Ditulis oleh Tim Konten Medis
Posisi tidur untuk penderita skoliosis dapat tidur telentang atau menyamping. Posisi tidur ini mampu menyelaraskan tulang belakang dan mengurangi risiko nyeri punggung. Sebaiknya, hindari posisi tidur tengkurap karena bisa menimbulkan rasa tidak nyaman.
Tidur telentang baik untuk skoliosis.
Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang membentuk lengkungan dengan posisi menyamping. Kondisi ini bisa terjadi karena kondisi medis tertentu seperti kelumpuhan otak (cerebral palsy) dan distrofi otot.
Tanda dan gejala skoliosis berupa bahu dan pinggang tidak rata, tonjolan pada satu sisi punggung saat membungkuk ke depan, serta satu sisi tulang rusuk menonjol ke depan. Pada sebagian besar kasus skoliosis, kondisi ini dapat menimbulkan tulang belakang yang berputar atau terpelintir selain melengkung ke samping.
Posisi Tidur untuk Penderita Skoliosis
Berikut ini adalah posisi tidur yang tepat untuk penderita skoliosis:
1. Tidur Telentang
Skoliosis termasuk kelainan tulang yang tidak dapat disembuhkan. Namun, Anda bisa mengatasi kondisi ini dengan tidur dalam posisi telentang.
Manfaat tidur telentang dapat menjaga tulang belakang tetap sejajar dan mengurangi tekanan serta kompresi pada kondisi kronis tertentu. Cobalah untuk tidur telentang dengan meletakkan bantal di bawah leher untuk menopang bagian tubuh tersebut.
Selain menjaga tulang belakang sejajar, tidur telentang juga bermanfaat untuk mengurangi sakit kepala tegang dan meredakan gejala sinus. Jika merasa kurang nyaman, Anda bisa tidur menyamping ke kanan atau kiri.
Baca Juga: Posisi Tidur Setelah Embrio Transfer yang Direkomendasikan
2. Tidur Menyamping
Mengutip dari Sleep Foundation, 60 persen orang dewasa sangat menyukai tidur miring atau menyamping. Posisi ini memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, mulai dari penyelarasan tulang belakang yang lebih baik, mengurangi risiko mendengkur, maag, dan nyeri punggung.
Berkat manfaatnya, tidur menyamping dianggap sebagai salah satu posisi tidur yang paling sehat. Penelitian membuktikan tidur menyamping dapat mengurangi rasa sakit punggung terutama pada penderita nyeri kronis.
Tidak hanya itu saja, dokter juga menyarankan orang dengan sleep apnea untuk tidur menyamping agar mengurangi dengkuran keras yang terjadi. Anda bisa tidur miring ke kanan atau kiri sesuai dengan kenyamanan.
Posisi Tidur yang Tidak Direkomendasikan untuk Skoliosis
Salah satu tidur yang tidak baik untuk penderita skoliosis adalah tidur tengkurap. Posisi ini membuat kepala dan leher berputar pada sudut yang tidak sehat.
Tidur tengkurap juga menyebabkan tulang belakang melengkung dan tidak sejajar sehingga penderita skoliosis perlu menghindari posisi ini. Bahkan, tidur tengkurap menyebabkan nyeri punggung, leher, dan bahu.
Jika sedang hamil, sebaiknya hindari posisi ini karena menimbulkan rasa tidak nyaman dan berbahaya bagi janin di dalam kandungan. Saat tengkurap, tubuh bagian atas secara alami akan menurun lebih dalam ke kasur karena beratnya.
Hal inilah yang memicu punggung melengkung dan meregangnya tulang belakang yang keluar dari posisi netral. Apabila tulang belakang tidak sejajar, Anda bisa mengalami stres dan ketegangan sehingga mengakibatkan rasa sakit saat bangun tidur.
Tips Tidur untuk Penderita Skoliosis
Adapun beberapa tips tidur untuk penderita skoliosis, di antaranya:
1. Posisi Bantal
Gunakan bantal yang tepat untuk membantu dalam menjaga keselarasan tulang belakang selama tidur. Anda bisa memakai bantal leher atau berkontur untuk menopang lekukan leher.
Selain itu, cobalah untuk meletakkan bantal kecil atau handuk gulung di antara lutut agar menjaga tulang belakang tetap sejajar saat tidur miring. Hal ini dapat mengurangi sakit punggung dan menjaga postur tubuh tetap optimal.
Baca Juga: Ini 3 Posisi Tidur yang Baik untuk Kesehatan Menurut Dokter
2. Memilih Kasur yang Tepat
Bagi penderita skoliosis, tidur yang cukup dan memilih tempat tidur yang tepat sangat penting. Jika merasa nyaman, hal ini dapat meningkatkan kualitas tidur secara maksimal.
Sebaiknya, pilih tempat tidur dengan tinggi 18-22 inci. Jenis tempat tidur ini dapat memudahkan penderita skoliosis untuk berbaring dan bangun.
Sebelum membeli kasur, pastikan juga untuk mencobanya terlebih dahulu. Meskipun ada tempat tidur yang baik untuk sakit punggung, hal ini belum tentu cocok dengan kebutuhan dan rasa nyaman saat tidur.
Pilih kasur yang tidak terlalu keras atau lembut karena harus menopang berat badan. Alat tempat tidur juga harus setebal 30 cm dan tidak boleh memiliki bilah kayu.
4. Melakukan Peregangan
Peregangan saat tidur bermanfaat untuk meredakan ketegangan otot dan meningkatkan relaksasi tubuh. Anda bisa melakukan peregangan dengan menargetkan punggung, leher, dan pinggul.
Selain itu, fokus pada pernapasan dalam untuk meningkatkan relaksasi. Peregangan juga mendukung kelenturan tubuh.
5. Mengelola Rasa Nyeri
Cara tidur untuk penderita skoliosis adalah dengan mengelola rasa nyeri. Jika skoliosis menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman, Anda bisa menggunakan obat pereda nyeri yang terjual bebas di apotek.
Sebelum minum obat, pastikan Anda sudah berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Konsultasi dengan dokter bertujuan untuk mendapatkan jenis dan dosis obat yang tepat serta menentukan strategi manajemen nyeri dengan baik.
Jika Anda mengalami gejala skoliosis kunjung sembuh dalam waktu lama, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan.
Yuk, jaga kesehatan tubuh dengan rutin melakukan medical check up di Ciputra Hospital. Anda juga bisa konsultasi dan buat janji dengan dokter di Ciputra Hospital terdekat. Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) selengkapnya sekarang juga.
Telah direview oleh dr. Stanislaus Hatta
Source:
- Healthline. 5 Steps to Sleeping on Your Back Every Night. Desember 2024.
- Sleep Foundation. Side Sleeping: Which Side Is Best and How To Do It. Desember 2024.
- Sleep Foundation. Sleeping On Your Stomach – Is it Bad for You?. Desember 2024.
- WebMD. Scoliosis: Causes, Symptoms, and Treatments. Desember 2024.