Ditulis oleh Tim Konten Medis
Anak 2 tahun belum bisa bicara bisa terjadi karena mengalami gangguan pendengaran, masalah neurologis, faktor lingkungan, dan keterlambatan perkembangan. Cara mengatasinya bisa dengan terapi wicara-bahasa, layanan intervensi dini, dan perawatan mandiri di rumah.

Perkembangan bahasa pada bayi biasanya berkembang sekitar usia 4-6 bulan. Pada usia ini, bayi mampu mengeluarkan suara, mengoceh, dan tertawa.
Namun, kondisi anak terlambat bicara bisa terjadi ketika mereka tidak mengoceh atau mengeluarkan suara tertentu pada usia dua bulan. Sementara usia tujuh bulan ke atas, bayi seharusnya mampu bereaksi terhadap suara dan memahami kata-kata dasar tertentu, seperti “ayah”, “ibu”, atau “jus”. Mereka akan terus mengoceh sambil menggerakkan tangannya sekitar usia 1 tahun.
Kemampuan Bicara Anak Usia 2 Tahun
Secara umum, anak usia 2 tahun sudah dapat berbicara dan berbahasa, serta memiliki lebih dari 50 kosakata. Meskipun masih belum sempurna dan terkadang tidak dipahami, anak mampu menyebutkan kata-kata tertentu atau meniru suara binatan, seperti sapi, kucing, atau anjing.
Pemahaman kosakata akan semakin bertambah antara usia 2 dan 3 tahun, 200-1.000 kata. Bahkan, mereka juga mulai memahami kata ganti untuk orang, tempat, dan benda, serta menggunakan 2-3 kata saat berbicara. Misalnya, “aku mau makan”.
Penting untuk Anda ingat bahwa anak usia 2 tahun cenderung tidak mengucapkan akhiran kata. Karena hal ini, banyak orang dewasa yang hanya memahami ucapan mereka sekitar 50 persen saja.
Saat mendekati usia 3 tahun, anak mulai berbicara dengan cukup baik. Orang-orang terdekatnya pun mulai memahami apa yang dimaksud oleh mereka.
Baca Juga: Tahapan Golden Age Anak dan yang Harus Dilakukan Orangtua
Bagaimana Cara Mengetahui Jika Anak Terlambat Bicara?
Terlambat bicara atau speech delay adalah kondisi ketika anak kesulitan dalam mengucapkan kata-kata, memahami bahasa, dan membentuk sebuah kalimat. Terkadang, speech delay pada anak dapat mengucapkan kata-kata tertentu secara tepat. Namun, mereka tidak bisa membentuk frasa atau kalimat.
ciri-ciri anak speech delay ditandai dengan beberapa hal, sebagai berikut:
- Kosakata cenderung terbatas: Anak yang terlambat bicara hanya mampu mengucapkan beberapa kata saja.
- Menggunakan kata-kata yang hanya mereka pahami: Ini menjadi tanda bahwa anak sedang mencoba berkomunikasi tetapi keterampilan bahasa ekspresif mereka belum berkembang.
- Sulit mengajukan pertanyaan: Anak hanya bisa menjawab pertanyaan ya atau tidak.
- Tidak mampu menggabungkan dua kata: Karena kosakatanya yang terbatas, anak hanya bisa berbicara sepatah kata,
- Tidak mampu meniru kata-kata atau suara: Seharusnya, anak usia 18 bulan hingga 2 tahun mampu meniru kata-kata atau suara dari lingkungan sekitarnya.
- Menunjuk atau memberi isyarat: Pada kondisi ini, anak menggunakan gerakan, seperti isyarat atau menunjuk alih-alih mengucapkan sesuatu untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Penyebab Anak Usia 2 Tahun Terlambat Bicara
Berikut ini adalah beberapa penyebab anak 2 tahun belum bisa bicara:
1. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran dapat memengaruhi perkembangan bicara dan bahasa pada anak. Kondisi ini bisa membuat mereka tidak mampu mendengarkan suara dengan jelas dan bahkan memahami artinya.
