Ditulis oleh Tim Konten Medis
Penyakit difteri adalah jenis penyakit yang menginfeksi saluran pernapasan atau kulit manusia. Tanda dan gejalanya berupa demam, sulit menelan, dan bengkak pada kelenjar leher. Penyakit ini sangat menular ke orang lain melalui percikan air liur dan kontak langsung dengan penderita.
Sulit menelan termasuk gejala difteri.
Orang yang mengalami infeksi bakteri difteri dapat mengalami gangguan pernapasan dan kesulitan menelan. Bahkan, kondisi ini juga menimbulkan luka pada kulit.
Siapa pun bisa terinfeksi difteria apabila belum menjalani vaksin dan melakukan kontak dekat dengan penderita. Penyakit ini perlu Anda waspadai karena bisa memicu komplikasi serius.
Apa Itu Difteri?
Mengutip dari World Health Organization, difteri adalah penyakit menular yang terjadi akibat bakteri penghasil racun. Penyakit ini mudah menyebar ke orang lain ketika penderita batuk atau bersin.
Difteri paling sering menyerang anak-anak yang tidak divaksin. Kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan pada saluran pernapasan dan menyebar ke seluruh tubuh. Gejalanya cenderung bervariasi, mulai dari ringan, parah, muncul komplikasi, hingga mengancam nyawa.
Jenis Difteri
Infeksi bakteri ini terbagi atas dua jenis utama yaitu:
1. Difteri Pernapasan Klasik
Kondisi ini termasuk infeksi bakteri yang paling umum terjadi. Bakteri dapat menyerang hidung, tenggorokan, amandel, atau laring sehingga penderita kesulitan untuk menelan.
Gejalanya beragam tergantung pada lokasi membran yang terpengaruh di tubuh. Beberapa orang menyebut kondisi ini sebagai difteri faring atau tenggorokan.
Baca Juga: Pahami Bagaimana Cara Mencegah Penyakit yang Disebabkan oleh Bakteri
2. Difteri Kulit
Kondisi ini termasuk jenis paling langka. Gejalanya berupa ruam kulit, muncul luka, atau lesi di bagian tubuh mana pun.
Biasanya, difteri kulit lebih umum terjadi di daerah beriklim tropis atau lingkungan padat penduduk. Jenis penyakit ini sering menyerang orang dalam kondisi tidak fit.
Penyebab Difteri
Penyebab utama penyakit difteri adalah bakteri Corynebacterium Diphtheriae. Jenis bakteri ini menginfeksi nasofaring atau kulit pada manusia sehingga mengganggu fungsi di dalam tubuh.
Bakteri penyebab difteri mengeluarkan eksotoksin (racun) yang kuat dan menyebar melalui sistem peredaran darah. Jika tidak mendapatkan pengobatan segera mungkin, bakteri ini bisa meningkatkan risiko kelumpuhan dan gagal jantung kongestif.
Selain menyebar melalui peredaran darah, infeksi bakteri bisa menular melalui tetesan air dari hidung atau mulut (droplets), sekresi, dan kontak langsung dengan penderita. Bakteri ini juga menyebar secara luas dan cepat dari satu orang ke orang lainnya.
Pada beberapa kasus, seseorang terkadang bisa tertular difteri apabila memegang barang milik orang yang terinfeksi. Misalnya, tisu bekas atau handuk tangan yang sudah terkontaminasi bakteri.
Faktor Risiko Penyebab Difteria
Faktor yang dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri cenderung berbeda-beda tergantung pada kondisi kesehatan setiap orang. Adapun faktor risiko difteri paling umum, antara lain:
- Belum mendapatkan vaksin atau tidak vaksin lengkap
- Mengalami gangguan pada sistem kekebalan tubuh
- Hidup di lingkungan yang tidak higienis dan padat
- Suka berpergian jauh, terutama pada wilayah dengan kasus difteri yang cukup tinggi
- Berbagi pakaian, alat makan, dan barang lainnya dengan penderita
Gejala Difteri
Orang yang terinfeksi bakteri bisa menunjukkan tanda-tanda difteri sekitar 2-5 hari setelah terpapar. Gejala infeksi bakteri ini meliputi:
- Pembengkakan pada kelenjar leher
- Sulit untuk menelan
- Gangguan saraf, ginjal, atau jantung apabila bakteri telah masuk ke aliran darah
- Sakit tenggorokan
- Mudah merasa lelah atau lemah
- Demam
- Gangguan pernapasan akibat jaringan yang menghambat tenggorokan dan hidung
Diagnosis Penyakit Difteri
Dokter atau ahli medis profesional dapat mendiagnosis infeksi bakteri berdasarkan gejala yang terjadi pada penderita dan pemeriksaan laboratorium. Mereka dapat menggunakan alat usap (swab test) untuk mengambil sampel dari bagian belakang tenggorokan atau luka.
