Ditulis oleh Tim Konten Medis
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Sedangkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah tahap lanjutan dari infeksi HIV, di mana sistem kekebalan tubuh sangat rusak, menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi serius.
Hingga kini belum ditemukan pengobatan yang bisa menyembuhkan dan mematikan virus HIV secara total.
HIV dan AIDS adalah dua istilah yang sering terdengar, tetapi banyak orang yang masih belum sepenuhnya memahami perbedaannya dan bagaimana keduanya saling terkait. Meskipun dunia telah berusaha untuk mengedukasi masyarakat dan memperkenalkan berbagai langkah pencegahan, stigma dan kesalahpahaman mengenai HIV dan AIDS masih ada hingga saat ini.
Penyakit ini sering kali dianggap sebagai momok yang menakutkan, tetapi dengan pengetahuan yang tepat dan sikap yang lebih terbuka, kita dapat mengurangi dampaknya dan meningkatkan kualitas hidup bagi mereka yang terinfeksi.
Apa Itu HIV dan AIDS?
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, khususnya sel CD4 yang berfungsi untuk melawan infeksi. Virus ini mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan penyakit sehingga penderitanya menjadi lebih rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit.
HIV menyebar melalui cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan vagina, dan ASI dengan cara yang paling umum adalah melalui hubungan seksual yang tidak aman, penggunaan jarum suntik bersama, atau dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah tahap lanjut dari infeksi HIV, yang terjadi ketika virus tersebut telah merusak sistem kekebalan tubuh secara signifikan. Pada tahap ini, tubuh tidak lagi dapat melawan infeksi dan penyakit dengan baik, yang dapat menyebabkan komplikasi serius dan bahkan kematian.
Meskipun HIV tidak dapat sembuh, pengobatan dengan antiretroviral (ARV) dapat membantu mengontrol virus, mencegah perkembangan menjadi AIDS, dan memungkinkan penderitanya hidup lebih lama dan sehat.
Baca Juga: Bagaimana Cara Menghindari Penyakit HIV dan AIDS?
Penyebab Penularan HIV dan AIDS
Penularan HIV dan AIDS terjadi ketika seseorang terpapar cairan tubuh yang mengandung virus HIV. Berikut adalah cara utama penularan HIV:
- Hubungan Seksual Tanpa Perlindungan: HIV dapat menyebar melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan seseorang yang terinfeksi. Virus ini bisa masuk melalui luka kecil atau jaringan sensitif pada organ genital.
- Penggunaan Jarum Suntik Bersama: Berbagi jarum suntik atau alat injeksi dengan orang yang terinfeksi HIV dapat menyebabkan penularan, karena darah yang terkontaminasi dapat masuk ke tubuh orang lain.
- Dari Ibu ke Anak: HIV bisa tertular dari ibu yang terinfeksi ke anaknya selama kehamilan, persalinan, atau melalui ASI. Penularan ini terkenal sebagai penularan vertikal.
- Transfusi Darah yang Terinfeksi: Menerima darah atau produk darah yang terkontaminasi HIV, meskipun sangat jarang terjadi di banyak negara dengan pemeriksaan ketat.
- Kontak dengan Cairan Tubuh yang Terinfeksi: Penularan juga bisa terjadi melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lain yang mengandung HIV, seperti air mani, cairan vagina, dan air susu ibu.
Penting untuk dicatat bahwa HIV tidak menyebar melalui udara, makanan, atau kontak biasa seperti berjabatan tangan atau berbagi peralatan makan.
