Ditulis oleh Tim Konten Medis
Aphasia adalah kondisi otak yang menimbulkan kesulitan berbicara atau berbahasa. Penyebabnya bisa terjadi karena cedera di kepala, setelah mengalami stroke, atau kerusakan otak lainnya.

Gejala afasia ditandai berbicara kurang jelas.
Gangguan afasia biasanya terjadi akibat cedera pada otak kiri yang memengaruhi fungsi elemen inti jaringan bahasa. Kondisi ini dapat bersifat sementara atau jangka panjang, tergantung pada penyebab dan faktor lainnya.
Pada kasus yang parah, afasia tidak bisa disembuhkan. Namun, Anda bisa mengelola gejalanya dengan terapi dan pengobatan sesuai anjuran dokter.
Apa Itu Aphasia?
Penyakit afasia adalah gangguan yang memengaruhi cara seseorang berkomunikasi dan memahami bahasa. Gangguan ini juga bisa membuat penderita sulit untuk berbicara, mendengar, membaca, dan menulis.
Orang dengan afasia sering kali tidak mampu mengingat nama-nama objek tertentu dan menyusun kata menjadi kalimat. Hal ini bisa diatasi dengan terapi bicara untuk melatih keterampilan bahasa dan berkomunikasi dengan baik.
Penyebab Aphasia
Penyebab afasia yang paling umum terjadi adalah kerusakan otak akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak yang disebut gangguan stroke. Hilangnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan sel-sel otak sehingga memengaruhi cara berbicara dan berbahasa seseorang.
Tidak hanya stroke, kerusakan otak yang disebabkan oleh cedera, tumor, infeksi, atau proses degeneratif juga memicu penyakit afasia. Dalam kasus ini, afasia biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan kognitif lainnya, seperti masalah memori atau kebingungan.
Faktor Risiko Penyebab Aphasia
Penyakit aphasia bisa menyerang siapa saja baik pria maupun wanita. Namun, kondisi ini berisiko tinggi pada orang yang berusia di atas 65 tahun, terutama setelah mengalami stroke atau kondisi medis yang memicu gangguan otak.
Afasia juga bisa terjadi secara bertahap akibat pertumbuhan tumor yang lambat penyakit yang mengakibatkan kerusakan progresif dan permanen (degeneratif). Tingkat keparahan kondisi ini bergantung pada sejumlah hal, termasuk penyebab dan kerusakan pada otak.
Gejala Aphasia
Ada beberapa jenis afasia dengan gejala yang berbeda-beda, seperti:
1. Afasia Broca
Afasia Broca atau ekspresif terjadi ketika seseorang merasa sulit untuk mengucapkan atau menemukan kata-kata yang tepat. Penderita sering kali berbicara dengan kalimat yang sangat pendek karena kesulitan berbicara.
Anda bisa mengenali ciri-ciri afasia broca, sebagai berikut:
- Penggunaan kosakata terbatas
- Sulit menulis
- Masih memiliki kemampuan membaca dan memahami pembicaraan
- Kemampuan berbicara menurun
- Suara terbata-suara
Baca Juga: Ketahui Mati Batang Otak, Benarkan Sudah Dipastikan Meninggal Secara Medis?
2. Afasia Wernicke
Afasia Wernicke adalah kondisi ketika penderita tidak mampu berbicara dengan baik dan menggunakan kalimat panjang. Pada kondisi ini, penderita juga mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal.
Afasia Wernicke atau afasia reseptif dapat membuat penderita frustasi karena orang orang lain tidak memahami mereka. Tanda dan gejalanya meliputi:
- Gangguan membaca dan menulis
- Tidak memahami kata-kata yang diucapkan
- Berbicara kurang jelas
- Memiliki intrusi kata-kata yang tidak relevan
3. Afasia Anomik
Tipe aphasia ini merupakan gangguan bahasa yang menyebabkan penderita sulit menemukan kata yang tepat untuk diucapkan atau ditulis. Sebagai contoh, Anda berpikir sebuah apel tetapi tidak mampu mengucapkan kata “apel”.
Anda dapat mengatakan “benda berwarna merah yang tumbuh di pohon” atau “benda yang masuk ke dalam pai”. Meskipun orang lain dapat memahami percakapan penderita, hal ini dapat membuat mereka frustasi karena tidak mampu menemukan kata yang tepat.
Bahkan, mereka tidak mampu mengatakan hal-hal dengan cepat dan jelas. Tanda dan gejala afasia anomik berupa:
- Jeda dalam berbicara
- Gagal memahami sebuah kata
- Mengganti kata dengan istilah umum seperti “barang” atau “benda”
- Sering mengulang kata-kata
4. Afasia Progresif Primer (PPA)
Afasia progresif primer (PPA) adalah kondisi neurologis yang mengakibatkan seseorang kehilangan kemampuan berbahasa. Kondisi ini termasuk jenis demensia dan menjadi tanda penyakit Alzheimer.
Pada awalnya, penderita sulit menemukan kata yang tepat untuk objek atau memahami orang lain. Seiring berjalannya waktu, banyak orang dengan PPA kehilangan keterampilan komunikasi verbal atau tertulis.