Sampel ini akan diuji di laboratorium untuk memeriksa jenis bakteri yang menyerang tubuh. Setelah hasil diagnosis positif, dokter dapat memberikan pengobatan kepada penderita untuk mengatasi gejala yang terjadi.
Baca Juga: Waspadai Bakteri Pemakan Daging: Gejala dan Pengobatan
Komplikasi Difteria
Infeksi bakteri ini bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti:
- Kerusakan jantung yang memengaruhi tubuh dalam memompa darah
- Gangguan ginjal sehingga sulit mengeluarkan limbah atau racun dari dalam tubuh
- Kerusakan sistem saraf yang memicu kelumpuhan
- Pandangan kabur dan tidak jelas
- Gangguan berbicara atau cadel
- Jika tidak mendapatkan penanganan, penyakit ini bisa mengancam nyawa
Cara Mengatasi Difteri
Penderita difteri bisa sembuh dengan penanganan yang tepat. Berikut ini adalah beberapa cara mengatasi difteri yang perlu Anda ketahui:
1. Pemberian Antitoksin Difteri
Salah satu cara meredakan gejala akibat infeksi bakteri adalah dengan pemberian antitoksin difteri. Obat ini bertujuan untuk menetralkan racun sirkulasi dalam darah.
Dokter atau ahli medis profesional dapat memberikan obat antitoksin pada penderita sesuai pedoman pengobatan WHO. Hal ini sangat penting untuk meredakan gejala yang terjadi dan mencegah infeksi kambuh di kemudian hari.
2. Pemberian Antibiotik
Selain antitoksin, tim medis bisa mengatasi difteri dengan pemberian antibiotik. Obat ini mampu menghentikan replikasi bakteri dan produksi racun di dalam tubuh.
Bukan hanya itu saja, antibiotik juga bermanfaat untuk mempercepat pembuangan bakteri dan mencegah penularan infeksi ke orang lain. Obat ini hanya boleh dikonsumsi sesuai resep dokter.
3. Terapi Suportif
Terapi suportif oksigen dapat digunakan apabila penderita mengalami desaturasi atau penurunan saturasi oksigen di bawah 90 persen. Pengobatan ini bisa membantu penderita untuk bernapas lebih mudah.
Dokter juga mampu memberikan terapi suportif lainnya berupa pemantauan fungsi jantung dengan menggunakan elektrokardiogram (EKG). Tidak hanya itu, pemasangan selang nasogastrik juga membantu penderita untuk makan dan minum apabila mengalami kesulitan saat terinfeksi penyakit.
Cara Mencegah Difteri
Cara terbaik untuk mencegah difteri adalah dengan menjalani vaksin difteri. Jenis vaksin ini biasanya dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan.
Dalam istilah medis, vaksin DTaP termasuk vaksin versi terbaru dalam mencegah difteri, tetanus, dan pertusis (batuk rejan) pada anak-anak dan orang dewasa. Meskipun sangat efektif, vaksin ini memiliki efek samping berupa demam ringan, mudah mengantuk, atau nyeri di area bekas suntikan. Anda tidak perlu khawatir karena efek sampingnya hanya berlangsung sementara.
Baca Juga: Mengenal Bakteri Salmonella Typhi dan Gejalanya
Pengobatan Difteri ke Dokter
Proses pemulihan difteri memiliki waktu yang berbeda-beda. Umumnya, penderita dapat sembuh selama kurang lebih 2-3 minggu dengan pengobatan yang tepat.
Sementara luka pada kulit akibat difteri bisa sembuh selama 2-3 bulan dan tetap meninggalkan bekas luka. Selama mengalami difteri, dokter menganjurkan penderita untuk konsumsi obat medis, istirahat yang cukup, dan melakukan isolasi mandiri. Hal ini sangat penting untuk mengurangi risiko penularan yang terjadi.
Apabila gejala difteri tidak kunjung membaik setelah perawatan rumahan dan bahkan semakin parah, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi Kesehatan.
Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU). Yuk, jaga dan cek kondisi Kesehatan Anda sekeluarga bersama Ciputra Hospital!
Telah direview oleh dr. Febriani K. H.
Source:
- Cleveland Clinic. Diphtheria. Desember 2024.
- Nemours Kids Health. Diphtheria. Desember 2024.
- WebMD. What to Know About Diphtheria. Desember 2024.
- World Health Organization. Diphtheria. Desember 2024.