Ditulis oleh Tim Konten Medis
Ovulasi adalah bagian dari siklus menstruasi wanita yang merupakan proses pelepasan sel telur ke tuba falopi untuk dibuahi oleh sperma. Ada banyak cara untuk meningkatkan peluang ovulasi, seperti mempertahankan berat badan sehat, mengonsumsi makanan gizi seimbang, dan olahraga secara teratur.
Ovulasi mengacu pada pelepasan sel telur dari ovarium, menuju ke tuba falopi, dan siap untuk dibuahi.
Saat merencanakan kehamilan, penting untuk memahami waktu dan proses ovulasi. Hal ini sangat diperlukan agar mampu meningkatkan peluang hamil secara optimal.
Ovulasi biasanya terjadi sebulan sekali, sekitar 2 minggu sebelum menstruasi berikutnya. Anda mungkin tidak mengalami kondisi ini apabila menggunakan pil kontrasepsi dan mendekati pascamenopause.
Apa Itu Ovulasi dan Bagaimana Prosesnya?
Masa ovulasi adalah fase dalam siklus menstruasi saat ovarium melepaskan sel telur atau ovum. Kondisi ini memungkinkan sel telur untuk meninggalkan ovarium dan bergerak menuju tuba falopi hingga dibuahi oleh sperma.
Umumnya, rata-rata tanda pelepasan sel telur terjadi pada hari ke-14 dari siklus menstruasi 28 hari. Proses ini terjadi saat bagian otak hipotalamus mulai melepaskan hormon gonadotropin dan menyebabkan kelenjar pituitari mengeluarkan hormon perangsang folikel (FSH) dan luteinisasi (LH).
Sekitar hari ke-6 dan ke-14 siklus menstruasi, FSH memicu folikel atau kantung kecil berisi cairan di ovarium matang. Selama hari ke-10 sampai ke-14, hanya ada 1 folikel yang sedang berkembang untuk membentuk sel telur sepenuhnya matang.
Barulah sekitar hari ke-14, hormon LH mengalami lonjakan secara tiba-tiba dan mengakibatkan ovarium melepaskan sel telur. Inilah yang disebut sebagai proses ovulasi. Setelah ovulasi, kadar hormon progesteron dapat meningkat untuk mempersiapkan rahim untuk kehamilan.
Baca juga: Cara Menghitung Masa Subur Wanita Setelah Haid
Kapan Masa Ovulasi Wanita Terjadi?
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengetahui hari ovulasi pada wanita, sebagai berikut:
1. Siklus Menstruasi
Salah satu cara menghitung ovulasi adalah dengan mengetahui siklus menstruasi. Normalnya, siklus ini bisa berlangsung di antara 21 dan 35 hari sehingga ovulasi cenderung bersifat unik pada setiap wanita.
Ovulasi biasanya terjadi di sekitar titik tengah menstruasi. Misalnya, hari ke-14 dalam 28 hari. Cobalah untuk mencatat siklus Anda di kertas atau aplikasi ponsel selama beberapa bulan.
Kebanyakan wanita mengalami ovulasi 14 hari sebelum menstruasi dimulai, terlepas dari panjang siklusnya. Selain itu, pastikan untuk mencatat ciri-ciri ovulasi, seperti keputihan dan nyeri perut.
2. Lendir Serviks
Tes ovulasi selanjutnya adalah dengan lendir serviks. Cairan vagina ini diproduksi oleh serviks dan mengalami beberapa tahap selama siklus haid.
Lendir serviks memiliki tekstur kental, berwarna putih, dan kering sebelum ovulasi. Setelah itu, cairan ini bisa berubah menjadi bening dan licin seperti putih telur yang memudahkan sperma berenang untuk bertemu sel telur.
3. Metode Kalender
Banyak orang menggunakan metode kalender atau kalkulator masa subur untuk memprediksi masa ovulasi. Cara ini juga mampu menganalisis siklus haid selama 6 bulan untuk menentukan kapan masa subur terjadi.
Anda bisa mengetahui masa ovulasi dengan menentukan siklus terpendek dan terpanjang dalam waktu 6 bulan. Cobalah untuk mengurangi 18 hari dari siklus terpendek dan 11 hari dari siklus terpanjang.
Kedua angka ini dapat memberikan hari-hari siklus yang paling subur. Sebagai contoh, Anda memiliki panjang siklus sekitar 31 dan 18, maka masa suburnya adalah hari ke-10 hingga ke-20 dari siklus haid.
Baca Juga: 15 Ciri-Ciri Kehamilan Minggu Pertama dari Bentuk Badan
4. Suhu Tubuh Basal
Saat mengalami pelepasan sel telur, suhu tubuh dapat meningkat sekitar setengah derajat celcius. Hal ini bisa diketahui dengan menggunakan termometer khusus untuk melacak masa subur saat pagi hari atau sebelum tidur.
Hasil pengukuran suhu bisa dicatat dengan menggunakan grafik atau lembar kerja. Setelah itu, Anda bisa mempelajari polanya dari waktu ke waktu. Masa subur biasanya berkisar 2-3 hari sebelum suhu tubuh meningkat.
5. Alat Ovulasi
Alat tes ovulasi memiliki cara kerja yang hampir serupa dengan tes kehamilan di rumah. Prosedur ini mampu mendeteksi hormon luteinisasi (LH) pada urine Anda.
LH adalah jenis hormon yang dapat meningkat sebelum waktu ovulasi. Jika hasilnya positif, ini berarti Anda akan berovulasi.
