Ditulis oleh Tim Konten Medis
Mengetahui cara penularan penyakit sifilis adalah hal penting. Dengan mengetahuinya, Anda dapat melakukan berbagai pencegahan agar terhindar dari penyakit sifilis. Simak bagaimana cara penularan penyakit sifilis dibawah ini.
Ibu hamil dengan infeksi sifilis laten dini akan mengalami peluang kelahiran prematur 20%.
Baca Juga: Mengenal Gejala Penyakit Sifilis
Penyakit Sifilis
Sifilis adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi bakteri Treponema Pallidum. Penyakit ini dimulai dengan munculnya luka yang tidak menyakitkan, biasanya muncul pada alat kelamin, rektum atau mulut. Sifilis menyebar dari orang ke orang melalui kontak kulit atau selaput lendir dari luka yang muncul. Setelah infeksi awal, bakteri sifilis dapat tetap tidak aktif di dalam tubuh selama beberapa dekade sebelum menjadi aktif kembali. Sifilis yang diketahui sejak dini dapat disembuhkan. Tanpa pengobatan, sifilis dapat merusak jantung, otak atau organ lainnya dan dapat mengancam jiwa.
Baca Juga: Akibat Penyakit Sifilis yang Harus Anda Ketahui
Bagaimana Cara Penularan Penyakit Sifilis?
Sebagian besar kasus sifilis ditularkan melalui kontak seksual (vaginal, anogenital, dan orogenital). Sifilis dapat ditularkan melalui kehamilan (kongenital). Pada beberapa kasus langka, penularan penyakit sifilis juga dapat terjadi melalui transfusi darah. Berikut ini adalah ulasan lengkap mengenai cara penularan sifilis yang dilansir dari berbagai sumber.
1. Melalui Hubungan Seksual
Penularan penyakit sifilis melalui hubungan seksual menjadi salah satu penularan yang paling umum. Penularan sifilis melalui hubungan seksual terjadi karena beberapa faktor, yaitu:
- Sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan
- Stadium penyakit sifilis pada pasangan seksual
- Riwayat dan risiko pasangan seksual
- Tidak menggunakan kondom
Penularan sifilis selama kehamilan terjadi pada bayi dalam kandungan melalui transplasenta.
Baca Juga: Bakteri yang Menyebabkan Sifilis
2. Melalui Transplasenta
Meski penularan dengan cara ini dapat dicegah, faktor kongenital masih banyak terjadi hingga saat ini. Sebagian besar kasus penularan sifilis selama kehamilan diperkirakan terjadi ketika bayi masih di dalam kandungan melalui transplasenta. Sebuah studi dari tahun 1952 menyatakan bahwa hampir semua ibu hamil yang terinfeksi penyakit sifilis primer atau sekunder dan tidak mengalami pengobatan akan mengalami komplikasi pada kehamilannya.
Pada ibu hamil dengan infeksi sifilis laten dini akan mengalami peluang kelahiran prematur 20%, kematian neonatus 4%, dan lahir mati 10%, bayi lahir dengan sifilis 40% (congenital syphilis), serta 20% tidak menunjukkan hasil infeksi. Penelitian terbaru juga menunjukkan sebuah bukti bahwa sifilis dapat menurun dari ibu ke bayi.
Penelitian yang dilakukan pada 11 ibu hamil dengan infeksi sifilis laten dini dan tidak menerima pengobatan. Menunjukkan bahwa enam (55%) bayi yang lahir mengalami infeksi penyakit sifilis. Selain itu, pengujian lain juga menunjukkan bahwa infeksi penyakit sifilis terdapat dalam cairan ketuban sejak usia kehamilan 17 minggu.Selain transplacental, infeksi sifilis juga dapat menularkan dari ibu ke bayi saat proses melahirkan.
Baca Juga: Apakah Sifilis Bisa Sembuh?
3. Melalui Transfusi Darah atau Donor Organ
Penularan penyakit sifilis juga dapat terjadi melalui transfusi darah. Namun, sejak ada prosedur skrining darah dan pendinginan produk darah. Kasus penularan penyakit sifilis melalui transfusi darah menjadi sangat jarang. Adanya prosedur skrining darah dan pendinginan produk darah diyakini dapat membantu untuk membunuh bakteri penyebab sifilis.
Mengetahui bagaimana cara penularan penyakit sifilis adalah hal penting yang harus diketahui agar terhindar dari infeksi. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan Anda. Sekian ulasan mengenai cara penularan penyakit sifilis. Semoga bermanfaat.
Telah direview oleh dr. Febriani Kezia Haryanto
Source:
- Sifilis
- FIUMARA NJ, FLEMING WL, DOWNING JG, BAIK FL N Engl J Med. 10 Juli; 247 (2): 48-52.
- Hollier LM, Harstad TW, Sanchez PJ, Twickler DM, Wendel GD Jr Ginekolog Obstesi. 2001 Juni; 97(6)::947-53.