Ditulis oleh Tim Konten Medis
Perbedaan HIV dan AIDS dapat terlihat definisinya. HIV adalah virus yang menyebabkan seseorang lebih rentan terkena infeksi penyakit. Sementara AIDS adalah tahap akhir dari infeksi HIV dan telah menghancurkan sistem kekebalan tubuh.

HIV menyerang sistem kekebalan tubuh.
Banyak orang menganggap bahwa HIV dan AIDS merupakan kondisi yang sama. Meskipun berkaitan, kedua kondisi ini memiliki perbedaan yang signifikan.
Ada sejumlah perbedaan yang mencolok dari HIV dan AIDS, seperti gejala dan penangannya. Jika tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, HIV dan AIDS bisa menimbulkan komplikasi berupa berat badan turun drastis dan gangguan neurologis.
Perbedaan HIV dan AIDS
HIV (human immunodeficiency virus) adalah jenis virus. Sementara AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) adalah sebuah penyakit yang terjadi akibat HIV. Infeksi HIV bisa menyebabkan penyakit AIDS setelah pasien terinfeksi selama beberapa tahun hingga melemahkan daya tahan tubuh.
Biasanya, virus ini berkembang menjadi AIDS dalam waktu 10-15 tahun apabila tidak mendapatkan pengobatan segera mungkin. Namun, tidak semua pasien HIV dapat mengalami AIDS.
Adakah Perbedaan Gejala HIV dan AIDS?
Tentu, ada. Tanda dan gejala awal HIV dapat muncul sekitar 2-4 minggu setelah tertular virus. Gejala HIV meliputi demam, sakit kepala, dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher.
Sementara AIDS ditandai dengan berat badan turun drastis, keringat di malam hari, demam berulang, dan kelelahan ekstrem. Ketika mengalami AIDS, pasien akan lebih sering sakit karena melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Siapa pun bisa tertular HIV apabila terpapar virus tersebut. Namun, ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV. Misalnya, orang yang berhubungan intim dengan sesama jenis.
HIV terdiri dari 3 tahapan, yaitu HIV akut, kronis, dan AIDS. Pada HIV akut, pasien mengalami gejala yang hampir serupa dengan flu sekitar 1-2 bulan setelah terinfeksi. Gejalanya dapat hilang dalam waktu 1 minggu hingga hitungan bulan.
Setelah tahap akut, pasien dapat mengidap HIV selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan gejala. Kondisi ini tetap bisa menularkan virus kepada orang lain meskipun merasa sehat.
Tahap terakhir, yaitu AIDS merupakan kondisi paling serius dari infeksi HIV. Penyakit ini menyebabkan infeksi oportunistik untuk membuat pasien sakit.
Infeksi oportunistik terdiri dari beberapa jenis penyakit, termasuk pneumonia berulang, kanker serviks invasif, dan ulkus herpes simpleks.
Baca Juga: Bagaimana Cara Tes HIV di Rumah Sakit?
Bagaimana Cara Seseorang Terkena HIV/AIDS?
HIV dapat menular melalui darah, air mani, cairan vagina, air susu ibu (ASI), dan cairan dubur dari orang yang terinfeksi. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh melalui mulut, anus, penis, vagina, atau kulit yang terluka.
Bahkan berhubungan seks tanpa kondom dan berbagi jarum suntik menjadi cara paling umum penyebaran HIV. Meskipun merasa sehat, pasien HIV tetap bisa menularkan virus kepada orang lain.
Perlu diingat bahwa HIV tidak menyebar melalui ludah saat ciuman. Namun, jika Anda memiliki luka terbuka di mulut atau gusi berdarah, ada kemungkinan dapat tertular HIV saat berciuman. HIV tidak menular pada beberapa kondisi, seperti menyentuh, berbagi peralatan makan, gigitan serangga, dan donor darah.
Terapi HIV Positif
Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang bisa menghilangkan HIV dari tubuh seseorang. Namun, terapi obat ARV (Anti Retro Viral) mampu menekan virus dan mengurangi risiko kerusakan sistem kekebalan tubuh yang parah.
Pasien HIV perlu mengonsumsi obat ARV meskipun merasa sehat. Hal ini sangat penting untuk mencegah munculnya infeksi oportunistik atau penyakit AIDS. Ketika minum obat, dokter akan memantau perkembangan pasien dengan melihat jumlah CD-4 setiap 4 sampai 6 bulan sekali.
Tujuannya adalah untuk mengetahui respon dari pengobatan di dalam tubuh. Tidak hanya itu, dokter akan memeriksa HIV RNA sejak awal terapi obat dan melanjutkan pemeriksaan setiap 3-4 bulan sekali. Jika melewatkan obat ARV, hal ini dapat membuat virus berkembang dengan cepat.
Sebelum pengobatan, dokter dapat mendiagnosis HIV melalui tes darah atau air liur pada pasien. Tes ini berupa pemeriksaan antigen-antibodi, tes antibodi, dan asam nukleat.
Apabila Anda merasa terpapar HIV dalam beberapa minggu terakhir, dokter akan menyarankan tes NAT untuk mengetahui hasil positif setelah terpapar HIV.
Pencegahan Penyakit HIV dan AIDS
Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegah infeksi HIV, di antaranya:
- Hindari berbagi jarum suntik dan penyalahgunaan obat-obatan berbahaya
- Gunakan pelumas berbahan dasar air
- Tidak menggunakan kondom yang terbuat dari produk hewani, seperti kulit domba
- Saat berhubungan intim, pakai kondom jenis lateks atau karet
- Menjalani tes dan pengobatan untuk gejala infeksi menular seksual
- Tidak berganti-ganti pasangan seksual
- Memberikan pemahaman kepada orang di sekitar terkait informasi HIV yang tepat
Itulah pembahasan mengenai perbedaan HIV dan AIDS yang perlu Anda ketahui. Jika merasa mengalami gejala HIV dan AIDS, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan. Yuk, jaga kesehatan tubuh dengan rutin melakukan medical check up di Ciputra Hospital. Anda juga bisa konsultasi dan buat janji dengan dokter di Ciputra Hospital terdekat.
Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) selengkapnya sekarang juga.
Telah direview oleh dr. Sony Prabowo, MARS
Source:
- Cleveland Clinic. HIV & AIDS. Desember 2024.
- HIV Gov. What Are HIV and AIDS?. Desember 2024.
- HIV Info. HIV and AIDS: The Basics. Desember 2024.
- WebMD. HIV vs. AIDS. Desember 2024.