Ditulis oleh Tim Konten Medis
Kehamilan ektopik adalah ketika sel telur yang telah dibuahi menempel di luar rahim, biasanya di tuba falopi. Tidak seperti kehamilan normal yang berkembang di dalam rahim, kehamilan ektopik tidak dapat bertahan dan memerlukan penanganan medis karena bisa membahayakan ibu.
Kehamilan ektopik berbahaya karena dapat menyebabkan pendarahan internal serius yang mengancam nyawa ibu.
Awal mula kehamilan dapat terjadi ketika sperma telah membuahi sel telur. Kondisi ini bisa menyebabkan sel telur menempel pada lapisan rahim sehingga memicu pembuahan yang optimal.
Namun, beberapa wanita kerap mengalami kehamilan ektopik yang di mana sel telur menempel dan tumbuh di luar rongga utama rahim. Akibatnya, kondisi ini menimbulkan gejala pendarahan hingga mengancam nyawa apabila tidak mendapatkan pengobatan yang tepat.
Apa Itu Kehamilan Ektopik?
Kehamilan ektopik terganggu adalah kondisi ketika kehamilan berada di luar rahim dan menyebabkan sejumlah masalah kesehatan pada tubuh. Kondisi ini paling sering terjadi di tuba falopi, yaitu bagian tubuh yang menghubungkan antara ovarium dan rahim.
Wanita dengan kehamilan ektopik cenderung tidak mengalami pembuahan secara normal. Pada kondisi ini, sel telur yang dibuahi sperma tidak mampu bertahan hidup sehingga meningkatkan risiko kematian, terutama jika tuba falopi pecah.
Selain tuba falopi, kehamilan ektopik juga bisa terjadi di area tubuh lainnya, seperti ovarium, bagian bawah rahim, dan rongga perut. Namun, kondisi ini jarang dialami oleh penderita.
Baca Juga: Gangguan Sistem Pencernaan pada Ibu Hamil, Apa Saja?
Jenis Kehamilan Ektopik
Berdasarkan lokasi sel telur yang menempel, kehamilan di luar rahim terbagi atas beberapa jenis, yaitu:
1. Kehamilan Tuba
Sesuai dengan namanya, kehamilan tuba terjadi ketika sel telur menempel di tuba falopi. Kondisi ini termasuk yang paling umum dan sebagian besar kehamilan ektopik terjadi di bagian tuba.
Sebagai contoh, sekitar 80 persen dari semua kasus, banyak kehamilan di luar rahim tumbuh di bagian ampula, yaitu bagian dari saluran tuba falopi yang memiliki ukuran panjang dan luas. Kondisi ini memerlukan penanganan yang tepat agar terhindar dari masalah kesehatan serius.
2. Kehamilan Ektopik Non-Tuba
Hampir 2 persen dari kehamilan ektopik terjadi di bagian lainnya, seperti ovarium, serviks, atau daerah intra-abdomen. Meskipun jarang terjadi, kondisi ini juga menimbulkan sejumlah gejala yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Dokter dapat mendiagnosis gangguan kehamilan ini non-tuba melalui pemeriksaan tes darah dan USG. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan pemeriksaan rutin ke layanan kesehatan agar mengurangi risiko komplikasi serius.
3. Kehamilan Heterotopik
Pada kasus yang terjadi, terdapat sel telur yang telah dibuahi menempel di dalam rahim dan yang lainnya menempel di luar rahim. Dalam istilah medis, kondisi ini dikenal dengan sebutan kehamilan heterotopik.
Gangguan ini sering kali ditemukan sebelum kehamilan intrauterin karena sifatnya yang cenderung menyakitkan. Jika kadar hormon hCG terus meningkat setelah pengangkatan kehamilan ektopik, pembuahan sel telur di rahim mungkin akan tetap tumbuh dan berkembang.
Penyebab Kehamilan Ektopik
Penyebab kehamilan ektopik bisa terjadi karena sel telur yang sudah dibuahi tersangkut saat menuju rahim. Kondisi inilah yang menyebabkan pendarahan dan rasa nyeri di bagian perut.
Selain itu, penyebab hamil di luar kandungan sering kali karena kerusakan tuba falopi akibat peradangan atau tidak memiliki bentuk yang sempurna. Hal ini dipengaruhi oleh ketidakseimbangan hormon atau perkembangan sel telur yang tidak normal.
Faktor Risiko Penyebab Kehamilan Ektopik
Adapun beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kehamilan di luar rahim, sebagai berikut:
- Pernah menjalani operasi tuba falopi: Tindakan ini bertujuan untuk memperbaiki tuba falopi yang menutup atau rusak, tetapi bisa memicu risiko kehamilan di luar kandungan.
- Kebiasaan merokok: Rokok mengandung berbagai zat berbahaya sehingga kemungkinan besar mengalami gangguan kehamilan ini di kemudian hari.
- Perawatan kesuburan: Penelitian membuktikan bahwa wanita yang menjalani program bayi tabung atau perawatan serupa lebih berisiko mengalami kehamilan di luar rahim.
- Menggunakan alat kontrasepsi: Peluang untuk hamil saat menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) cenderung jarang terjadi. Namun, ada kemungkinan kecil Anda hamil walaupun sudah memakai alat kontrasepsi ini sehingga meningkatkan risiko kehamilan di luar rahim.
- Riwayat kehamilan ektopik: Jika Anda pernah mengalami kondisi ini, kemungkinan besar dapat mengalaminya kembali.
