Ditulis oleh Tim Konten Medis
Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2018 melaporkan sebanyak 16.000 kasus difteri terdapat di seluruh negara Sedangkan, di negara UK jarang ditemukan adanya kasus difteri. Wilayah Asia, Pasifik Utara, Timur Tengah, Karibia, dan Eropa Timur juga memiliki kasus-kasus terkait penyakit difteri. Difteri banyak ditemukan pada beberapa negara, tetapi tidak perlu khawatir jika ingin bepergian karena sudah ada vaksin difteri. Lalu, apa saja kebiasaan yang dapat menyebabkan terkena penyakit difteri? Simak, penjelasan berikut!
Salah satu gejala difteri mengalami kesulitan dalam bernapas dan menelan.
Difteri
Difteri adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae. Difteri merupakan infeksi yang sangat menular dan berpotensi fatal bagi para penderitanya. Bakteri akan melepaskan toksin pada tubuh manusia sehingga mampu menginfeksi saluran pernapasan atau bahkan kulit. Penyakit difteri menyebabkan seseorang menjadi susah bernapas, gagal jantung, mengalami kelumpuhan, hingga kematian. Gangguan jaringan saraf dan serangan jantung akibat infeksi bakteri difteri dapat berbahaya. Difteri dapat menyerang segala usia dan akan lebih berbahaya bagi seseorang yang belum mendapatkan vaksin difteri. Difteri sendiri dapat diobati menggunakan antibiotik dan beberapa obat-obatan lainnya. Tetapi akan lebih baik jika seseorang mendapatkan atau menerima vaksin difteri supaya kekebalan tubuh terhadap bakteri difteri meningkat.
Difteri Disebabkan Oleh
Apa saja kebiasaan yang dapat menyebabkan terkena penyakit difteri? Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae, seperti yang telah dijelaskan di atas. Bakteri tersebut menyebar dari satu orang ke orang lainnya, melalui droplets yang keluar saat batuk ataupun bersin. Sementara itu bila seseorang menyentuh luka atau bisul yang terbuka juga dapat terinfeksi bakteri difteri. Bahkan dari benda yang terkontaminasi sisa droplets seseorang yang terinfeksi difteri dapat ikut tertular.
Penderita difteri dapat membantu mengurangi penularan dengan beberapa cara. Pertama, jauhi atau hindari tempat-tempat yang berisi banyak anak kecil, seperti penitipan anak, sekolah, atau tempat lainnya. Kedua, rajinlah untuk mencuci tangan memakai sabun sebelum menyentuh benda di sekitarnya. Ketiga, tutuplah mulut dan hidung saat sedang batuk atau bersin. Demi memastikan seseorang sudah sembuh dan tidak menularkan difteri, maka perlu pengecekan lebih lanjut oleh dokter.
Bakteri Difteri
Difteri sejatinya bukan disebabkan oleh virus. Virus dan bakteri merupakan dua mikroorganisme yang berbeda. Bakteri adalah sel bebas yang bisa hidup di luar maupun di dalam tubuh manusia. Sedangkan, virus adalah kumpulan molekul yang hanya bisa hidup ketika berinang di organisme hidup lainnya. Pada kasus difteri ini, bakterilah yang berperan membawa toksin penyakit untuk tubuh manusia. Pengetahuan terkait perbedaan penyebab penyakit akibat virus dan bakteri sangat diperlukan, supaya dokter mampu memberikan penanganan dan obat yang tepat.
Vaksin difteri perlu diberikan pada semua usia.
Gejala Difteri
Gejala difteri terbagi menjadi dua, yaitu difteri pernapasan dan difteri kulit. Gejala difteri pada umumnya akan muncul 2-5 hari setelah terinfeksi. Infeksi bakteri difteri juga dapat dilihat dan didiagnosa oleh dokter melalui beberapa gejala yang muncul. Inilah beberapa gejala yang timbul pada difteri pernapasan, yaitu:
- Merasa sakit pada area tenggorokan hingga terjadi peradangan dan pembengkakan kelenjar
- Mengalami demam dengan suhu tubuh lebih dari 38oC
- Mengalami kesulitan dalam bernapas dan menelan
- Mengalami sakit kepala yang cukup menyakitkan
- Muncul membran abu-abu atau hijau dibalik leher (pseudomembrane)
Gejala-gejala di atas merupakan gejala umum yang dialami penderita difteri pernapasan. Gejala lain yang dialami oleh penderita difteri kulit, antara lain:
- Kulit melepuh dan bernanah di area kaki dan tangan
- Munculnya luka besar yang dikelilingi dengan kulit kemerahan
Gejala difteri kulit bisa jadi sama dengan gejala penyakit lainnya sehingga perlu pemeriksaan penyebab lebih lanjut. Jika infeksi difteri semakin melebar dan parah, segera hubungi dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Vaksin Difteri
Vaksin difteri sangat dianjurkan untuk diberikan kepada seseorang yang ingin melakukan perjalanan jauh, terutama pada negara-negara dengan banyaknya kasus difteri. Vaksin difteri perlu diberikan pada semua usia. Sebuah data dari Health Government Australia menunjukkan bahwa vaksin merupakan ‘senjata’ terbaik untuk melawan difteri. Di Australia, penurunan penderita difteri sangat terlihat begitu vaksin diberikan dan bahkan hampir menghilang. Melansir dari CDC, ada beberapa vaksin yang dapat diberikan untuk melindungi tubuh dari bakteri difteri, yaitu:
- DTaP, vaksin untuk melindungi dari penyakit difteri, tetanus, dan pertusis (batuk rejan)
- DT, vaksin untuk melindungi dari penyakit difteri dan tetanus
- Tdap, vaksin untuk melindungi dari penyakit tetanus, difteri, dan pertusis
- Td, vaksin untuk melindungi dari penyakit tetanus dan difteri
Setiap vaksin memiliki sasaran kelompok usia tersendiri. DTaP digunakan untuk anak-anak dan dapat diberikan pada anak usia 2, 4, atau 6 bulan, 15-18 bulan, serta 4-6 tahun. Tdap digunakan untuk anak remaja, yaitu pada rentan usia 11-12 tahun. Sedangkan, Td atau Tdap digunakan untuk orang dewasa dan dapat diberikan setiap 10 tahun sekali. Jika ingin menghindari kemungkinan terburuk, maka vaksin merupakan jalan yang tepat untuk diambil.
Penyakit difteri merupakan salah satu penyakit berbahaya yang dapat mengancam nyawa seseorang. Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae. Bakteri ini menyebar melalui droplets dari batuk atau bersin penderita difteri. Difteri tidak hanya menyerang pernapasan tapi juga dapat menyerang kulit. Ada beberapa jenis vaksin difteri yang dapat diberikan sesuai dengan kelompok usia tertentu. Konsultasikan dengan dokter sebelum melakukan pemberian vaksin difteri supaya dokter dapat membantu memilihkan vaksin yang terbaik.
Telah direview oleh dr. Febriani K. H.
Source: