Ditulis oleh Tim Konten Medis
Sebagian besar kasus aneurisma otak tidak menimbulkan gejala dan berukuran kecil sehingga sering kali tidak disadari oleh penderita. Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, kondisi ini bisa mengancam nyawa sehingga Anda perlu mewaspadainya.
Aneurisma yang pecah baru akan menunjukkan gejala dan perlu perawatan medis darurat.
Otak adalah organ kompleks yang mampu mengendalikan fungsi tubuh, termasuk pikiran, ingatan, dan keterampilan motorik. Pada orang dewasa, organ ini terdiri dari 60 persen lemak dan sisanya berasal dari zat lainnya, seperti air, karbohidrat, garam, dan protein.
Organ otak bukanlah sebuah otot, melainkan struktur pusat yang mengandung pembuluh darah dan saraf. Anda perlu menjaga kesehatan otak dengan olahraga secara teratur agar terhindar dari masalah kesehatan tertentu, terutama aneurisma otak.
Apa Itu Aneurisma Otak?
Aneurisma otak (serebral) adalah kondisi ketika otak mengalami pembengkakan yang timbul dari di area lemah pembuluh darah dalam atau sekitar otak. Kondisi ini bisa terjadi akibat tekanan darah yang konstan dan mendorong bagian yang lemah ke luar sehingga memicu benjolan seperti lepuhan.
Ketika darah mengalir deras, tonjolan aneurisma akan meregang menyerupai balon yang mengecil dan akan meletus saat terisi udara. Aneurisma serebral bisa terjadi di bagian otak mana saja.
Namun, sebagian besar kondisi ini terbentuk di arteri utama, khususnya sepanjang dasar otak. Aneurisma bisa menimbulkan gejala apabila benjolan menekan saraf atau jaringan otak di dekatnya.
Jika bocor atau pecah, kondisi ini dapat memicu pendarahan di otak hingga mengancam nyawa. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin agar mengurangi risiko terjadinya kelainan pada otak.
Jenis Aneurisma Otak
Berikut ini adalah beberapa jenis aneurisma serebral:
1. Aneurisma Sakular
Salah satu jenis aneurisma serebral adalah sakural. Gangguan otak ini cenderung umum terjadi daripada jenis lainnya.
Benjolan aneurisma sakular menyerupai seperti buah beri yang tergantung di tanaman merambat. Kondisi ini memiliki bentuk bulat berisi darah yang menonjol dari arteri utama atau salah satu cabangnya. Benjolan biasanya terbentuk pada arteri di dasar otak.
Baca Juga: Apa Itu Kanker Otak? Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
2. Aneurisma Mikotik
Meskipun tidak umum terjadi, beberapa orang dapat mengalami aneurisma mikotik. Kondisi ini menimbulkan benjolan di semua sisi arteri yang memengaruhi fungsi otak.
Terkadang, penderita tidak menyadari bahwa dirinya mengalami aneurisma mikotik. Kondisi ini biasanya baru diketahui saat penderita menjalani pemeriksaan otak.
3. Aneurisma Fusiform
Jenis aneurisma serebral selanjutnya adalah fusiform. Jenis penyakit ini dapat terjadi akibat infeksi bakteri, jamur, atau virus yang memengaruhi arteri di otak.
Aneurisma fusiform bisa mengakibatkan dinding arteri melemah dan menimbulkan masalah kesehatan tertentu. Meskipun berbahaya, kondisi ini jarang terjadi.
Penyebab Aneurisma Otak
Penyebab aneurisma serebral biasanya melibatkan kondisi medis tertentu yang merusak atau melemahkan dinding pembuluh darah di otak. Bahkan, beberapa orang bisa terlahir dengan penyakit yang berhubungan dengan aneurisma, seperti:
- Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal: Terbentuknya kista kecil berisi cairan pada ginjal.
- Neurofibromatosis tipe 1: Memicu perubahan warna kulit dan tumbuhnya tumor di sepanjang saraf kulit, otak, dan bagian tubuh lainnya.
- Sindrom Marfan: Ciri-ciri kelainan ini memiliki tubuh tinggi dengan jari, kaki, lengan yang sangat panjang.
- Neoplasia endokrin multipel tipe 1: Mengakibatkan pertumbuhan tumor di area usus halus, lambung, dan kelenjar endokrin.
- Sindrom Ehlers-Danlos vaskular: Kelainan genetik yang memengaruhi jaringan ikat tubuh, seperti tulang rawan, tendon, dan ligamen.
- Displasia fibromuskular: Kondisi medis yang melibatkan pertumbuhan sel abnormal di dinding arteri.
- Malformasi arteriovenosa: Dapat terjadi ketika sekelompok pembuluh darah di tubuh terbentuk secara tidak teratur.
Faktor Risiko Penyebab Aneurisma Otak
Adapun sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya aneurisma serebral, di antaranya:
- Berusia antara 30 dan 60 tahubn
- Sering menyerang wanita daripada pria
- Memiliki kebiasaan merokok
- Mengalami tekanan darah tinggi
- Penggunaan narkoba atau obat-obatan terlarang, termasuk kokain
- Mengonsumsi alkohol secara berlebihan
- Riwayat penyakit keluarga
Gejala Aneurisma Otak
Gejala aneurisma otak terbagi atas dua jenis, yaitu aneurisma pecah dan belum pecah. Adapun tanda dan gejalanya meliputi:
1. Aneurisma Belum Pecah
Sebagian aneurisma serebral yang belum pecah tidak menimbulkan gejala. Pada kondisi ini, benjolan aneurisma cenderung berukuran kecil sehingga sering kali tidak disadari oleh penderita.
