Ditulis oleh Tim Konten Medis
Setelah melakukan aborsi, prosedur ini bisa menyebabkan risiko efek samping, mulai dari pendarahan hebat hingga mengancam nyawa. Bahkan, dampak aborsi bagi kesehatan wanita bisa menimbulkan gangguan psikologis, seperti gejala depresi dan disfungsi seksual.
Aborsi bisa membahayakan kesehatan.
Aborsi adalah prosedur untuk mengakhiri kehamilan. Kondisi ini tidak sama dengan keguguran (miscarriage), yaitu kondisi kehamilan yang berakhir tanpa intervensi medis.
Dikutip dari World Health Organization, sekitar 73 juta aborsi yang disengaja (induksi) terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Namun, Pemerintah Indonesia melarang setiap orang melakukan aborsi, kecuali memiliki indikasi kedaruratan medis atau menyebabkan trauma psikologis bagi korban pemerkosaan. Hal ini tertera pada Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Bahaya Aborsi untuk Kesehatan
Adapun beberapa bahaya aborsi untuk kesehatan tubuh, di antaranya:
1. Pendarahan Hebat
Setiap orang dapat mengalami dampak negatif aborsi yang berbeda-beda, tergantung jenis aborsi dan usia kehamilan. Sebelum usia kehamilan mencapai 14 minggu, efek menggugurkan kandungan dapat berupa pendarahan hebat.
Tanda dan gejalanya meliputi:
- Sering mengganti pembalut atau tampon setiap jam berturut-turut
- Pendarahan terjadi lebih dari 1 minggu
- Mengganggu aktivitas sehari-hari karena aliran menstruasi yang deras
- Membutuhkan perlindungan sanitasi ganda
- Sering bangun di malam hari untuk mengganti pembalut atau tampon
- Mudah merasa lesu, lemah, atau sesak napas karena kehilangan banyak darah
Baca Juga: Perawatan Pasca Keguguran dan Prosedur Medisnya
2. Kram dan Nyeri Perut
Efek samping aborsi medis yang umum terjadi adalah mengalami kram dan nyeri perut. Kondisi ini bisa menimbulkan intensitas rasa sakit yang berbeda-beda.
Anda bisa meredakan kram dan nyeri perut dengan menggunakan bantal pemanas atau mengonsumsi obat pereda nyeri yang terjual bebas di apotek, seperti ibuprofen Namun, sebelum minum obat, pastikan untuk berdiskusi dengan dokter terlebih.
Meskipun terjual bebas, Anda tidak boleh mengonsumsinya secara sembarangan agar mengurangi risiko masalah kesehatan lainnya.
3. Infeksi Vagina
Efek samping aborsi bisa menimbulkan infeksi vagina atau vaginitis yang mengganggu kesehatan tubuh. Ciri-ciri infeksi vagian cenderung bervariasi bergantung pada penyebabnya.
Pada beberapa kasus, Anda bisa saja tidak merasakan gejala pun. Sebaiknya, segera periksakan diri ke dokter apabila mengalami gejala, seperti:
- Keputihan yang berubah warna, lebih pekat, atau berbau tidak sedap
- Sakit saat buang air kecil
- Merasa tidak nyaman saat berhubungan intim
- Tubuh demam dan menggigil
- Nyeri pada panggul
- Terdapat rasa gatal, sensasi terbakar, dan bengkak di sekitar atau luar vagina
4. Reaksi Alergi
Dampak aborsi bagi kesehatan wanita, yaitu menimbulkan reaksi alergi. Pada aborsi medis, prosedur ini menggunakan pil resep untuk mengakhiri kehamilan sehingga tidak terjadi kelahiran bayi pada tahap awal.
Aborsi medis melibatkan konsumsi pil berupa mifepristone dan misoprostol. Pil mifepristone mampu menghambat progesteron atau hormon kehamilan sedangkan misoprostol menyebabkan kram dan pendarahan untuk mengosongkan rahim.
Namun, beberapa wanita kerap dapat mengalami reaksi alergi terhadap penggunaan obat-obatan. Kondisi ini mengakibatkan gejala, seperti ruam kulit, gatal, pembengkakan, dan sesak napas.