Hubungan Ovulasi dan Pembuahan
Saat proses ovulasi terjadi, segera setelah dilepaskan, sel telur akan bergerak menuju tuba falopi untuk bertemu dengan sperma dan melakukan pembuahan. Selama masa ovulasi, wanita bisa memiliki peluang kehamilan yang lebih tinggi.
Salah satu tanda ovulasi berhasil dibuahi adalah mengalami perubahan cairan yang keluar dari vagina. Sebelum keluar, cairan ini memiliki tekstur encer, bening, dan licin dan setelahnya cenderung menjadi kental, serta keluar lebih sedikit.
Berhubungan saat ovulasi bisa meningkatkan kemungkinan untuk hamil apabila melakukan hubungan intim secara teratur dari 3-4 hari sebelum ovulasi. Sel telur dapat dibuahi selama 12-24 jam setelah dilepaskan. Sementara itu, sperma dapat hidup di dalam saluran reproduksi wanita sekitar 3-5 hari setelah berhubungan seks.
Baca Juga: 9 Cara Agar Cepat Haid yang Efektif dan Aman
Tanda-Tanda Ovulasi
Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda pelepasan sel telur yang bisa terjadi:
1. Perubahan Lendir Serviks
Lendir serviks adalah cairan lengket yang keluar dari serviks di bagian bawah rahim. Banyak wanita melihatnya sebagai keputihan normal.
Tepat sebelum pelepasan sel telur, lendir ini menjadi lebih bening dan encer seperti putih telur. Jika melihat tekstur tersebut, ini berarti Anda sedang berada pada masa paling subur.
2. Nyeri Payudara
Anda dapat merasakan nyeri payudara saat mengalami pelepasan sel telur. Gejalanya cenderung ringan atau terasa sakit, serta berlangsung hingga siklus haid dimulai.
Kondisi ini bisa terjadi akibat perubahan hormon pada tubuh. Nyeri payudara saat ovulasi merupakan hal yang umum dan bisa menghilang sebagai tanda masa ovulasi berakhir.
3. Perut Kembung
Perubahan hormon bisa menyebabkan perut kembung ringan menjelang pelepasan sel telur. Kondisi ini ditandai dengan pembengkakan atau merasa penuh di area perut.
Perut kembung juga bisa terjadi karena lonjakan estrogen sebelum pelepasan sel telur, bersamaan dengan lonjakan hormon luteinisasi. Kondisi ini kerap menimbulkan rasa tidak nyaman dan hanya berlangsung sementara.
4. Kram atau Sakit di Bagian Perut
Nyeri ovulasi biasanya terasa di bagian perut. Kondisi ini juga memicu kram tumpul atau nyeri tajam secara tiba-tiba. Biasanya, nyeri atau kram perut terjadi selama hitungan menit hingga beberapa hari. Kondisi ini juga sering dialami di satu sisi perut bagian bawah.
Jika ovulasi sudah berakhir, apabila pembuahan berhasil Anda akan mengalami gejala kehamilan. Namun, jika tidak terjadi pembuahan, maka gejala yang muncul adalah perdarahan menstruasi.
Baca Juga: Mengenal Sistem Reproduksi Wanita dan Fungsinya
Kondisi Medis yang Menyebabkan Gangguan pada Ovulasi
Berikut ini adalah beberapa kondisi medis yang memicu gangguan ini:
- Hipotiroidisme: Gangguan ini dapat terjadi ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah sedikit. Gejala hipotiroidisme tergantung pada tingkat keparahannya, seperti mudah merasa lelah, otot melemah, dan siklus haid tidak teratur.
- Hipertiroidisme: Disebut sebagai tiroid yang terlalu aktif karena mampu memproduksi dan melepaskan hormon tiroid dalam jumlah tinggi. Gejalanya dapat berupa detak jantung yang cepat, berat badan menurun, nafsu makan menurun, dan cemas.
- Sindrom ovarium polikistik (PCOS): Masalah hormon yang terjadi selama masa reproduksi wanita. Tanda dan gejalanya, seperti siklus haid tidak teratur, jerawat parah, dan pertumbuhan rambut berlebih.
- Kegagalan ovarium prematur: Terjadi ketika ovarium berhenti berfungsi sebagaimana mestinya sebelum usia 40 tahun. Gejalanya meliputi sulit untuk hamil, vagina kering, dan menstruasi terlambat.
- Kadar prolaktin berlebihan: Disebut sebagai hiperprolaktinemia yang dapat memengaruhi cara kerja tubuh. Misalnya, gangguan menstruasi, disfungsi ereksi, dan kemandulan.
Jika Anda mengalami gejala gangguan pada ovulasi, seperti perubahan menstruasi, keluarnya cairan dari puting susu, dan disfungsi ereksi atau impotensi, sebaiknya lakukan pemeriksaan ke dokter untuk memperoleh penanganan yang tepat. Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan.
Yuk, jaga kesehatan tubuh dengan rutin melakukan medical check up di Ciputra Hospital. Anda juga bisa konsultasi dan buat janji dengan dokter di Ciputra Hospital terdekat.
Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) selengkapnya sekarang juga.
Telah direview oleh dr. Surya. S. Pratama
Source:
- Cleveland Clinic. Ovulation. Oktober 2024.
- Mayo Clinic. What Ovulation Signs Can I Watch for if I Want to Get Pregnant?. Oktober 2024.
- Pregnancy Birth & Baby. Ovulation and Fertility. Oktober 2024.
- Temple Health. What Are Ovulation Disorders?. Oktober 2024.