Ditulis oleh Tim Konten Medis
Meskipun ovarium polikistik (PCO) dan sindrom polikistik ovarium terdengar mirip, kedua penyakit ini tidak sama. Perbedaan PCO dan PCOS dapat terlihat dari gejala, penyebab, dan pengobatannya.
PCOS cenderung lebih berbahaya dibandingkan dengan PCO karena merupakan kondisi yang tidak bisa sembuh total.
Sistem reproduksi wanita terdiri dari 2 bagian utama, yaitu organ internal dan eksternal. Sistem ini berperan penting dalam menghasilkan hormon dan bertanggung jawab atas kesuburan, menstruasi, dan aktivitas seksual.
Namun, beberapa wanita kerap mengalami gangguan reproduksi, termasuk PCO dan PCOS yang umum terjadi. Kondisi ini bisa menyebabkan berbagai komplikasi apabila diabaikan begitu saja.
Apa Itu PCO dan PCOS?
Ovarium polikistik (PCO) adalah kondisi ketika tubuh mengalami peningkatan jumlah kista kecil di ovarium. Kista atau folikel yang muncul cenderung tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala pada sebagian besar wanita.
Biasanya, dokter dapat menemukan PCO pada wanita selama pemeriksaan USG atau bentuk tes pemindaian lainnya. Kondisi ini juga lebih umum dan bisa memengaruhi sekitar 19-33 persen wanita dengan atau tanpa gejala.
Sementara itu, sindrom polikistik ovarium (PCOS) adalah kondisi tubuh ketika mengalami ketidakseimbagan hormon yang terjadi pada ovarium. Kondisi ini menyebabkan tubuh menghasilkan kadar hormon androgen dalam jumlah tinggi.
Akibatnya, wanita dengan PCOS mengalami sejumlah gejala yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan memengaruhi kesuburan. Meskipun memiliki nama “polikistik”, penderita tidak harus mengalami kista ovarium untuk menderita PCOS.
Inilah yang menjadi perbedaan antara PCO dan PCOS yang perlu diketahui. Dokter atau ahli medis profesional dapat menangani kedua kondisi ini untuk mencegah risiko penyakit yang semakin parah.
Baca Juga: Mengenal 8 Gejala PCOS pada Wanita dan Pengobatannya
Perbedaan PCO dan PCOS
Selain definisinya, berikut ini adalah beberapa perbedaan PCO dan PCOS:
1. Gejala
Pada kebanyakan kasus, PCO bisa sembuh dengan sendirinya dan tidak menimbulkan gejala apabila mendapatkan penanganan yang tepat. Namun, ukuran kista yang besar dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan tertentu, seperti:
- Nyeri panggul yang terasa tumpul atau tajam di area pusar bagian bawah
- Perut kembung
- Rasa penuh, tertekan, dan terasa berat pada perut
- Mual
- Sakit saat berhubungan seks
- Nyeri saat menstruasi
- Sering ingin buang air kecil atau besar
Berbeda dengan PCO, penderita PCO mungkin mengalami kista ovarium yang muncul dengan gejala-gejala, sebagai berikut:
- Siklus haid tidak teratur, bisa mengalami pendarahan hebat atau tidak adanya menstruasi sama sekali
- Pertumbuhan rambut berlebih
- Jerawat di punggung, dada, dan wajah
- Berat badan berlebih atau obesitas
- Mengalami bercak-bercak kulit gelap, terutama di lipatan leher, ketiak, selangkangan, dan di bawah payudara
- Rambut menipis
- Gangguan kesuburan
2. Penyebab
Perlu Anda ketahui bahwa PCO bukanlah suatu penyakit. Kondisi ini mengacu pada pembentukan folikel yang berukuran 2-9 milimeter.
Faktor risiko yang menyebabkan PCO cenderung bervariasi, mulai dari usia, masalah hormonal, hingga infeksi penyakit serius. Sementara itu, penyebab PCOS belum diketahui secara pasti.
Namun, ada studi yang membuktikan bahwa kondisi ini bisa terjadi karena adanya faktor genetik. Beberapa faktor lain, terutama obesita juga mampu meningkatkan risiko gejala PCOS.
3. Komplikasi
PCO tidak menyebabkan banyak komplikasi. Jenis gangguan ini cenderung berbeda dengan PCOS yang bisa memicu masalah kesehatan serius apabila tidak segera diobati.
Adapun beberapa komplikasi yang terkait dengan PCOS di antaranya:
- Diabetes: Kondisi yang terjadi saat kadar gula darah (glukosa) terlalu tinggi di dalam tubuh. Diabetes menyebabkan pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup sehingga tubuh tubuh tidak merespons efek insulin dengan baik.