- Infeksi atau peradangan: Infeksi menular seksual, seperti klamidia atau gonore mengakibatkan peradangan pada tuba dan organ-organ di sekitarnya.
Baca Juga: Penyakit Plasenta Previa: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Gejala Kehamilan Ektopik
Wanita dengan gangguan kehamilan ini cenderung tidak menyadari adanya tanda dan gejala pada kondisi awal. Sebab, kondisi ini memiliki gejala yang mirip dengan kehamilan pada umumnya.
Meskipun begitu, Anda bisa mengalami ciri-ciri hamil di luar kandungan meliputi:
- Pendarahan vagina
- Nyeri perut di bagian bawah, panggul, dan punggung bawah
- Kepala pusing
- Tubuh terasa lemas
Jika tuba falopi pecah, rasa nyeri dan pendarahan bisa berlangsung lebih parah yang disertai dengan ciri-ciri hamil ektopik lainnya, seperti:
- Pingsan
- Hipotensi atau tekanan darah rendah
- Nyeri di bagian bahu
- Tekanan pada rektal atau gangguan pada usus
Selain itu, Anda juga bisa mengenali tanda keguguran hamil ektopik, seperti kram perut menyakitkan, nyeri punggung tajam atau tumpul, dan keluarnya jaringan atau gumpalan darah dari vagina. Dokter dapat mendiagnosis keguguran dengan melakukan pemeriksaan pelvis.
Diagnosis Penyakit Kehamilan Ektopik
Ada beberapa cara mengetahui kehamilan ektopik, sebagai berikut:
- Tes urine: Meneteskan urine ke strip tes atau ke dalam cangkir sebagai sampel untuk mengetahui tanda-tanda kehamilan di luar rahim.
- Pemeriksaan ultrasonografi (USG): Menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar struktur internal tubuh. Pemeriksaan USG mampu mendeteksi lokasi sel telur yang menempel.
- Tes darah: Dokter dapat menguji darah pasien untuk mengetahui seberapa banyak hormon HCG di dalam tubuh. Jika kadarnya rendah, hal ini bisa mengindikasikan kehamilan di luar rahim.
Komplikasi Kehamilan Ektopik
Kehamilan di luar rahim bisa menyebabkan komplikasi serius berupa tuba falopi pecah. Tanpa pengobatan yang tepat, kondisi ini memicu pendarahan hingga dapat mengancam nyawa.
Pecahnya tuba falopi menimbulkan beberapa gejala, seperti nyeri hebat dan pendarahan vagina. Bahkan, kondisi ini bisa disertai dengan penurunan tekanan darah, pingsan, dan syok.
Cara Mengatasi Kehamilan Ektopik
Ada dua cara mengatasi kehamilan di luar rahim dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi serius. Berikut penjelasan caranya:
1. Obat Medis
Paa beberapa kasus, dokter dapat merekomendasikan pemberian obat methotrexate untuk menghentikan perkembangan sel telur yang dibuahi sehingga tidak terjadi kehamilan. Jenis obat ini cenderung aman karena tidak akan merusak tuba falopi.
Namun, Anda tidak bisa menggunakan methotrexate apabila tuba falopi pecah. Ahli medis dapat memberikan obat ini dalam bentuk suntikan tunggal.
Meskipun jarang terjadi, suntikan kedua bisa diberikan oleh pasien apabila tidak mengalami penurunan kadar HCG dengan satu dosis. Anda bisa berdiskusi dengan dokter terkait efek samping dan risiko obat yang bisa terjadi.
2. Operasi Bedah
Pasien memerlukan operasi pembedahan apabila tuba falopi berisiko pecah. Ini adalah prosedur darurat dan mampu mencegah risiko kehilangan nyawa.
Umumnya, operasi bedah dilakukan secara laparoskopi, yaitu melalui beberapa sayatan kecil di perut. Sebelum menjalani prosedur ini, dokter dapat memberikan anestesi.
Kemudian, dokter bisa mengangkat seluruh tuba falopi dengan sel telur yang masih ada dalamnya atau mengeluarkan sel telur dari tuba agar bagian tubuh ini tetap utuh. Hal ini bergantung dari tingkat keparahannya.
Cara Mencegah Kehamilan Ektopik
Perlu diketahui bahwa tidak ada cara mencegah kehamilan ektopik berulang. Namun, Anda bisa mengurangi risikonya dengan menjalani pola hidup sehat sehari-hari.
Cobalah untuk menerapkan kebiasaan tidak merokok, menjaga berat badan ideal, mengonsumsi makanan gizi seimbang, dan mencegah terjadinya infeksi menular seksual. Dengan menjalani pola hidup sehat, tubuh tidak hanya terhindar dari risiko kehamilan ektopik tetapi juga berbagai masalah kesehatan lainnya.
Baca Juga: Apa itu Eklampsia? Penyebab, Gejala, Pengobatan
Pengobatan Kehamilan Ektopik ke Dokter
Apabila gejala kehamilan di luar rahim, seperti pendarahan vagina, kepala pusing, dan kelelahan yang dirasakan tidak kunjung membaik setelah dilakukan perawatan rumahan dan bahkan semakin parah, sebaiknya segera berkonsultasi pada dokter.
Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan. Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU).
Yuk, jaga dan cek kondisi kesehatan Anda sekeluarga bersama Ciputra Hospital!
Telah direview oleh Dr Sony Prabowo, MARS
Source:
- Cleveland Clinic. Ectopic Pregnancy. November 2024.
- Mayo Clinic. Ectopic Pregnancy. November 2024.
- News Medical. Types of Ectopic Pregnancy. November 2024.