Ditulis oleh Tim Konten Medis
Ketindihan atau sleep paralysis adalah kondisi di mana seseorang tidak dapat menggerakkan tubuh atau berbicara saat sedang bangun dari tidur atau dalam proses tertidur. Kondisi ini umumnya tidak berbahaya dan hanya berlangsung dalam beberapa detik hingga menit.
Kondisi mental seperti stres atau gangguan bipolar bisa menjadi faktor penyebab sleep paralysis.
Apakah Anda pernah merasa sepenuhnya sadar, tetapi tubuh tidak dapat bergerak? Atau mungkin Anda merasakan tercekik dan sulit berbicara saat tidur? Jika iya, Anda mungkin mengalami “ketindihan” atau dalam istilah medisnya disebut sleep paralysis. Fenomena ini sering kali dikaitkan dengan hal mistis. Padahal, ketindihan atau sleep paralysis bisa terjadi pada siapapun dan memiliki penjelasan medisnya. Lantas, apa penyebab dan bagaimana cara mengatasi sleep paralysis? Apakah berbahaya? Simak pembahasan selengkapnya dalam artikel ini.
Apa Itu Sleep Paralysis atau Ketindihan?
Sleep paralysis atau ketindihan adalah kondisi yang membuat seseorang seperti mengalami kelumpuhan. Mereka sadar akan lingkungan sekitarnya tetapi tidak dapat bergerak atau berbicara. Hal ini terjadi saat seseorang mengalami transisi antara fase tidur dan terjaga.
Saat tidur, tubuh kita mengalami beberapa siklus yang melibatkan tahap-tahap seperti tidur ringan, tidur dalam, dan gerakan mata cepat (REM). Sleep paralysis terjadi ketika seseorang bangun dari tahapan REM tidur dan otot-otot tubuh tetap dalam kondisi relaksasi. Hal ini disebabkan oleh mekanisme biologis tertentu yang menghentikan gerakan selama tidur agar kita tidak melakukan gerakan yang mungkin berbahaya bagi diri sendiri saat bermimpi.
Umumnya, ketindihan atau sleep paralysis tidak berbahaya dan biasanya berlangsung hanya beberapa detik hingga beberapa menit. Tetapi dalam beberapa kasus, sleep paralysis bisa menjadi tanda narkolepsi, yaitu kondisi gangguan tidur yang membuat seseorang sulit mengendalikan rasa ingin tidur.
Baca Juga: Penyebab Bangun Tidur Kepala Pusing yang Harus Diwaspadai
Jenis Sleep Paralysis
Terdapat dua jenis sleep paralysis yang umum terjadi, yaitu:
1. Hypnopompic Sleep Paralysis
Sleep paralysis hypnopompic adalah kondisi saat seseorang mengalami ketindihan ketika mereka sedang bangun dari tidur. Hal ini terjadi ketika seseorang sedang beralih dari tahap tidur Rapid Eye Movement (REM) ke tahap terjaga. Pada saat ini, otot-otot tubuh belum sepenuhnya pulih dari keadaan relaksasi yang terjadi selama tidur sehingga seseorang merasa tidak dapat bergerak meskipun sudah sadar akan lingkungan sekitarnya.
2. Hypnagogic Sleep Paralysis
Sleep paralysis hypnagogic terjadi ketika seseorang mengalami ketindihan pada saat mereka sedang tidur. Kondisi ini terjadi ketika seseorang mulai masuk ke dalam tahap tidur REM dan otot-otot tubuh tetap dalam keadaan relaksasi. Pada tahap ini, seseorang mungkin sudah mulai bermimpi tetapi merasa kesulitan untuk bergerak atau bahkan berbicara saat bangun dari tidur.
Baca juga: Bahaya Mendengkur Saat Tidur untuk Kesehatan
Penyebab Ketindihan
Secara medis, sleep paralysis atau ketindihan saat tidur terjadi karena ketidakselarasan antara mekanisme otak dan tubuh. Ketika seseorang tidur, terdapat dua fase yang terjadi, yaitu rapid eye movement (REM) dan non-rapid eye movement (NREM). Fase REM adalah tahap persiapan untuk tidur, di mana tubuh menjadi lebih rileks dan aktivitas detak jantung serta pernapasan lambat.
Sedangkan tahap NREM adalah fase tidur yang paling dalam di mana mimpi mulai muncul. Ketika seseorang sedang bermimpi, sistem saraf parasimparis memberi sinyal kepada otot untuk berhenti berkontraksi. Hal inilah yang membuat tubuh sulut bergerak secara tiba-tiba.
Selain itu, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan sleep paralysis, meliputi:
- Kurang tidur
- Perubahan jadwal tidur
- Kondisi mental seperti stres atau gangguan bipolar
- Tidur telentang
- Masalah tidur lainnya seperti narkolepsi atau kram malam hari
- Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti untuk ADHD
- Penyalahgunaan zat
Gejala Ketindihan
Adapun beberapa gejala sleep paralysis yang sering dialami biasanya adalah:
1. Intruder Hallucination
Gejala ketindihan bisa berupa intruder hallucination atau pengalaman melihat dan merasakan kehadiran seseorang atau sesuatu di sekitar saat Anda tidak bisa bergerak atau berbicara. Meskipun tidak ada orang atau benda nyata di sana, sensasi ini bisa sangat nyata dan menakutkan.
2. Incubus Hallucination
Incubus Hallucination adalah gejala sleep paralysis berupa perasaan tekanan berat pada dada atau tubuh Anda, seperti ada sesuatu yang menindih. Hal ini sering kali disertai dengan perasaan kekurangan oksigen atau kesulitan bernafas, meskipun secara fisik tidak ada penyebab yang jelas.
3. Halusinasi Vestibular Motorik
Halusinasi vestibular motor melibatkan sensasi gerakan atau sensasi putaran yang tidak nyata atau tidak wajar. Mungkin Anda merasa seperti tubuh berputar, melayang, atau seperti ada sensasi getaran atau goyangan yang tidak dapat dijelaskan.
Baca Juga: Mengenal Gangguan Tidur Sleep Apnea
Cara Mengatasi dan Mencegah Ketindihan
Setiap orang bisa saja mengalami ketindihan. Bila Anda mengalaminya, jangan panik. Sebab. sensasi panik saat ketidihan justru membuat semakin tertekan. Selain itu, ada beberapa cara mengatasi dan mencegah kondisi ini, di antaranya:
1. Atur Pola Tidur yang Sehat
Memastikan Anda mendapatkan jumlah tidur yang cukup setiap malam dan menjaga pola tidur yang teratur dapat membantu mengurangi kemungkinan mengalami ketindihan. Hindari tidur larut malam atau tidur terlalu sedikit.
2. Hindari Stimulasi Berlebihan Sebelum Tidur
Hindari minuman berkafein, nikotin, atau minum alkohol beberapa jam sebelum tidur. Hindari juga menggunakan gadget seperti ponsel atau tablet yang dapat merangsang otak dan membuatnya sulit untuk tidur.
3. Ciptakan Lingkungan Tidur yang Nyaman
Pastikan kamar tidur Anda tenang, gelap, dan sejuk. Gunakan kasur dan bantal yang nyaman untuk memastikan tidur yang berkualitas. Kualitas tidur yang baik bukan hanya bisa mencegah ketindihan, tetapi juga dapat menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
4. Praktikkan Teknik Relaksasi
Melatih diri dengan teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan yang dapat menyebabkan ketindihan.
Baca juga: Tips Mengatasi Badan Lemas dan Mudah Mengatuk agar Segar Kembali
5. Posisi Tidur yang Tepat
Cobalah untuk tidur dalam posisi yang nyaman dan ergonomis. Hindari tidur telentang dengan posisi kepala yang terlalu tinggi atau rendah. Beberapa orang juga menemukan bahwa tidur dalam posisi menyamping dapat membantu mencegah ketindihan.
Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun sleep paralysis tidak berbahaya dan hanya berlangsung beberapa detik atau menit saja, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter jika mengalami kondisi ini dengan gejala tambahan, seperti:
- Terjadi secara teratur dan mengganggu tidur
- Menyebabkan depresi, kecemasan, atau stres yang signifikan
- Terkait dengan gejala lain, seperti insomnia atau gangguan tidur lainnya
- Berlangsung lebih dari beberapa menit setiap kali terjadi
- Menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari atau pekerjaan Anda
- Timbul dengan gejala fisik tambahan, seperti kesulita bernapas atau nyeri dada
- Memiliki riwayat keluar dengan gangguan tidur serupa atau gangguan kesehatan lainnya yang mungkin berhubungan
Baca Juga: Cara Mengatasi Insomnia Tanpa Obat yang Bisa Dicoba
Apabila Anda mengalami sleep paralysis secara berulang dan berlangsung dalam periode yang panjang, disarankan untuk segera berkonsultasi pada dokter dengan mengunjungi Ciputra Hospital terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Ciputra Hospital menyediakan beragam layanan kesehatan mulai dari konsultasi dengan dokter umum hingga Medical Check Up (MCU). Anda dapat memeriksa jadwal dokter di Ciputra Hospital dan membuat janji lebih mudah dan cepat melalui layanan WhatsApp. Mari percayakan kesehatan Anda dan keluarga Anda di Ciputra Hospital!
Telah direview oleh dr. Stella Kartolo
Source:
- WebMD. Sleep Paralysis. Diakses 2024
- Healthline. Sleep Disorders. Diakses 2024
- HelpGuide.org. Sleep Disorders and Problems: Types, Causes, Treatment. Diakses 2024