- Komplikasi kehamilan: Komplikasi ini dapat berupa cairan ketuban yang terlalu sedikit atau banyak, diabetes gestasional, pendarahan, kehamilan ektopik, dan keguguran.
- Penyakit kardiovaskular: Istilah umum untuk kondisi yang memengaruhi jantung atau pembuluh darah. Biasanya, penyakit kardiovaskular berkaitan erat dengan kerusakan arteri di organ-organ, seperti otak, jantung, ginjal, dan mata.
- Obesitas: Kondisi ini sebagai penumpukan lemak yang tidak normal atau berlebihan sehingga menyebabkan gangguan kesehatan. Penderita obesitas memiliki IMT di atas 30.
- Kanker endometrium: Jenis kanker yang tumbuh dan berkembang di lapisan rahim. Gejalanya dapat berupa pendarahan di antara periode menstruasi dan nyeri panggul.
Baca Juga: Apa Itu PCOS? Ini 16 Hal yang Penting Diketahui Wanita
4. Diagnosis
Penderita PCO tetap bisa hamil, meskipun dapat memengaruhi kesuburan. Bahkan, kondisi ini juga tidak menyebabkan ketidakseimbangan hormon sehingga ovulasi masih sering terjadi.
Diagnosis PCO biasanya dilakukan dengan tes kehamilan , USG panggul, laparoskopi, dan tes darah. Pemeriksaan ini sangat penting untuk mendeteksi PCO sejak dini dan mengurangi risiko gejala yang semakin parah.
Lain hanya dengan PCOS, wanita dengan kondisi ini cenderung sulit mengalami pembuahan dan memiliki tingkat keguguran yang lebih tinggi daripada mereka yang mengidap PCO.
PCOS juga berkaitan erat dengan ketidakseimbangan hormon, resistensi insulin, dan kelebihan hormon androgen dari ovarium. Kondisi ini mengakibat tubuh mengalami kesulitan dalam ovulasi.
Diagnosis PCOS juga hampir serupa dengan PCO, yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan panggul, tes darah, serta USG panggul. Pemeriksaan ini perlu untuk menentukan pengobatan yang tepat bagi penderita PCOS.
5. Pengobatan
PCOS cenderung lebih berbahaya daripada PCO. Sebab, kondisi ini tidak bisa sembuh secara total.
Pengobatan PCOS dapat mencakup pola hidup sehat, pemberian obat medis, atau kombinasi keduanya untuk mengurangi gejala yang terjadi. Pilihan pengobatannya meliputi:
- Perubahan gaya hidup: Misalnya, mengonsumsi makanan gizi seimbang dan rendah karbohidrat, olahraga secara teratur, mengelola stres, serta menjaga berat badan tetap ideal.
- Obat medis: Dokter dapat memberikan pil KB dan progestin untuk mengatur siklus menstruasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan penderita.
Sementara itu, perawatan PCO bergantung pada usia, jenis, dan ukuran kista yang terjadi. Penderita dapat menunggu dan melakukan pemeriksaan ulang untuk mengetahui apakah kista sudah hilang setelah beberapa bulan.
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kista telah hilang, tes dan perawatan lebih lanjut biasanya tidak perlu. Namun, penderita dapat menjalani operasi apabila kista tersebut masih ada.
Baca Juga: Kenali Fertilitas: Penyebab, Gejala, dan Cara Menjaga
Kapan Harus ke Dokter?
Apabila Anda mengalami masalah kesehatan, seperti siklus haid tidak teratur, pertumbuhan rambut abnormal, dan muncul jerawat parah, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Anda bisa konsultasi dan buat janji dengan dokter di Ciputra Hospital terdekat, sebagai berikut:
- dr. Utomo Budidarmo, Sp.OG, M.Kes
- dr. Fellita Ratri Anggraeni, Sp.OG
- dr. Setyo Teguh Waluyo, Sp.OG.Subsp.Onk
- dr. Johan, Sp.OG
- dr. Denny Khusen., Sp.OG., FICS., CH., CHt.
Yuk, jaga kesehatan tubuh dengan rutin melakukan medical check up di Ciputra Hospital. Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) selengkapnya sekarang juga.
Telah direview oleh dr. Stella Kartolo
Source:
- Cleveland Clinic. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). November 2024.
- Medicinenet. Is There a Difference Between PCO and PCOS?. November 2024.
- WebMD. Ovarian Cysts. November 2024.