Ditulis oleh Tim Konten Medis
Polycystic ovarian syndrome atau PCOS adalah gangguan hormon pada Wanita yang terjadi selama masa subur atau periode reproduksi. Kondisi ini menyebabkan wanita memiliki hormon androgen berlebih yang dapat menyebabkan berbagai gejala gangguan kesuburan, termasuk haid tidak teratur hingga masa ovulasi yang terganggu.
Wanita yang mengidap PCOS bisa mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur.
Wanita dengan PCOS dapat mengalami tanda dan gejala bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Kondisi ini kerap mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga memerlukan penanganan medis.
Beberapa wanita mungkin hanya mengalami gangguan menstruasi, tidak dapat hamil, atau keduanya. PCOS sering kali dikhawatirkan karena bisa memicu gangguan pada sistem reproduksi wanita termasuk infertilitas atau masalah kesuburan.
Apa Itu PCOS?
Sindrom polikistik ovarium (PCOS) adalah kondisi ketika tubuh mengalami masalah hormon yang terjadi selama masa reproduksi. Kondisi ini ditandai dengan ovarium yang memproduksi hormon androgen dalam jumlah sangat tinggi.
Akibatnya, hormon reproduksi menjadi tidak seimbang sehingga mengalami siklus haid tidak teratur, menstruasi terlambat, dan ovulasi yang tidak dapat diprediksi. Penyakit ini bisa dideteksi dengan melakukan USG.
Pemeriksaan ini mampu memperlihatkan kista folikel kecil, yaitu kantung berisi cairan dengan sel telur yang belum matang karena kurangnya ovulasi. PCOS menjadi salah satu penyebab infertilitas yang paling umum pada wanita dan meningkatkan risiko terkena masalah kesehatan lainnya.
Baca juga: Ciri-Ciri Wanita Tidak Subur dan Cara Mengetahuinya
Jenis PCOS
Berikut ini adalah beberapa jenis PCOS yang perlu diketahui:
1. PCOS Resisten terhadap Insulin
PCOS resisten terhadap insulin merupakan salah satu jenis sindrom yang paling umum dan telah memengaruhi sebanyak 70 persen orang dengan kondisi tersebut. Jenis ini dapat terjadi ketika sel-sel di dalam tubuh tidak merespons insulin secara optimal.
Insulin adalah hormon yang mengatur glukosa atau mengubah gula darah. Jika bekerja dengan baik, hormon ini mampu mengubah gula dari makanan menjadi energi atau menyimpannya di dalam tubuh,
Namun, resistensi insulin mengakibatkan tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai energi sehingga menumpuk di dalam sel dan menyebabkan gula darah tinggi. Akibatnya, kadar insulin dapat meningkat dan menimbulkan gejala-gejala terkait penyakit ini.
2. Sindrom Ovarium Polikistik Adrenal
PCOS adrenal dapat terjadi ketika kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal memproduksi lebih banyak hormon. Kondisi ini bisa menimbulkan gejala PCOS akibat kadar hormon androgen yang lebih tinggi.
Penelitian membuktikan bahwa terdapat 15 wanita yang menghasilkan lebih banyak hormon adrenal dari biasanya dari 38 wanita dengan penyakit ini. Artinya, sekitar 10 persen dari semua orang dengan PCOS memiliki tipe adrenal.
3. PCOS Inflamasi
Orang dengan jenis inflamasi memiliki peradangan kronis tingkat rendah. Jenis ini menandakan bahwa terdapat kadar protein C-reaktif yang tinggi di dalam darah sehingga memicu peradangan pada protein yang diproduksi oleh hati.
Peradangan yang terjadi bisa meningkatkan kadar androgen dan insulin di dalam tubuh. Akibatnya, timbul gejala PCOS yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
4. PCOS Paska-pil
Pil kontrasepsi oral bisa menyebabkan penyakit ini jenis paska-pil. Jenis obat ini mampu memanipulasi hormon di dalam tubuh, seperti estrogen dan progesteron untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Pada beberapa kasus, saat Anda berhenti mengonsumsi pil kontrasepsi, ovarium dapat memproduksi lebih banyak androgen dari biasanya. Hormon ini mampu menimbulkan berbagai gejala PCOS, seperti jerawat, menstruasi tidak teratur, dan pertumbuhan rambut berlebih.
Penyebab PCOS
Sampai saat ini, penyebab sindrom polikistik ovarium belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli menduga bahwa kondisi ini bisa terjadi akibat adanya faktor genetik.
Selain itu, obesitas juga mampu menyebabkan penyakit ini yang dapat mengganggu kesehatan tubuh. Jika mengalami kondisi ini, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mencegah gejala semakin parah.