Anak dengan gangguan pendengaran juga kesulitan dalam belajar, terutama mengucapkan kata-kata secara tepat. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan pemeriksaan rutin ke doktere agar mencegah dan menangani gangguan pendengaran anak sedari dini.
2. Gangguan Belajar
Speech delay bisa muncul dengan sendirinya. Kondisi ini juga terjadi bersamaan dengan gangguan belajar yang mencangkup menulis, membaca, menghitung, dan berbicara.
Gejala gangguan belajar pada anak ditandai dengan sering menggunakan huruf, kata, atau kata secara terbalik. Mereka juga sulit mengingat apa yang baru saja dikatakan atau dibaca.
3. Gangguan Neurologis
Gangguan neurologis adalah kondisi yang memengaruhi otak dan saraf di seluruh tubuh. Pada anak-anak, gangguan neurologis yang paling umum dapat berupa Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), epilepsi, dan cerebral palsy (lumpuh otak).
Ada banyak faktor yang memicu masalah neurologis pada anak, seperti genetik, komplikasi selama persalinan, kekurangan gizi, mengalami infeksi, atau cedera. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala yang mengganggu cara berpikir, komunikasi, dan gerakan.
4. Gangguan Oromotor
Beberapa anak mengalami kesulitan dengan gerakan motorik oral (oromotor). Ini mengacu pada kemampuan mereka dalam menggerakkan bibir, lidah, dan rahang untuk mengucapkan kata-kata.
Dalam istilah medis, kondisi ini memiliki sebutan apraksia. Gangguan apraksia cenderung jarang terjadi, hanya memengaruhi sekitar 1 persen populasi anak-anak.
5. Gangguan Bicara dan Bahasa
Anak dengan keterlambatan bicara terkadang mampu memahami dan berkomunikasi secara nonverbal tetapi tidak bisa mengucapkan banyak kata. Bahkan, kondisi ini juga terjadi pada anak yang hanya mampu mengucapkan beberapa kata tetapi tidak bisa menyusun sebuah frasa atau kalimat.
Gangguan bicara dan bahasa bisa menjadi penyebabnya. Jenis gangguan ini melibatkan fungsi otak dan mengindikasikan ketidakmampuan anak dalam belajar.
Baca Juga: Mengenal 12 Karakter Anak Usia Dini, Orangtua Wajib Tahu!
6. Keterlambatan Perkembangan
Seiring waktu, sebagian besar keterlambatan perkembangan dapat teratasi dengan sendirinya. Anak yang terlambat tumbuh bisa mendapatkan layanan intervensi dini agar mampu berkembang seperti teman-teman sebayanya dan mencapi potensi sepenuhnya.
Kondisi ini berbeda dengan gangguan spektrum autisme. Keterlambatan perkembangan biasanya terjadi saat anak tidak mencapai kemampuan tertentu, seperti sulit mengikuti arahan, tidak mampu memegang benda di tangannya, dan sulit mengucapkan kata-kata.
7. Faktor Lingkungan
Anak usia dini perlu bermain setiap hari untuk menstimulasi dan mengembangkan keterampilan berbahasanya. Jika orang tua jarang mengajak berbicara, anak tidak mampu meniru dan mengucapkan kata-kata dengan baik.
Akibatnya, anak berisiko lebih tinggi mengalami keterlambatan komunikasi. Anda juga sebaiknya tidak memberikan anak gadget untuk mendukung perkembangan bicara dan bahasa mereka.
8. Disabilitas Intelektual
Terlambat bicara bisa tertunda karena anak mengalami disabilitas intelektual. Kondisi ini menimbulkan berbagai gejala, seperti masalah memori, kurangnya rasa ingin tahu, dan perilaku kekanak-kanakan yang tidak sesuai dengan usia anak.
Disabilitas intelektual terdiri dari tingkat ringan hingga parah. Penyebabnya bisa terjadi karena kelainan bawaan, kekurangan gizi, penyakit parah pada anak usia dini, dan trauma sebelum lahir atau saat melahirkan.