Ciri-Ciri Orang Terkena HIV/AIDS
Ciri-ciri orang yang terkena HIV/AIDS bisa muncul dalam beberapa tahap, mulai dari tahap awal hingga tahap akhir. Gejala-gejala ini bisa berbeda antara setiap individu, namun secara umum, berikut adalah tanda-tanda yang bisa muncul dalam tiga tahap penyakit HIV/AIDS:
1. Fase Tahap Awal (2-4 Minggu Setelah Kontak dengan Virus)
Pada tahap ini, gejala mirip dengan infeksi virus lainnya dan dapat berlangsung antara 2 minggu hingga lebih. Beberapa gejalanya meliputi:
- Demam atau suhu badan meningkat
- Adanya ruam-ruam pada tubuh
- Nyeri pada otot-otot
- Tenggorokan yang terasa sakit
- Pembengkakan kelenjar
Gejala-gejala ini terkenal sebagai sindrom retroviral akut (ARV) yang bisa menjadi indikasi awal bahwa seseorang telah terinfeksi HIV. Meskipun gejala-gejala ini bisa muncul, tidak semua orang yang terinfeksi akan mengalaminya.
2. Fase Tahap Kedua (Tanpa Gejala yang Jelas, Bertahan selama Beberapa Tahun)
Pada tahap ini, penderita HIV mungkin tidak merasakan gejala yang jelas. Virus terus berkembang dan menyerang sistem kekebalan tubuh, tetapi tubuh masih bisa mengendalikan virus tersebut dengan bantuan sistem imun. Gejala mungkin sangat ringan atau tidak ada sama sekali. Namun, meskipun penderita merasa baik-baik saja, HIV masih dapat menular ke orang lain selama fase ini.
Beberapa gejala yang mungkin muncul pada tahap ini antara lain:
- Penurunan berat badan secara drastis
- Kelelahan berlebih
- Demam ringan yang tidak hilang
- Keringat malam yang berlebihan
- Pembengkakan kelenjar getah bening
Pada tahap ini, penderita HIV dapat tetap hidup relatif sehat jika mendapat pengobatan yang tepat, tetapi virus terus merusak sistem kekebalan tubuh secara perlahan.
3. Fase Tahap Ketiga (AIDS – Acquired Immunodeficiency Syndrome)
Jika HIV tidak diobati, ia dapat berkembang menjadi AIDS, tahap paling parah dari infeksi HIV. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh telah sangat lemah, dan tubuh tidak lagi mampu melawan infeksi dan penyakit. Gejala-gejalanya akan bervariasi tergantung pada infeksi oportunistik yang muncul, di antaranya:
- Infeksi paru-paru atau tuberkulosis
- Infeksi jamur pada mulut atau tenggorokan (kandidiasis)
- Penurunan berat badan drastis dan kehilangan nafsu makan
- Diare kronis
- Kebingungan atau gangguan memori
- Ruam kulit yang luas
- Pembengkakan kelenjar getah bening yang sangat besar
Gejala-gejala tersebut menunjukkan bahwa HIV telah berkembang menjadi AIDS dan pada tahap ini, pengobatan lebih sulit. Orang dengan AIDS sangat rentan terhadap infeksi dan penyakit lain yang bisa mengancam nyawa.
Baca Juga: Perbedaan HIV dan AIDS, Jangan Sampai Keliru!
Aktivitas yang Tidak Menularkan HIV dan AIDS
Ada beberapa aktivitas yang melibatkan pertukaran cairan tubuh tetapi tidak menyebabkan penularan HIV dan AIDS. Berikut adalah beberapa di antaranya:
- Berciuman: Berciuman biasanya tidak menyebabkan penularan HIV/AIDS. Meskipun ada sedikit kemungkinan penularan jika ada luka atau berdarah di mulut, risiko ini sangat rendah. Saliva yang bertukar tidak menjadi salah satu penyebab utama penularan HIV.
- Oral Sex: Meskipun risiko penularan HIV melalui seks oral memang ada, risikonya jauh lebih rendah dari pada hubungan seks vaginal atau anal. Namun, oral sex bisa menularkan penyakit seksual lainnya seperti Shigella, Salmonella, E. coli, dan lainnya.
- Perawatan Medis: Aktivitas medis seperti donor darah atau transfusi darah sangat jarang menyebabkan penularan HIV/AIDS. Hal ini karena prosedur biasanya sangat aman dan steril.
