Ditulis oleh Tim Konten Medis
Mola hidatidosa, kehamilan molar, atau hamil anggur termasuk komplikasi kehamilan yang terjadi ketika pembuahan tidak berlangsung normal, sehingga membentuk jaringan tumor pada tubuh. Kondisi ini dapat menghambat tumbuh kembang embrio, sehingga berisiko menyebabkan keguguran.
Kehamilan molar cenderung tampak seperti kehamilan biasa, tetapi bisa memicu gejala, seperti pendarahan.
Hamil anggur dapat terjadi akibat gangguan saat proses pembuahan. Pada kondisi ini, plasenta tidak terbentuk secara normal sehingga menyebabkan masalah kesehatan pada tubuh.
Wanita yang mengalami kehamilan moral dapat menjalani perawatan medis untuk meningkatkan peluang hamil sehat di kemudian hari. Oleh sebab itu, penting untuk mengenali tanda, penyebab, dan cara mengatasinya agar memperoleh penanganan sedini mungkin.
Apa Itu Mola Hidatidosa (Hamil Anggur)?
Hamil anggur adalah kondisi ketika sel telur dan sperma tidak dengan benar saat pembuahan sehingga membentuk tumor jinak (nonkanker) di dalam tubuh. Tumor ini memiliki ukuran kecil seperti kantung berisi air, mirip dengan buah anggur.
Selain itu, tumor tidak dapat mendukung perkembangan embrio sehingga kehamilan akan berakhir. Beberapa orang yang mengalami kondisi ini bisa mengalami keguguran.
Kehamilan molar (mola hidatidosa) membutuhkan pengobatan yang tepat agar mengurangi risiko terjadinya komplikasi serius. Jenis kehamilan ini termasuk dalam penyakit trofoblas gestasional yang berarti sekelompok kondisi medis yang mengakibatkan pertumbuhan tumor di rahim.
Perbedaan kehamilan ektopik dan moda hidatidosa dapat terlihat dari pembuahan sel telur yang terjadi. Pada kehamilan ektopik, sel telur dapat dibuahi oleh sperma tetapi menempel di luar rahim, seperti di tuba falopi.
Sementara itu, sel telur akibat mola hidatidosa tidak mengalami pembuahan normal sehingga menyebabkan kelainan pada kromosom dan plasenta. Meskipun terdapat perbedaan yang signifikan, kedua kondisi ini sama-sama berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Hamil anggur, mola hidatidosa, atau kehamilan molar terdiri dari 2 jenis utama, yaitu kehamilan molar lengkap dan parsial. Pada kehamilan lengkap, tidak ada embrio yang terbentuk sedangkan kehamilan parsial terjadi ketika plasenta abnormal terbentuk bersama embrio.
Baca Juga: Ambeien pada Ibu Hamil, Berbahaya? Ini Pengobatannya
Penyebab Hamil Anggur dan Faktor Risikonya
Penyebab mola hidatidosa adalah pembuahan sel telur yang tidak normal. Umumnya, sel manusia terdiri dari 23 pasang kromosom.
Dalam pembuahan yang normal, satu kromosom pada setiap pasang berasal dari ayah dan lainnya dari ibu. Pada jenis kehamilan molar lengkap, 1-2 sperma membuahi sel telur, tetapi kromosom dari sel telur ibu hilang atau tidak berfungsi.
Selain itu, pada jenis kehamilan molar tidak lengkap atau parsial, terdapat kromosom dari ibu tetapi ayah menyediakan 2 set kromosom. Akibatnya, embrio memiliki 69 kromosom, bukan 46 yang berarti tidak dapat mendukung kehamilan normal yang sehat.
Hal ini paling sering terjadi ketika 2 sperma mampu membuahi sel telur sehingga menghasilkan salinan tambahan gen dari ayah. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kehamilan molar, seperti berusia di bawah 20 tahun dan lebih dari 40 tahun, memiliki riwayat penyakit hamil anggur, serta mengalami keguguran sebanyak 2 kali atau lebih.
Gejala Hamil Anggur
Adapun sejumlah gejala yang dirasakan ketika hamil anggur, di antaranya:
- Tekanan atau nyeri panggul
- Mual dan muntah parah
- Pendarahan berwarna coklat tua hingga merah terang selama 3 bulan pertama
- Terkadang kista seperti anggur yang keluar dari vagina
- Tingginya kadar hCG
- Pembengkakan perut
- Anemia atau kekurangan sel darah merah
Cara Mendiagnosis Mola Hidatidosa
Berikut ini adalah beberapa cara mendiagnosis mola hidatidosa:
1. USG Rahim
Dokter atau ahli medis profesional dapat mendiagnosis hamil anggur dengan pemeriksaan prenatal rutin, terutama saat trimester pertama. USG rahim sering kali menunjukkan beberapa kantung berisi cairan, bukan plasenta.
