Ditulis oleh Tim Konten Medis
Cedera kepala adalah istilah luas yang menggambarkan serangkaian cedera yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak, otak, dan jaringan di bawahnya serta pembuluh darah di kepala. Sementara cedera otak adalah cedera kepala yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi otak. Cedera otak secara garis besar diklasifikasikan menjadi cedera otak traumatik (COT) yang berasal dari sumber eksternal dan cedera otak non-traumatik yang berasal dari sumber internal. Pada topik ini akan dibahas khusus mengenai COT.
Cedera otak adalah cedera kepala yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi otak.
Baca Juga: Cedera Kepala Berat
Definisi Cedera Otak Traumatik
COT adalah gangguan pada fungsi otak yang disebabkan oleh faktor eksternal. Hal ini seringkali disebabkan oleh pukulan, benturan, sentakan, atau luka tembus di kepala. Namun, tidak semua pukulan atau sentakan pada kepala menyebabkan COT, beberapa hanya menyebabkan kerusakan tulang tengkorak, tanpa diikuti cedera otak. COT ringan disebut dengan gegar otak.
Insidensi
COT telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama bertahun-tahun dan akan tetap menjadi sumber utama kematian dan kecacatan parah di masa depan. COT terus menjadi masalah kesehatan yang berdampak kuat pada sosial ekonomi di seluruh dunia, baik di negara-negara berpenghasilan rendah maupun tinggi, karena konsekuensinya yang seumur hidup dan dapat terjadi pada orang-orang pada usia berapa pun.
Setiap tahunnya sekitar 235.000 orang dirawat rumah sakit karena COT. Hampir 1,1 juta orang dirawat di unit gawat darurat, dan 50.000 meninggal. Distribusi COT untuk kelompok usia pada anak-anak dan orang tua merupakan populasi dengan risiko tertinggi. Pada jenis kelamin laki-laki usia yang paling berisiko antara 10 dan 20 tahun sementara pada perempuan antara usia 70 dan 80 tahun.
Akses ke layanan darurat dan bedah saraf mempengaruhi mortalitas dan morbiditas COT di seluruh wilayah dunia. Di negara-negara berpenghasilan rendah, akses ini cenderung terbatas sehingga mengakibatkan jumlah kecacatan dan kematian yang lebih tinggi.
Penyebab Cedera Otak Traumatik
Dua penyebab paling umum dari COT adalah terjatuh dan kecelakaan lalu lintas (KLL), yang meliputi tabrakan kendaraan, pejalan kaki yang ditabrak kendaraan, tabrakan kendaraan-sepeda dan mobil-pengendara sepeda motor serta kecelakaan sepeda dan sepeda motor yang tidak melibatkan kendaraan lain. Sampai saat ini, KLL adalah penyebab utama COT.
COT akibat olahraga merupakan salah satu penyebab lainnya yang cukup sering. Olahraga seperti sepak bola, berkuda, balapan, bertinju dan olahraga ekstrem lainnya merupakan contoh olahraga yang berisiko untung mengalami COT. Oleh sebab itu, perlu dibuat aturan yang lebih tegas dan jelas dari masing-masing federasi cabang olahraga mengenai alat pelindung kepala yang sesuai standar, serta aturan yang memuat tentang batasan frekuensi dan kekuatan benturan kepala yang diizinkan dalam sebuah cabang olahraga khususnya olahraga bela diri yang melibatkan benturan kepala secara langsung.
Dua penyebab paling umum dari COT adalah terjatuh dan kecelakaan lalu lintas (KLL).
Mekanisme Cedera Otak Traumatik
- Cedera Otak Traumatik Tertutup
Sering terjadi sebagai akibat dari KLL, atau pukulan ke kepala, atau terjatuh di mana kepala membentur lantai atau permukaan keras lainnya. Pada COT tertutup, tengkorak tidak tertembus, namun sering disertai retak. - Cedera Otak Traumatik Terbuka
Hal ini disebabkan oleh luka tembus, misalnya akibat senjata, peluru, atau benda tajam lainnya. Pada COT terbuka ini, tengkorak tertembus hingga mencederai otak.
Klasifikasi Cedera Otak Traumatik
COT dibagi berdasarkan derajat keparahannya menggunakan skala. Skala ini berlaku universal sehingga memiliki keseragaman dalam penilaian COT yang disebut dengan Glasgow Coma Scale (GCS). GCS menggunakan poin untuk menilai respon dari pasien meliputi penilaian terhadap respon membuka mata, kemampuan berbicara, dan pergerakan anggota tubuh. Skala ini memiliki total poin 3-15, poin 3 berarti koma dalam dan poin 15 berarti sadar baik. Selanjutnya rentangan poin tersebut akan dibagi menjadi:
- Cedera Otak Ringan (COR): GCS 14-15.