- Makanan yang Dikunyah Sebelumnya: Jika seorang ibu mengunyahkan makanan untuk anaknya, ini tidak menjadi penyebab penularan HIV/AIDS. Virus HIV tidak bisa menyebar melalui makanan atau melalui air liur dalam kondisi ini.
Pengobatan HIV dan AIDS
Hingga saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV secara total. Namun, pengobatan yang tepat dapat membantu penderita HIV untuk hidup lebih lama dan sehat. Salah satu pengobatan utama yang digunakan adalah ART (Antiretroviral Therapy), yaitu pengobatan dengan obat-obatan antiretroviral. Obat-obatan ini dapat membantu mengendalikan HIV dengan cara menurunkan jumlah virus dalam tubuh dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Berikut adalah jenis-jenis obat yang digunakan dalam pengobatan HIV:
- Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTIs): Obat ini menghalangi virus HIV untuk menggandakan diri dengan cara menghambat enzim yang dibutuhkan untuk reproduksi virus. Contoh obat dalam kelas ini adalah Zidovudine (AZT), Lamivudine (3TC), dan Abacavir.
- Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTIs): Obat ini bekerja dengan cara menghalangi enzim reverse transcriptase yang dibutuhkan virus HIV untuk berkembang biak. Beberapa contoh obatnya adalah Efavirenz (EFV), Nevirapine (NVP), dan Etravirine.
- Protease Inhibitors (PIs): Obat ini menghambat enzim protease yang digunakan oleh virus HIV untuk memproduksi partikel baru. Obat-obatan dalam kategori ini termasuk Lopinavir, Atazanavir, dan Darunavir.
- Integrase Strand Transfer Inhibitors (INSTIs): Obat ini menghalangi enzim integrase, yang digunakan virus HIV untuk memasukkan materi genetiknya ke dalam sel manusia. Contoh obat dalam kategori ini adalah Raltegravir, Dolutegravir, dan Bictegravir.
- Entry Inhibitors: Obat ini mencegah virus HIV memasuki sel CD4, yang merupakan sel kekebalan tubuh. Maraviroc adalah salah satu contoh obat dalam kategori ini.
- Pharmacokinetic Enhancers: Obat ini digunakan untuk meningkatkan efektivitas obat-obatan HIV lain dengan memperlambat penguraian obat tersebut dalam tubuh. Ritonavir dan Cobicistat adalah contoh obat dalam kategori ini.
Penggunaan obat-obatan ini biasanya sesuai dengan kondisi dan respons tubuh pasien, serta harus di bawah pengawasan dokter. Dengan pengobatan yang tepat, pasien HIV dapat mengendalikan virus dalam tubuh dan mencegah perkembangan penyakit ke tahap AIDS.
Cara Mencegah HIV dan AIDS
Untuk mencegah penularan HIV dan AIDS, ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan. Berikut adalah cara untuk mencegah penyebaran virus HIV dan AIDS:
- Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
- Tidak berbagi jarum suntik atau alat suntik
- Melakukan tes HIV secara rutin
- Mengurangi jumlah pasangan seksual
- Menghindari hubungan seksual dengan orang yang memiliki riwayat HIV tanpa perlindungan
- Menggunakan PrEP (pre-exposure prophylaxis) untuk individu yang berisiko tinggi
- Mengobati pasangan yang terinfeksi HIV dengan pengobatan ART secara rutin
- Mendapatkan perawatan medis saat hamil untuk mencegah penularan pada bayi
Baca Juga: Bagaimana Pencegahan Penyakit AIDS?
Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan. Yuk, jaga kesehatan tubuh dengan rutin melakukan medical check up di Ciputra Hospital. Anda juga bisa konsultasi dan buat janji dengan dokter gizi di Ciputra Hospital terdekat.
Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) selengkapnya sekarang juga.
Telah direview oleh dr. Surya Seftiawan Pratama
Source:
- Mayo Clinic. HIV/AIDS. Desember 2024.
- Cleveland Clinic. HIV & AIDS. Desember 2024.