Pada kebanyakan kasus, jaringan kehamilan tetap ada meskipun tidak ada embrio atau janin di rahim. Jika mengalami kondisi ini, dokter dapat menyarankan penderita untuk menjalani pemeriksaan selanjutnya.
2. Tes Hormon
Selain USG rahim, dokter dapat mendeteksi hamil anggur dengan tes hormon untuk mengukur kadar hCG di dalam darah. Umumnya, plasenta yang sehat menghasilkan hormon hCG selama kehamilan.
Jenis hormon ini berada dalam urine sehingga Anda mampu menjalani tes kehamilan di rumah. Namun, pada hamil anggur, tubuh memproduksi kadar hCG yang sangat tinggi sehingga menunjukkan telah terjadi kehamilan abnormal.
Baca Juga: Plasenta Previa: Penyebab, Gejala, Pengobatan
Komplikasi Hamil Anggur
Pada beberapa kasus, sebagian dari hamil anggur akan tetap berada di rahim setelah operasi bedah atau mengalami keguguran. Jika kondisi ini terjadi, sel-sel abnormal dapat tumbuh ke dalam lapisan otot di sekitar rahim dan terjadi pada kurang dari 15 persen orang yang telah menjalani operasi pengangkatan hamil anggur.
Selain itu, kehamilan anggur dapat menyebabkan komplikasi serius berupa:
- Infeksi darah (sepsis): Reaksi tubuh yang berlebihan terhadap infeksi penyakit. Kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan jaringan, kegagalan fungsi organ, dan kematian.
- Preeklamsia: Kondisi tekanan darah serius yang berkembang selama kehamilan. Preeklamsia bisa memicu kerusakan ginjal, hati, dan cedera otak.
- Tekanan darah rendah: Berada di bawah 90/60 mmHg. Gejalanya meliputi pusing dan pingsan, tetapi banyak orang yang tidak mengalami gejala apa pun.
- Infeksi rahim: Biasanya terjadi akibat bakteri dari vagina yang bergerak ke dalam rahim. Dokter dapat mendiagnosis infeksi rahim sesuai gejala yang terjadi pada penderita.
Cara Mengatasi Mola Hidatidosa
Adapun beberapa cara mengatasi hamil anggur, di antaranya:
1. Dilatasi dan Kuretase
Salah satu cara mengatasi hamil anggur adalah dengan menjalani prosedur bedah kecil, seperti dilatase dan kuretase. Prosedur ini mampu mengangkat jaringan dari rahim untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi serius.
Selain itu, prosedur dilatase dan kuretase juga berperan penting untuk mendiagnosis atau mengobati pendarahan rahim yang tidak teratur. Kondisi ini biasanya mampu mengatasi berbagai kondisi medis lainnya, seperti infeksi, kanker rahim, atau fibroid.
Baca Juga: 10 Penyebab Lama Hamil Setelah Menikah dan Solusinya
2. Kemoterapi
Jika kehamilan molar termasuk kategori risiko tinggi, kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker apabila tidak mendapatkan pengobatan yang tepat. Pada kondisi ini, penderita memerlukan perawatan kemoterapi setelah prosedur dilatasi dan kuretase.
Hal ini sangat penting terutama kadar hCG yang tidak kunjung turun seiring berjalannya waktu. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter sebelum menjalani perawatan ini.
3. Pemantauan Kadar HCG
Setelah pengangkatan jaringan molar selesai, dokter akan terus mengukur kadar HCG hingga kadarnya turun. Kondisi ini memerlukan perawatan lebih lanjut apabila kadar hormon tidak kunjung menurun.
Selanjutnya, dokter akan memeriksa kadar hCG selama 6 bulan untuk memastikan tidak ada jaringan molar yang tersisa. Bagi penderita trofoblastik gestasional, hormon hCG harus diperiksa selama 1 tahun setelah prosedur kemoterapi.
Jika Anda mengalami gejala hamil anggur, seperti nyeri panggul, pendarahan, dan pembengkakan perut yang tidak kunjung sembuh dalam waktu lama, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan.
Yuk, jaga kesehatan tubuh dengan rutin melakukan medical check up di Ciputra Hospital. Anda juga bisa konsultasi dan buat janji dengan dokter di Ciputra Hospital terdekat. Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) selengkapnya sekarang juga.
Telah direview oleh Dr Sony Prabowo, MARS
Source:
- Cleveland Clinic. Molar Pregnancy. Oktober 2024.
- Healthline. Molar Pregnancy: What You Need to Know. Oktober 2024.
- Mayo Clinic. Molar Pregnancy. Oktober 2024.