9. Autisme
Gangguan bicara dan bahasa sering terlihat pada gangguan spektrum autisme. Anak dengan autisme ditandai dengan berperilaku repetitif, sulit berkomunikasi, dan tidak bisa memahami cara berpikir atau perasaan orang lain.
Autisme bukanlah suatu penyakit. Ini berarti otak bekerja dengan cara yang berbeda dari orang lain.
10. Infeksi Telinga
Infeksi telinga, terutama infeksi kronis bisa mengganggu pendengaran anak. Kondisi ini bisa membuat anak tidak mampu berbicara atau berbahasa dengan baik.
Tanda dan gejala infeksi telinga meliputi demam, sulit makan atau minum, dan tekanan yang terasa menyakitkan. Anak usia dini juga sering menarik-narik telinga, rewel, dan mudah menangis. Sementara anak usia yang lebih besar cenderung mengeluhkan rasa sakit di telinga.
Cara Mengatasi Speech Delay Anak Usia 2 Tahun
Ada beberapa cara agar anak cepat bicara, antara lain:
1. Terapi Wicara-Bahasa
Cara mengatasi speech delay pada anak bisa dengan terapi wicara-bahasa. Perawatan ini mampu meningkatkan kemampuan komunikasi dan bahasa mereka.
Bahkan, terapi wicara-bahasa juga mendukung keterampilan anak, seperti daya ingat dan memecahkan masalah. Untuk anak-anak, perawatan ini biasanya melibatkan permainan.
2. Layanan Intervensi Dini
Anak dengan kondisi terlambat bicara membutuhkan layanan intervansi dini. Ini penting untuk mencegah masalah sosial, emosional, perilaku, dan kognitif saat mereka dewasa nanti.
Layanan intervensi dini dapat membantu anak-anak sejak lahir hingga usia 3 tahun dalam mempelajari keterampilan dasar. Layanan ini terdiri dari berbicara, mendengarkan, memahami orang lain, belajar, dan memecahkan masalah.
3. Mengobati Penyebabnya
Keterlambatan bicara bisa terjadi karena gangguan medis tertentu. Oleh sebab itu, Anda perlu mengetahui penyebabnya agar tidak memengaruhi keterampilan bicara anak.
Perawatannya cenderung bervariasi. Sebagai contoh, gangguan pendengaran bisa diatasi dengan menggunakan alat bantu dengar.
4. Perawatan di Rumah oleh Orangtua
Sebagai orang tua, ada berbagai perawatan yang harus Anda lakukan di rumah, seperti:
- Mengajak anak berbicara
- Gunakan gerakan dan tunjuk benda saar Anda mengucapkan kata-kata
- Membacakan buku atau cerita kepada anak
- Menyanyikan lagu-lagu sederhana yang mudah diulang
- Beri perhatian penuh saat Anda berbicara kepada anak
- Bersabar saat anak mencoba berbicara kepada Anda
- Tidak menjawab pertanyaan ketika ada orang lain yang bertanya kepada anak
- Berikan anak kesempatan untuk berbicara
- Ulangi kata-kata dengan benar daripada mengkritik langsung kesalahan mereka
- Ajukan pertanyaan dan berikan mereka pilihan
Baca Juga: Cara Menurunkan Panas Anak Tanpa Obat, Cepat dan Aman
Secara umum, anak mulai bisa bicara saat memasuki usia 18 bulan hingga 2 tahun. Jika Anda mengenali tanda-tanda speech delay pada anak, sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan.
Yuk, jaga kesehatan tubuh dengan rutin melakukan medical check up di Ciputra Hospital. Anda juga bisa konsultasi dan buat janji dengan dokter di Ciputra Hospital terdekat.
Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) selengkapnya sekarang juga.
Telah direview oleh Dr. Sony Prabowo, MARS
Source:
- Cleveland Clinic. Developmental Delay in Children. Juli 2025.
- Connected Speech Pathology. What if Your 2-Year Old is Not Talking But Understands You?. Juli 2025.
- Healthline. Language and Speech Delays in Toddlers. Juli 2025.