Gejala PPA meliputi:
- Bicara lambat
- Sulit memahami pembicaraan orang lain
- Memiliki tata bahasa yang buruk
- Sering jeda ketika berbicara
- Hilangnya kemampuan berbahasa secara total
- Sulit menemukan kata yang tepat untuk suatu objek tertentu
5. Afasia Transkortikal Campuran
Afasia transkortikal campuran adalah jenis gangguan berbicara yang ditandai dengan pengulangan berbicara. Kondisi ini juga disebut sebagai afasia isolasi dan hampir serupa dengan afasia global.
Gangguan afasia transkortikal termasuk jenis yang lebih parah dengan gejala, sebagai berikut:
- Bicara tidak lancar, seperti lambat dan tersendat-sendat
- Sering kali mengulang pembicaraan
- Kesulitan memulai pembicaraan atau menciptakan bahasa spontan
- Kemampuan membaca dan menulis terganggu
Baca Juga: Tumor Otak: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
6. Afasia Motorik Transkortikal
Afasia motoric termasuk jenis gangguan berbicara yang jarang terjadi daripada afasia Broca atau Wernicke. Orang dengan kondisi ini sering kali menunjukkan keraguan dan sulit menemukan kata yang tepat.
Gangguan afasia motorik hampir serupa dengan afasia Wernicke. Namun, kondisi ini ditandai dengan bicara tidak lancar dengan pemahaman utuh dan pengulangan yang sangat baik.
Diagnosis Penyakit Aphasia
Dokter atau ahli medis profesional dapat mendiagnosis gangguan berbicara dengan melakukan tes bahasa. Tes ini meliputi cara mempelajari wicara, penamaan, pengulangan, pemahaman, membaca, dan menulis.
Bukan hanya itu saja, diagnosis juga mencakup penggunaan prosedur pencitraan untuk melihat kondisi kesehatan otak, seperti:
- CT Scan: Pemeriksaan ini menggunakan sinar-X dan komputer untuk membuat gambar utuh secara mendetail. CT scan dapat menghasilkan gambar berupa tulang, otot, lemak, dan organ.
- Magnetic Resonance Imaging (MRI): Tes ini melibatkan frekuensi radio, komputer, dan magnet besar untuk membuat gambar organ dan struktur tubuh secara rinci. Pemeriksaan MRI tidak menggunakan sinar-X.
- Tomografi Emisi Positron (PET Scan): Prosedur pencitraan ini berbasis komputer dan menggunakan zat radioaktif untuk memeriksa proses tubuh.
Komplikasi Aphasia
Penyakit aphasia dapat memengaruhi kemampuan penderita dalam berkomunikasi terkait keinginan dan kebutuhannya. Penderita juga tidak bisa memberi tahu orang lain bahwa mereka lapar, lelah, atau membutuhkan bantuan.
Kondisi ini bisa menyebabkan berbagai komplikasi, seperti frustasi, mudah marah, isolasi, dan depresi. Akibat kendala bahasa, orang lain juga dapat merasa frustasi dan kesal karena mereka tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
Cara Mengatasi Aphasia
Penanganan gangguan bicara tergantung pada gejala, usia, dan kondisi kesehatan penderita. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi melalui beberapa metode tertentu.
Berikut ini adalah cara mengatasi aphasia:
1. Terapi Wicara-Bahasa
Terapi wicara-bahasa termasuk salah satu perawatan untuk sebagian besar penderita dengan gangguan bicara dan atau berbicara. Pada gangguan berbicara, hal ini dapat mengacu pada masalah dalam mengeluarkan suara, seperti artikulasi, kelancaran, atau resonansi.
Ahli patologi wicara-bahasa (SLP) yang sering disebut terapis wicara dapat memberikan perawatan ini untuk menilai kemampuan bicara, bahasa, dan komunikasi kognitif penderita. SLP setidaknya memiliki gelar master, sertifikat atau lisensi, dan kompetensi klinis.
2. Konsumsi Obat-Obatan
Obat-obatan tertentu dapat mengobati gejala afasia. Jenis obat ini termasuk memantine, donepezil, galantamine, dan piracetam untuk meningkatkan aliran darah ke otak serta mendukung kemampuan pemulihan secara optimal.
Obat untuk aphasia juga menggantikan zat kimia yang terkuras di otak (neurotransmitter). Sebelum konsumsi obat, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Baca Juga: Penyebab Cedera Otak Traumatik, Gejala, dan Pengobatan
Cara Mencegah Aphasia
Gangguan berbicara terjadi secara tidak terduga sehingga Anda tidak bisa mencegahnya. Namun, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi risiko terkena kondisi ini, di antaranya:
- Mengonsumsi makanan gizi seimbang
- Olahraga secara teratur
- Mengobati infeksi yang terjadi, termasuk infeksi mata dan telinga
- Mengenakan alat pelindung diri saat bekerja untuk mengurangi risiko cedera kepala dan kerusakan otak
- Mengelola kondisi kronis agar terhindari dari komplikasi kerusakan otak
Pengobatan Afasia ke Dokter
Apabila gejala afasia yang dirasakan tidak kunjung membaik setelah dilakukan perawatan rumahan dan bahkan semakin parah, sebaiknya segera berkonsultasi pada dokter.
Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan. Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU).
Yuk, jaga dan cek kondisi kesehatan Anda sekeluarga bersama Ciputra Hospital!
Telah direview oleh dr. Stella Kartolo
Source:
- Cleveland Clinic. Aphasia. Februari 2025.
- Nemours Kids Health. Speech-Language Therapy. Februari 2025.
- Stroke Association. Types of Aphasia. Februari 2025.
- Sciencedirect. Transcortical Motor Aphasia. Februari 2025.