Adapun sejumlah faktor risiko yang bisa meningkatkan gejala penyakit PCOS, sebagai berikut:
- Peningkatan kadar insulin di dalam tubuh
- Mengalami peradangan kronis tingkat rendah
- Tubuh memproduksi kadar hormon androgen yang tinggi
- Memiliki riwayat penyakit keluarga
Baca juga: Menstruasi Tidak Teratur Apakah Gejala Kanker Rahim?
Gejala PCOS
Adapun sejumlah tanda PCOS pada wanita, sebagai berikut:
- Periode menstruasi abnormal meliputi tidak adanya siklus haid atau tidak mengalami haid sama sekali
- Pertumbuhan rambut tidak normal di bagian lengan, dada, dan perut
- Tumbuhnya jerawat di punggung, dada, dan wajah
- Berat badan naik secara berlebihan atau mengidap obesitas
- Mengalami bercak-bercak pada kulit gelap, terutama di lipatan leher, ketiak, selangkangan, dan di bawah payudara
- Terdapat kista kantung telur atau ovarium yang tampak lebih besar
- Terdapat kutil kulit di ketiak atau leher
- Rambut mulai menipis, seperti kehilangan sebagian rambut di kepala atau mulai mengalami kebotakan
- Gangguan kesuburan
Diagnosis Penyakit PCOS
Dokter dapat melakukan wawancara medis terlebih dahulu untuk mengetahui gejala penyakit yang dialami oleh penderita. Setelah itu, penderita diminta melakukan pemeriksaan fisik, termasuk tes panggul, serviks, dan pap smear.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi penyakit PCOS secara akurat. Setelah mendapatkan diagnosis, dokter akan merekomendasikan obat-obatan tertentu untuk mengobati gejala sindrom polikistik ovarium.
Komplikasi PCOS
Berikut ini adalah beberapa komplikasi serius apabila PCOS tidak segera mendapatkan pengobatan:
1. Sulit untuk Hamil
Ketidakseimbangan hormon bisa mengganggu ovulasi dan meningkatkan risiko sulit untuk hamil. Jika tidak ada sel telur sehat, sperma tidak bisa melakukan pembuahan di dalam tubuh.
Meskipun begitu, Anda tidak perlu khawatir karena penderita penyakit ini tetap bisa hamil. Dokter dapat meresepkan obat-obatan tertentu untuk meredakan gejala PCOS yang terjadi.
Baca Juga: 9 Penyebab Telat Haid, Tidak Melulu Karena Hamil!
2. Komplikasi Kehamilan
Pada kebanyakan kasus, penderita penyakit ini dapat menjalani kehamilan yang sehat. Namun, kondisi ini bisa meningkatkan risiko diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan.
Jika tidak segera mendapatkan pengobatan, sindrom polikistik ovarium bisa meningkatkan risiko gangguan kehamilan. Misalnya, kelahiran prematur, operasi caesar, dan keguguran.
3. Masalah Insulin dan Diabetes
Jika Anda mengalami resistensi insulin, sel otot dan jaringan lain tidak dapat menyerap gula darah dengan baik. Kondisi ini bisa memicu gula darah berlebih di aliran darah.
Resistensi insulin biasanya tidak menimbulkan gejala sampai kadar gula darah menjadi sangat tinggi sampai mengidap diabetes. Akibatnya, penderita penyakit ini yang memasuki usia 40 tahun bisa mengalami diabetes tipe 2.
4. Sindrom Metabolik
Komplikasi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik, yaitu sekumpulan penyakit yang terjadi secara bersamaan. Misalnya, penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.
Kondisi ini meliputi tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan lemak berlebih. Sindrom metabolik berkaitan erat dengan kelebihan berat badan atau kurangnya aktivitas fisik.
5. Depresi dan Kecemasan
Depresi dan kecemasan adalah jenis gangguan mental yang perlu Anda waspadai. Gejala kondisi ini meliputi mudah panik, sulit tidur, dan kehilangan minat terhadap sesuatu.
Jika tidak segera mendapatkan penanganan, depresi dan kecemasan bisa menyebabkan PCOS pada wanita. Dokter dapat meresepkan obat antidepresan untuk mengatasi gejala gangguan mental yang parah.