Namun, aneurisma belum pecah bisa menyebabkan kepala bagian belakang terasa sakit, pusing, dan pandangan kabur. Dokter dapat mendeteksi adanya benjolan di otak dengan melakukan tes pencintraan dan pemeriksaan penunjang lainnya. Anda bisa berdiskusi dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat dan mengurangi risiko aneurisma pecah.
Baca Juga: Tumor Otak: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
2. Aneurisma Pecah
Aneurisma pecah dapat menimbulkan masalah kesehatan serius sehingga membutuhkan penanganan medis segera mungkin. Kondisi ini menyebabkan sakit kepala parah yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Selain itu, gejala aneurisma pecah lainnya dapat berupa:
- Mual dan muntah
- Kejang
- Penurunan kesadaran
- Mudah merasa bingung
- Pandangan ganda atau kabur
- Leher terasa kaku
- Sensitif terhadap cahaya
- Kelopak mata terkulai
Diagnosis Penyakit Aneurisma Otak
Dokter biasanya melakukan beberapa pemeriksaan tertentu untuk mendiagnosis penyakit aneurisma otak. Pemeriksaan ini menggunakan pemindaian CT atau MRI yang mampu menghasilkan gambar jaringan otak dan arteri.
Pada pemeriksaan CT scan, tes ini mengambil beberapa sinar-X untuk menampilkan gambar 3 dimensi otak pada layar komputer. Sementara itu, tes MRI melibatkan gelombang radio dan medan magnet untuk menghasilkan gambar otak secara menyeluruh.
Komplikasi Aneurisma Otak
Ketika aneurisma otak pecah, kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan yang berlangsung selama beberapa detik. Akibatnya, terjadi kerusakan langsung pada sel-sel dan meningkatkan tekanan di dalam tengkorak.
Selain itu, komplikasi aneurisma otak yang pecah bisa menimbulkan masalah kesehatan tertentu, seperti:
- Pendarahan ulang
- Penyempitan pembuluh darah di otak
- Penumpukan cairan di dalam otak
- Perubahan kadar natrium
Cara Mengatasi Aneurisma Otak
Berikut ini adalah beberapa cara mengatasi aneurisma otak:
1. Mengatasi Aneurisma Otak yang Belum Pecah
Operasi aneurisma bertujuan untuk memperbaiki atau memutus aliran darah pada aneurisma yang belum pecah. Jenis operasi ini dapat berupa:
- Kliping bedah: Dokter dapat mengangkat bagian tengkorak untuk menemukan lokasi terbentuknya benjolan. Kemudian, tim medis dapat meletakkan sebuah klip logam pada pembukaan aneurisma untuk memotong aliran darah.
- Gulungan endovaskular: Tindakan ini tidak melibatkan pengangkatan bagian tengkorak. Dokter dapat memasukkan kateter melalui arteri ke benjolan dan aliran darah yang tersumbat hingga menutup aneurisma.
- Operasi pengalih aliran: Prosedur ini memasukkan tabung kecil yang terbuat dari jaring logam ke dalam arteri. Logam ini kemudian menjadi dinding dalam pembuluh darah untuk mengalihkan darah dari benjolan di otak.
Baca Juga: Waspadai 8 Gejala Kanker Otak dan Cara Mendeteksinya
2. Penanganan untuk Aneurisma yang Sudah Pecah
Jika aneurisma serebral pecah, kondisi ini membutuhkan penanganan tertentu untuk mencegah terjadinya komplikasi serius. Penanganannya meliputi:
- Obat pereda nyeri: Misalnya, asetaminofen (Tylenol) untuk meredakan nyeri kepala. Sebelum minum obat ini, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
- Penghambat saluran kalsium: Obat ini dapat mencegah kalsium memasuki sel-sel dinding pembuluh darah dan mengurangi risiko gejala akibat penyempitan pembuluh darah.
- Obat untuk membuka pembuluh darah: Dokter dapat memberikan obat ini melalui infus di lengan atau dengan kateter langsung ke arteri yang memasok otak.
- Angioplasti: Prosedur ini bertujuan untuk melebarkan pembuluh darah yang menyempit di otak.
- Obat antikejang: Obat ini mampu mengatasi gejala kejang akibat pecahnya aneurisma atau benjolan pada otak.
- Terapi rehabilitasi: Kerusakan otak akibat pendarahan bisa menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh. Penderita dapat menjalani terapi fisik, bicara, dan okupasi untuk meningkatkan keterampilan motorik secara optimal.
Cara Mencegah Aneurisma Otak
Pada banyak kasus, tidak ada cara mencegah aneurisma otak. Namun, Anda bisa menjaga pola hidup sehat untuk mengurangi risiko terjadinya gangguan ini.
Pastikan untuk menghentikan kebiasaan merokok dan hindari terkena paparan asap rokok agar tidak memicu pertumbuhan benjolan di otak. Selain itu, Anda bisa menjaga tekanan darah tetap stabil dengan menghindari minum alkohol dan konsumsi obat-obatan berbahaya, seperti kokain.
Pengobatan Aneurisma Otak ke Dokter
Apabila gejala aneurisma otak, seperti penurunan kesadaran, pandangan kabur, dan kejang yang dirasakan tidak kunjung membaik setelah dilakukan perawatan rumahan dan bahkan semakin parah, sebaiknya segera berkonsultasi pada dokter.
Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan. Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU).
Yuk, jaga dan cek kondisi kesehatan Anda sekeluarga bersama Ciputra Hospital!
Telah direview dr. Edwin Halim
Source:
- Cleveland Clinic. Brain Aneurysm. Oktober 2024.
- Mayo Clinic. Brain Aneurysm. Oktober 2024.
- WebMD. Brain Aneurysms: Causes, Symptoms, and Treatment. Oktober 2024.