Ditulis oleh Tim Konten Medis
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri yang menginfeksi saluran pernapasan atau kulit manusia. Bahaya dari penyakit difteri bermacam-macam mulai dari resiko ringan hingga resiko berat, yaitu kematian. Anak-anak dengan usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa di atas 60 tahun beresiko lebih besar terkena penyakit difteri. Penyakit difteri sangat berbahaya jika tidak segera ditangani oleh dokter. Penderita difteri dapat sembuh dari penyakitnya. Selengkapnya, simak penjelasan pada artikel berikut!
![Penyakit Difteri](https://ciputrahospital.com/wp-content/uploads/2022/02/shutterstock_1887688213re.jpg)
Bakteri penyebab difteri memiliki nama Corynebacterium Diphtheriae.
Bakteri Penyebab Difteri
Bakteri penyebab difteri memiliki nama Corynebacterium Diphtheriae. Bakteri ini menginfeksi nasofaring atau kulit pada manusia. Strain toksigenik pada bakteri ini mengeluarkan eksotoksin kuat yang dapat menyebabkan penyakit difteri. Toksin dalam tubuh didistribusikan ke organ-organ tubuh melalui sistem peredaran darah. Bahaya dari penyakit difteri dapat menyebabkan kelumpuhan dan juga gagal jantung kongestif. Bakteri penyebab difteri dapat menyebar melalui droplets, sekresi, atau kontak langsung dengan penderita. Bakteri ini dapat menyebar secara luas dan cepat dari satu orang ke orang lainnya.
Apa yang Dialami Penderita Difteri Pada Tingkat Lanjut
Resiko penyakit difteri pada penderitanya adalah kesulitan bernapas atau menelan, demam, radang tenggorokan, hingga pembengkakan kelenjar. Jika tidak segera ditangani, resiko akan semakin parah dan masuk pada tingkat lanjut. Penderita difteri pada tingkat lanjut akan mengalami risiko penyakit yang lebih parah, seperti:
- Kerusakan jantung sehingga memengaruhi kemampuan memompa darah
- Gangguan pada ginjal sehingga kesulitan mengeluarkan limbah dari tubuh
- Kerusakan saraf yang dapat menyebabkan terjadinya kelumpuhan
- Gangguan penglihatan kabur dan tidak jelas
- Gangguan dalam berbicara atau cadel
Resiko-resiko di atas akan memperparah kondisi penderita difteri. Bahkan jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian karena komplikasi dan adanya selaput tenggorokan yang menghalangi pernapasan. Berdasarkan data Kidshealth bahwa 50% penderita difteri yang tidak ditangani akan berujung pada kematian.
Penyebab Meningkatnya Risiko Bagi Penderita Difteri
Apa yang menyebabkan meningkatnya risiko bagi penderita difteri pada suatu wilayah atau negara? Risiko penderita difteri dapat berbeda-beda tergantung kondisi tubuh setiap orang. Risiko meningkatnya penderita difteri disebutkan dalam beberapa poin berikut:
- Seseorang tanpa vaksin atau dengan vaksin tidak lengkap yang terpapar bersama penderita difteri
- Seseorang yang memiliki masalah dengan sistem kekebalan tubuh
- Seseorang yang hidup dalam kondisi lingkungan tidak higienis dan penuh sesak
- Seseorang yang suka bepergian jauh, terutama pada wilayah dengan kasus difteri yang cukup tinggi (seperti Asia Tenggara, Rusia dan sekitarnya, serta Eropa Timur)
Selain kondisi di atas, gaya hidup seperti berbagi pakaian, alat makan, dan barang-barang lainnya juga mampu meningkatkan penyebaran bakteri difteri. Sekali lagi, bakteri difteri dapat menyebar melalui droplets penderita ke orang lain sehingga tidak dianjurkan untuk berbagi barang-barang pribadi dengan orang lain.
![Penyakit Difteri](https://ciputrahospital.com/wp-content/uploads/2022/02/shutterstock_708082852re.jpg)
Pentingnya vaksinasi difteri sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit difteri.
Apakah Difteri Bisa Sembuh?
Lantas, apakah penderita difteri bisa sembuh? Jawabannya adalah iya, penderita difteri dapat disembuhkan. Dilansir dari WHO terdapat tiga jenis penanganan penyembuhan bagi penderita difteri, yaitu:
- Terapi Anti Difteri Serum (ADS)
Terapi Anti Difteri Serum (ADS), bertujuan menetralisir eksotoksin bebas sebelum memasuki sel. Pemberian harus dilakukan sedini mungkin untuk menentukan kesembuhan. ADS tidak boleh untuk wanita hamil. - Terapi Suportif
Selanjutnya adalah terapi oksigen yang boleh digunakan jika terjadi desaturasi (SpO2 < 90%). Terapi oksigen dapat membantu penderita difteri bernapas dengan sedikit lebih mudah. Selanjutnya adalah terapi oksigen yang boleh digunakan jika terjadi desaturasi (SpO2 < 90%). Terapi oksigen dapat membantu penderita difteri bernapas dengan sedikit lebih mudah. Pemantauan fungsi jantung juga perlu dilakukan dengan menggunakan EKG. Terapi suportif lainnya: jika diperlukan dilakukan pemasangan selang nasogastrik, untuk membantu pasien makan dan minum (jika sulit makan dan minum).
Berapa Lama Penyembuhan Difteri?
Berapa lama penyembuhan difteri? Setiap metode penyembuhan memiliki waktu yang berbeda-beda. Penanganan penyembuhan biasanya akan berlangsung selama kurang lebih 2-3 minggu. Sedangkan untuk penyembuhan terhadap luka pada kulit bisa berlangsung selama 2-3 bulan, tetapi tetap akan meninggalkan bekas luka. Tingkat keparahan dan penanganan penyembuhan penyakit difteri memiliki lama waktu yang berbeda-beda sehingga perlu adanya konsultasi dengan dokter. Beberapa contoh penanganan penyembuhan yang diberikan oleh dokter adalah pemberian obat termasuk obat antibiotik, bed rest, isolasi mandiri, hingga operasi.
Difteri merupakan penyakit akibat infeksi bakteri. Risiko penyakit difteri bisa sangat fatal, seperti gangguan jantung, kerusakan saraf dan ginjal hingga kematian. Difteri dapat dengan mudah menyebar pada orang lain yang memiliki gaya hidup kurang bersih dan tidak sehat serta suka berbagi penggunaan barang pribadi. Tapi, penyakit difteri dapat disembuhkan dengan beberapa terapi berdasarkan anjuran dan rekomendasi dari dokter. Maka, jagalah kebersihan serta kesehatan selalu ya.
Telah direview oleh dr. Febriani K. H.
Source: