami berbagai penyakit, termasuk bakteri penyebab penyakit sifilis.
Sebuah penelitian yang terbit dalam jurnal BMC Infectious menunjukkan bahwa mereka yang menderita HIV biasanya juga akan didiagnosis mengalami sifilis.
Dilansir dari CDC, bahwa penyakit sifilis dan HIV adalah adalah dua kondisi berbahaya yang dapat menyerang pria dengan orientasi homoseksual atau biseksual. Infeksi bakteri penyebab sifilis bisa berbahaya jika tidak segera dilakukan pengobatan.
Oleh karena itu, setelah mengetahui apa saja faktor yang bisa membuat Anda mengalami infeksi bakteri penyebab sifilis, mulailah untuk memiliki hubungan seksual yang sehat. Hal tersebut untuk mencegah Anda tertular dan menularkan bakteri penyebab penyakit menular seperti sifilis.
Jika Anda ingin berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter terkait penyebab sifilis dan penularannya, Anda bisa mengunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat. Ciputra Hospital mempunyai layanan kesehatan lengkap, mulai dari rawat jalan hingga rawat inap.
Yuk, cek jadwal dokter Ciputra Hospital dan buat janji dokter dengan mudah lewat aplikasi WhatsApp.
Telah direview oleh dr. Febriani Kezia Haryanto
Source: