Ditulis oleh Tim Konten Medis
Penyebab ketuban pecah dini pada ibu hamil bisa terjadi karena adanya infeksi pada organ intim hingga saluran serviks yang pendek. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera mungkin agar terhindar dari risiko komplikasi, serta membahayakan nyawa ibu dan janin.
Ketuban pecah dini (KPD) terjadi saat Anda mengalami kebocoran cairan ketuban sebelum persalinan.
Cairan ketuban adalah cairan bening dan agak kekuningan yang menyelimuti janin selama kehamilan. Fungsi cairan ketuban berperan penting untuk menjaga pergerakan janin di dalam rahim, mencegah tekanan pada tali pusar, dan menjaga suhu janin tetap konstan.
Air ketuban akan terus bergerak saat janin menelan dan menghirup cairan, lalu melepaskannya. Umumnya, cairan ini dapat pecah menjelang persalinan atau mencapai usia lebih dari 37 minggu.
Apa Itu Ketuban Pecah Dini (KPD)?
KPD adalah singkatan dari Ketuban Pecah Dini atau dikenal juga sebagai Premature Rupture of Membranes (PROM). Kondisi ini biasa terjadi pada usia kehamilan di bawah 37 minggu atau sebelum kelahiran seharusnya berlangsung.
Dilansir dari Cleveland Clinic, KPD cenderung umum terjadi sekitar 10 persen pada ibu hamil. Jika selaput ketuban pecah terlalu cepat, janin berisiko tinggi mengalami kelahiran prematur atau infeksi.
Pada kondisi ini, dokter dapat mempertimbangkan perawatan medis yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko masalah kesehatan serius. Selain istilah KPD juga dikenal dengan sebutan Ketuban Pecah Dini Sebelum Waktunya (KPSW).
Penyebab Ketuban Pecah Dini Saat Hamil
Pada kebanyakan kasus KPD sulit diketahui penyebab utamanya. Kondisi ini bisa terjadi akibat melemahnya selaput ketuban dan kontraksi yang cukup hebat dalam rahim.
Bukan hanya itu saja, ada beberapa penyebab ketuban pecah dini pada ibu hamil lainnya, di antaranya:
1. Infeksi Sistem Reproduksi
Terdapat infeksi pada sistem reproduksi menjadi salah satu penyebab ketuban pecah dini pada ibu hamil. Infeksi ini bisa menyerang bagian tubuh tertentu, seperti uterus, serviks, dan vagina.
Gejala infeksi dapat diketahui dengan adanya peradangan pada bagian uterus yang umumnya disebabkan oleh bakteri. Kondisi ini kerap menimbulkan gejala yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Ketuban pecah dini juga berisiko pada ibu hamil yang mengalami infeksi serviks dan rahim. Jenis infeksi ini dikaitkan dengan beberapa bakteri, seperti:
- Chlamydia trachomatis
- Trichomonas vaginalis
- Mycoplasma genitalium
- Virus herpes simpleks
Baca Juga: Bolehkah Ibu Hamil Makan Kikil? Cek Efek Samping dan Manfaatnya
2. Infeksi Menular Seksual
Penyebab ketuban pecah dini bisa terjadi karena adanya infeksi menular seksual. Jenis infeksi ini berupa klamidia dan gonore.
Klamidia ditandai dengan beberapa gejala, seperti nyeri saat buang air kecil, keputihan tidak biasa, dan pendarahan saat berhubungan intim. Gejalanya dapat muncul antara 1 minggu dan 3 bulan setelah hubungan seks tanpa pengaman.
Sementara itu, gonore berasal dari bakteri yang disebut Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae). Bakteri ini bisa menimbulkan masalah kesehatan pada ibu hamil, mulai dari nyeri perut atau panggul, keputihan abnormal, hingga sakit saat buang air kecil.
3. Banyaknya Cairan Ketuban
Saat kehamilan, janin dapat mengapung di dalam cairan ketuban. Jumlah cairan ini paling banyak sekitar 800 ml pada minggu ke-34 dan 600 ml saat memasuki minggu ke-40.
Jika jumlah cairan ketuban tidak normal, dokter atau ahli medis profesional dapat memantau kehamilan dengan lebih cermat. Hal ini sangat diperlukan untuk mencegah risiko gangguan kesehatan serius.
4. Kehamilan Bayi Kembar
Ketuban pecah dini merupakan komplikasi umum pada kehamilan kembar. Kondisi ini bisa terjadi pada ibu hamil sekitar 7-20 persen di seluruh dunia.
Kehamilan kembar berarti ada 2 janin di dalam rahim. Kondisi ini bisa disebabkan oleh riwayat keluarga, perawatan kesuburan, atau faktor lainnya.
Bagi kebanyakan orang, hamil kembar sering kali menjadi peristiwa yang membahagiakan. Namun, kondisi ini memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi. Misalnya, kelahiran prematur, hipertensi gestasional, dan anemia.
5. Merokok Saat Hamil
Kebiasaan tidak sehat, yaitu merokok selama masa kehamilan. Kondisi ini merupakan faktor risiko pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan yang menyebabkan 30 persen kelahiran prematur di seluruh dunia.
Rokok bisa memicu stres oksidatif, peradangan, dan melemahnya selaput ketuban. Selain itu, kebiasaan ini juga menimbulkan gangguan kesehatan lainnya, seperti serangan jantung dan penyakit paru kronis.
Baca Juga: Mengenal Arti Warna Urine Ibu Hamil: Kuning hingga Bening
6. Menjalani Operasi atau Biopsi Serviks Selama Kehamilan
Biopsi serviks adalah prosedur untuk mengangkat jaringan dari serviks guna menguji kondisi abnormal, seperti kanker. Prosedur ini dilakukan dengan cara memasukkan kateter melalui serviks ke dalam rongga rahim.
Meskipun bermanfaat, biopsi serviks bisa meningkatkan risiko pecahnya ketuban prematur sebelum persalinan pada kehamilan berikutnya. Risikonya bisa terus meningkat seiring dengan panjang kerucut yang dieksisi.
7. Pendarahan pada Vagina
Pada kebanyakan kasus, pendarahan vagina tidak mengancam nyawa dan tidak perlu dikhawatirkan. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi tertentu seperti, perubahan hormon atau kehamilan.
Namun, ada studi yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pendarahan pada vagina dan KPD. Pendarahan pada trimester pertama kehamilan dikaitkan dengan kelahiran prematur karena pecahnya ketuban dini.
8. Kurangnya Pemahaman Terkait Perawatan Prenatal
Perawatan prenatal dapat menjaga kesehatan ibu hamil dan janin di dalam kandungan. Janin yang tidak mendapatkan perawatan prenatal kemungkinan 3 kali lebih besar untuk memilih berat badan lahir rendah.
Kondisi ini juga meningkatkan risiko terjadinya cairan ketuban pecah dini. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan perawatan prenatal, seperti edukasi laktasi, olahraga hamil, dan memantau status gizi selama kehamilan.
9. Kehamilan Pertama pada Sang Ibu
Kehamilan pertama bisa menyebabkan ketuban pecah dini sebelum waktunya. Kondisi ini berisiko tinggi pada ibu hamil yang memiliki gangguan kesehatan kronis atau penyakit sebelum kehamilan.
Misalnya, penyakit kencing manis, kanker, dan tekanan darah tinggi. Selain itu, risiko komplikasi kehamilan juga bisa dialami oleh ibu hamil berusia di bawah 20 tahun, usia di atas 35 tahun, dan hamil anak kembar.
Baca juga: Tekanan Darah Normal Ibu Hamil dan Cara Menjaganya
10. Pernah Melahirkan Bayi yang Prematur
Bayi lahir prematur sering kali memiliki masalah kesehatan serius. Gejalanya cenderung bervariasi, bisa sangat ringan atau berat.
Misalnya, tubuhnya kecil dengan kepala lebih besar, fitur wajah yang lebih tajam, dan suhu tubuh rendah. Kelahiran prematur bisa terjadi secara tiba-tiba, tanpa sebab yang jelas.
11. Pernah Mengalami KPD Sebelumnya
KPD biasanya terjadi karena kondisi medis atau komplikasi kehamilan, bahkan tanpa penyebab yang jelas. Penyebab KPD paling umum dapat berupa pendarahan vagina, kelainan bawaan yang memengaruhi rahim, dan insufiensi rahim.
Gejala paling jelas dari pecahnya selaput ketuban adalah merasakan semburan cairan dari vagina. Namun, semburan ini tidak terlalu deras.
Baca Juga: Bagaimana Cara Mengatasi Sakit Pinggang pada Ibu Hamil
12. Saluran Serviks yang Pendek
Saluran serviks pendek memiliki ukuran di bawah batas normal, yaitu kurang dari 25 mm (2,5 cm) pada sekitar 20 minggu kehamilan. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur dan ketuban pecah dini.
Saluran serviks pendek bisa terdeteksi dengan menggunakan USG transvaginal. Jika mengalami kondisi ini, Anda membutuhkan pengobatan segera dari dokter.
Jika Anda mengalami tanda-tanda ketuban pecah dini (KPD), seperti keluarnya cairan melalui vagina, berbau amis, dan muncul bercak darah, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan.
Yuk, jaga kesehatan tubuh dengan rutin melakukan medical check up di Ciputra Hospital. Anda juga bisa konsultasi dan buat janji dengan dokter di Ciputra Hospital terdekat.
Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) selengkapnya sekarang juga.
Telah direview oleh dr. Surya. S. Pratama
Source:
- American Journal of Obstetrics Gynecology. Cervical Excisional Treatment Increases the Risk of Intraamniotic Infection in Subsequent Pregnancy Complicated by Preterm Prelabor Rupture of Membranes. September 2024.
- MedlinePlus. Amniotic Fluid. September 2024.
- National Library of Medicine. Cigarette Smoke Condensate Exposure Induces Receptor for Advanced Glycation End-Products (RAGE)-Dependent Sterile Inflammation in Amniotic Epithelial Cells. September 2024.