- Cedera Otak Sedang (COS): GCS 9-13.
- Cedera Otak Berat (COB): GCS 3-8.
Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda tergantung pada area otak yang mengalami kerusakan. COT dapat memiliki efek fisik, kognitif, psikologis, dan fisiologis luas yang dapat terjadi sesaat setelah kejadian maupun setelah beberapa waktu kemudian. Gejalanya mungkin berbeda tergantung pada tingkat keparahan COT, namun tidak spesifik. Secara umum gejala dari yang paling ringan dapat berupa:
- Nyeri kepala
- Mual dan muntah
- Pingsan.
- Hilang ingatan atau tidak ingat kejadian
- Kejang
- Kelemahan anggota gerak
- Gangguan penglihatan
- Gangguan berbicara
- Hingga yang paling berat adalah penurunan kesadaran atau koma
Pemeriksaan Cedera Otak Traumatik
Seluruh pasien COT akan dilakukan pemeriksaan neurologis yang menyeluruh. Pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computerized Tomography (CT) digunakan untuk melihat otak. CT scan paling diindikasikan pada tahap awal pasca trauma karena dapat menunjukkan patah tulang dan bekuan darah di otak yang lebih baik. MRI digunakan pada kondisi pasien yang sudah stabil secara medis untuk memberikan gambaran yang lebih rinci tentang jaringan otak.
Manajemen Cedera Otak Traumatik
- Intervensi Bedah
Pembedahan darurat sering diperlukan untuk dekompresi otak yang cedera dan meminimalkan kerusakan pada otak maupun jaringan lainnya meliputi:
- Evakuasi bekuan darah untuk mengurangi tekanan pada otak.
- Pengangkatan sebagian tengkorak untuk mengurangi tekanan pada otak.
- Perbaikan patah tulang tengkorak yang patah, dan/atau pengangkatan pecahan tengkorak dari jaringan otak (pada trauma tembus).
- Pemasangan selang untuk mengalirkan cairan otak.
- Intervensi Medis
Obat-obatan juga dapat digunakan untuk mengurangi kerusakan sekunder pada otak:
- Obat sedasi, dalam kondisi tersedasi otak membutuhkan oksigen yang jauh lebih sedikit. Ini adalah salah satu cara untuk mengatasi suplai oksigen dan nutrisi ke otak yang menurun oleh pembuluh darah yang terkompresi akibat peningkatan tekanan otak.
- Obat diuretik, dapat digunakan untuk mengurangi jumlah cairan dalam jaringan otak dan dengan demikian membantu mengurangi tekanan pada otak.
- Obat anti kejang sering diberikan pada tahap awal untuk menghindari kerusakan otak tambahan, yang mungkin disebabkan jika kejang terjadi.
- Obat-obatan suportif lainnya seperti penyetop perdarahan, anti nyeri, antibiotik, dan lain sebagainya disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.
Rehabilitasi Cedera Otak Traumatik
Sama seperti dua orang yang tidak persis sama, tidak ada dua cedera otak yang persis sama. Oleh karena itu, pendekatan rehabilitasi neurologis dan fisioterapi setelah COT harus memperhatikan prinsip neuroplastisitas serta mengambil pendekatan yang berpusat pada pasien dengan keterlibatan individu dalam penetapan tujuan dan pilihan prosedur perawatan.
- Perawatan awal selama FASE AKUT berfokus pada peningkatan kekuatan pernapasan dan adaptasi pada perubahan sistem muskuloskeletal, targetnya adalah mobilisasi dini secara bertahap bahkan sejak masih di tempat tidur.
- Penatalaksanaan fisioterapi FASE SUBAKUT berfokus pada penyediaan lingkungan yang sesuai untuk membantu pemulihan fungsional dan mulai melakukan aktivitas bermakna dan relevan yang disesuaikan dengan kemampuan individu.
- Manajemen fisioterapi FASE PASCA AKUT berfokus meningkatkan keterampilan motorik spesifik dengan fokus pada tujuan fungsional untuk aktivitas sehari-hari, di mana hal ini sangat bergantung pada pendekatan kolaboratif antara individu dan keluarga. Tahap ini dapat mencakup rawat inap, rawat jalan, dan pengaturan berbasis komunitas. Pada beberapa individu mungkin memerlukan akses seumur hidup.
Ditulis oleh dr. I Gde Anom Ananta Yudha, Sp.BS, FINO, FINSS, FICS