5. Sepsis
Sepsis adalah kondisi darurat medis yang dapat mengancam nyawa. Kondisi ini bisa terjadi akibat respons tubuh yang berlebihan terhadap infeksi.
Jika tidak mendapatkan pengobatan sedini mungkin, sepsis bisa menyebabkan kerusakan jaringan, kegagalan fungsi organ, dan kematian. Anda bisa mengenali gejala sepsis, seperti gangguan saluran kemih, denyut jantung cepat, dan tekanan darah rendah.
Bahkan, penderita sepsis dapat mengalami ruam pada kulit yang tampak berwarna merah dengan bintik-bintik kecil. Dokter dapat memberikan perawatan antibiotik apabila penderita memiliki infeksi bakteri.
Baca Juga: Kuret, Seperti Apa Prosedurnya?
6. Endometritis
Dampak aborsi selanjutnya bisa meningkatkan risiko terjadinya endometritis, yaitu peradangan pada endometrium atau lapisan dalam rahim yang terjadi akibat infeksi. Tanda dan gejalanya dapat berupa pembengkakan perut, pendarahan, keputihan abnormal, dan rasa tidak nyaman.
Gangguan endometritis bisa menimbulkan komplikasi serius apabila tidak mendapatkan pengobatan segera mungkin. Komplikasinya meliputi gangguan kesuburan, infeksi panggul, dan terdapat nanah di panggul atau rahim.
7. Gangguan Pencernaan
Gejala gangguan pencernaan dapat berlangsung 24 jam setelah aborsi bedah atau beberapa hari setelah mengonsumsi pil aborsi. Kondisi ini bisa menimbulkan gejala, seperti mual, muntah, dan diare.
Bahkan, gangguan pencernaan kerap menyebabkan rasa tidak nyaman dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Anda bisa berkonsultasi dengan dokter apabila gejalanya tidak kunjung membaik selama beberapa hari.
8. Depresi
Dampak aborsi terhadap kesehatan wanita dapat mengalami depresi. Kondisi ini merupakan gangguan suasana hati yang menimbulkan rasa sedih terus-menerus dan kehilangan minat pada hal-hal yang Anda sukai.
Bukan hanya itu saja, depresi bisa menyebabkan gangguan makan, tidur, mengingat, dan kesulitan berpikir. Respons psikologis ini termasuk bentuk gangguan stres pascatrauma akibat menjalani prosedur aborsi.
Dokter dapat mengatasi gangguan depresi dengan perawatan tertentu, seperti psikoterapi, konsumsi obat medis, dan terapi stimulasi otak. Selain itu, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan di rumah untuk meringatkan gejala depresi, termasuk olahraga teratur, konsumsi makanan sehat, dan menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat.
9. Disfungsi Seksual
Aborsi berkaitan dengan penurunan kesehatan emosional dan fisik. Bagi sebagian wanita, kondisi ini bisa muncul dalam beberapa hari atau bertahun-tahun lamanya.
Salah satu efek samping akibat aborsi yang dilakukan secara sengaja, yaitu mengalami disfungsi seksual. Tanda dan gejalanya dapat berupa libido rendah, nyeri saat berhubungan intim, dan perubahan hormon.
Setelah Aborsi Apakah Bisa Hamil Lagi?
Tentu, bisa. Anda bisa hamil lagi dalam waktu 2 minggu setelah melakukan operasi aborsi medis. Bahkan, siklus menstruasi dapat normal kembali dalam waktu 4-6 minggu setelah prosedur.
Pada menstruasi pertama, siklus haid cenderung tidak teratur akibat perubahan hormon yang terjadi. Prosedur aborsi medis seharusnya tidak memengaruhi kehamilan, kecuali adanya komplikasi.
Segera kunjungi layakan kesehatan terdekat apabila Anda mengalami pendarahan hebat, keluarnya cairan vagina berbau busuk, dan sakit perut atau punggung yang parah. Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan.
Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU). Yuk, jaga dan cek kondisi kesehatan Anda sekeluarga bersama Ciputra Hospital!
Telah direview oleh Dr Sony Prabowo, MARS.
Source:
- BPK RI. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009. November 2024.
- Cleveland Clinic. Medical Abortion. November 2024.
- Healthline. After Abortion Care: What To Expect After Your Abortion. November 2024.
- World Health Organization. Abortion. November 2024.