Cara Mengatasi PCOS
PCOS tidak bisa sembuh secara total. Namun, Anda bisa mengurangi gejalanya dengan berbagai pilihan perawatan, antara lain:
1. Perubahan Gaya Hidup
Parah ahli berpendapat bahwa menurunkan berat badan sebanyak 5 persen bisa memperbaiki gejala penyakit ini. Dokter dapat menyarankan perubahan gaya hidup, seperti:
- Mengonsumsi makanan rendah susu dan rendah karbohidrat
- Olahraga secara rutin setiap hari
- Mengelola stres
- Menjaga berat badan tetap ideal
- Membatasi asupan karbohidrat
2. Melakukan Pengobatan Alternatif untuk PCOS
Anda bisa melakukan pengobatan alternatif untuk mengatasi gejala sindrom polikistik ovarium. Obat ini dapat berupa herbal dan suplemen.
Penelitian membuktikan bahwa kayu manis dan tanaman akar manis mampu meredakan gejala PCOS yang terjadi. Selain itu, cobalah untuk rutin mengonsumsi suplemen vitamin D dan vitamin B kompleks untuk mengatur hormon serta ovulasi.
3. Akupunktur
Akupunktur adalah jenis pengobatan komplementer yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum tipis ke titik-titik tertentu. Penelitian membuktikan bahwa pengobatan ini mampu mengatur hormon dan ovulasi serta mengurangi resistensi insulin pada penderita PCOS.
Akupunktur juga mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan, seperti nyeri otot dan nyeri kepala. Pastikan untuk memilih layanan akupuntur yang sudah berlisensi atau sertifikat agar terhindar dari masalah kesehatan lainnya.
Cara Mencegah PCOS
Berikut ini adalah beberapa cara mencegah PCOS:
1. Mengonsumsi Makanan Gizi Seimbang
Konsumsi makanan gizi seimbang menjadi salah satu bagian penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Anda dapat mencoba makan setidaknya 5 porsi berbagai buah dan sayuran setiap hari.
Buah dan sayur merupakan sumber vitamin, mineral, dan serat yang baik. Jenis makanan ini dapat menurunkan risiko terjadinya sindrom polikistik ovarium, penyakit jantung, dan stroke.
2. Menjaga Berat Badan Ideal
Anda dapat mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat untuk mencegah terjadinya sindrom polikistik ovarium. Cobalah untuk makan dalam porsi lebih kecil tetapi sering agar menjaga berat badan tetap ideal. Makan terlalu banyak bisa memicu obesitas dan penyakit kronik.
3. Olahraga Secara Teratur
Olahraga membuat otot bekerja dan membakar kalori. Manfaat olahraga berperan penting untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental secara optimal.
Ada berbagai jenis olahraga yang baik untuk penderita PCOS, seperti berjalan santai, berenang, lari, atau bermain basket. Anda bisa melakukan aktivitas ini secara rutin minimal 30 menit dalam sehari agar terhindar dari gejala PCOS.
Pengobatan PCOS ke Dokter
Adapun sejumlah obat untuk meredakan gejala sindrom polikistik ovarium, yaitu:
1. Pil KB
Pil KB adalah salah satu jenis kontrasepsi yang sangat efektif untuk mencegah kehamilan. Jenis obat ini mengandung hormon yang mengatur menstruasi, mengurangi gejala PMS, menurunkan risiko kanker ovarium dan rahim.
Namun, pil KB memiliki efek samping, seperti mual, sakit kepala, dan nyeri dada. Segera kunjungi dokter apabila efek samping tidak kunjung membaik.
2. Progestin
Obat progestin adalah bentuk hormon sintesis yang membantu dalam mengobati kondisi tertentu, termasuk sindrom polikistik ovarium. Obat ini mampu mengatasi masalah menstruasi dan gejala menopause.
Dokter dapat meresepkan progestin sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan penderita. Jenis obat ini dapat Anda temukan dalam bentuk pil, suntikan, gel, atau krim.
Baca Juga: 10 Cara Merawat Organ Reproduksi Wanita
3. Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)
Jenis obat ini mampu mengurangi rasa sakit, demam, dan peradangan lainnya. Obat antiinflamasi nonsteroid yang dijual bebas meliputi aspirin, ibuprofen, dan naproxen sodium.
Obat NSAID terdiri dari beberapa bentuk, seperti tablet, kapsul, cairan, gel, atau krim. Sebelum menggunakan obat ini, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Apabila ciri-ciri PCOS, seperti rambut rontok, muncul jerawat, dan area kulit yang menggelap tidak kunjung membaik setelah perawatan rumahan dan bahkan semakin parah, sebaiknya segera berkonsultasi pada dokter.
Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan. Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU).
Yuk, jaga dan cek kondisi kesehatan Anda sekeluarga bersama Ciputra Hospital!
Telah direview oleh dr Grace
Source:
- Cleveland Clinic. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). September 2024.
- Health. What Is Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)?. September 2024.
- Mayo Clinic. Polycystic ovary syndrome (PCOS). September 2024.