Rumah Sakit Terbaik Berstandarisasi Internasional | Ciputra Hospital

  • Home
  • Rumah Sakit
    • CitraRaya Tangerang
    • CitraGarden City Jakarta
    • Ciputra Mitra Hospital Banjarmasin
  • Fasilitas & Layanan
  • Center of Exellence
  • Cari Dokter
  • Artikel
Friday, 25 February 2022 / Published in Artikel Kesehatan, Citra Garden City

Gejala Stroke dan Pemeriksaan Penunjang

Bicara pelo, wajah merot, dan kelemahan anggota gerak pada tangan dan kaki, merupakan gejala dan tanda penting yang perlu diwaspadai bagi setiap orang dan profesional kesehatan. Hal tersebut merupakan gejala stroke utama dan bila seseorang mengalaminya secara mendadak harus dipastikan untuk menerima perawatan dengan cepat dan tepat. Time is brain!

Gejala Stroke

Gejala stroke yang penting diwaspadai, seperti bicara pelo, wajah merot, dan kelemahan anggota gerak.

Baca Juga: Akupuntur Stroke

Apa Itu Stroke?

Stroke adalah penyebab kematian nomor tiga tertinggi secara global. Stroke merupakan salah satu masalah utama kesehatan di dunia, di mana kejadian serangan pertama stroke iskemik terjadi pada setidaknta 98.000 orang setiap tahunnya dan sekitar 2% populasi pernah mengalami stroke. Orang yang meninggal akibat stroke dalam waktu 30 hari mencapai 23%, dan dari orang-orang yang hidup dengan stroke, 60–70% meninggal dalam waktu tiga tahun.

Dalam hal morbiditas, stroke membutuhkan perawatan inap di rumah sakit, penurunan kualitas hidup ,dan kecacatan jangka panjang. Stroke adalah salah satu penyebab utama kecacatan dan diperkirakan lebih dari 900.000 orang hidup dengan efek stroke, dan sekitar setengahnya bergantung pada orang lain untuk mendukung aktivitas sehari-hari.

Walaupun stroke merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas, namun sekitar 80% stroke dapat dicegah. Faktor-faktor yang diketahui meningkatkan risiko stroke termasuk usia, jenis kelamin, hipertensi, fibrilasi atrium, diabetes, dan merokok. Secara garis besar, stroke dapat diklasifikasikan sebagai iskemik (disebabkan oleh trombus) atau hemoragik (disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah). Stroke adalah keadaan emergensi dan semakin cepat didiagnosis dan diobati semakin baik hasilnya.

Baca Juga: Cara Mencegah Penyakit Jantung dan Stroke

Definisi Stroke

Stroke didefinisikan oleh WHO sebagai sindrom klinis yang terdiri dari tanda dan gejala klinis yang berkembang pesat akibat gangguan fungsi otak fokal (dapat juga menyeluruh), berlangsung lebih dari 24 jam. Sementara transient ischemic attack (TIA) didefinisikan sebagai gejala dan tanda stroke yang sembuh dalam 24 jam tanpa mendapatkan terapi sebelumnya.

Klasifikasi Stroke

Secara garis besar, stroke dapat diklasifikasikan sebagai iskemik atau hemoragik. Stroke iskemik disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah otak oleh trombus atau emboli sebagai akibat dari penyakit kardioembolik atau aterosklerotik. Stroke iskemik terjadi sekitar 70% dari stroke keseluruhan.

Stroke hemoragik dapat dibagi lagi menjadi perdarahan intraserebral (biasanya disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak) dan perdarahan subarakhnoid (disebabkan oleh pecahnya aneurisma intrakranial yang terdapat di dalam ruang subarakhnoid yang mengelilingi otak).

Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi sebagai berikut:

  1. Usia
    Risiko terjadinya stroke kira-kira dua kali lipat pada setiap dekade kehidupan setelah usia 55 tahun. Stroke pada pasien yang lebih muda (15-45 tahun) jarang terjadi dan menyumbang sekitar 10% dari semua stroke.
  2. Jenis kelamin
    Sementara stroke lebih sering terjadi pada laki-laki ketimbang perempuan. Pada sebagian besar kelompok umur, lebih banyak pria daripada wanita yang akan mengalami stroke pada tahun tertentu. Namun, lebih dari setengah dari total kematian akibat stroke terjadi pada wanita. Pada semua usia, lebih banyak wanita daripada pria yang meninggal karena stroke.
  3. Faktor risiko lainnya
    Faktor risiko lain untuk stroke termasuk riwayat keluarga stroke, etnis (misalnya, orang Afro-Karibia berisiko lebih tinggi) dan kondisi genetik tertentu.

Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi sebagai berikut:

  1. Hipertensi
    Hipertensi adalah faktor risiko tunggal yang paling penting dapat dimodifikasi untuk stroke. Dalam uji klinis, terapi antihipertensi telah dikaitkan dengan penurunan insiden stroke rata-rata 35-40%. Hipertensi meningkatkan risiko stroke iskemik melalui terbentuknya plak pembuluh darah besar dan penyakit pembuluh darah kecil intrakranial.
  2. Atrial Fibrillation (AF)
    AF merupakan faktor risiko penting untuk stroke dan semakin sering terjadi seiring bertambahnya usia. AF dikaitkan dengan sekitar 15% dari semua stroke; pengobatan AF dapat mengurangi risiko stroke secara keseluruhan sebesar 10%. Antikoagulasi mengurangi risiko stroke untuk pasien dengan AF sekitar 70%.
  3. Diabetes
    Orang dengan diabetes memiliki risiko 2-2,5 kali lebih besar terkena stroke daripada orang non-diabetes.
  4. Hiperlipidemia
    Berbagai percobaan pada pasien dengan penyakit jantung iskemik telah menunjukkan bahwa statin secara signifikan mengurangi kejadian stroke (berkaitan dengan penurunan kolesterol).
  5. Merokok
    Risiko stroke untuk pria dan wanita yang merokok adalah dua kali lipat dari yang bukan perokok.
  6. Faktor risiko lainnya
    Faktor risiko lain yang dapat dimodifikasi termasuk penyakit jantung iskemik, penyakit arteri perifer, atau penyakit arteri lainnya. Faktor risiko minor yang dapat dimodifikasi termasuk pola makan yang buruk dan obesitas.

Pencegahan stroke dapat dilakukan dengan memodifikasi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dimulai dari hal yang paling sederhana seperti berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, serta berolahraga secara teratur. Pentingnya cek rutin dan berkala sangat disarankan apabila seseorang telah diketahui memiliki faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dislipidema, dan obesitas, serta perlunya mematuhi terapi yang telah diberikan oleh dokter.

Gejala Klinis Stroke

Stroke adalah kondisi emergensi. Semakin cepat didiagnosis dan diobati, semakin baik hasilnya. Sangat penting untuk membedakan antara stroke dan kondisi yang mungkin muncul sebagai stroke, sehingga penanganan yang cepat dan tepat dapat diberikan.

Beberapa metode skrining formal yang telah divalidasi dapat digunakan untuk membantu diagnosis stroke secara cepat. Salah satu yang paling umum digunakan adalah BE FAST (singkatan dari balance, eyes, face, arm, speech, time). Metode ini perlu dipublikasikan secara luas sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengenali tanda dan gejala stroke dan memanggil layanan darurat sesegera mungkin.

  • Gangguan keseimbangan: apakah orang tersebut mengalami gangguan keseimbangan saat berjalan atau terjatuh ke satu sisi tubuh?
  • Gangguan penglihatan: apakah orang tersebut mengalami penglihatan kabur atau bahkan tidak bisa melihat sama sekali?
  • Kelemahan wajah: bisakah orang tersebut tersenyum secara simetris, apakah ujung bibir atau alis mereka dapat bergerak secara simetris?
  • Kelemahan lengan dan kaki: dapatkah orang tersebut mengangkat kedua lengan dan kedua kakinya secara seimbang?
  • Berbicara: dapatkah orang tersebut berbicara dengan jelas dan memahami apa yang dikatakan saat berbicara dengan orang lain?
  • Waktu: stroke harus dicurigai jika seseorang menunjukkan gejala-gejala ini, terutama jika terjadi secara mendadak.
Gejala Stroke

Pasien perlu melakukan terapi fisik sebagai perawatan tambahan untuk pemulihan stroke.

Pemeriksaan Penunjang

Pencitraan dan pemeriksaan lain diperlukan untuk mendiagnosis stroke dan menentukan penyebabnya.

  1. CT scan
    Diagnosis stroke dikonfirmasi dengan bantuan pencitraan otak. Pemindaian CT scan kepala non-kontras merupakan pemeriksaan yang cepat dan aman. Pada fase akut, perdarahan terlihat jelas sebagai area yang hiperdens (putih). Gambaran ini tetap dapat muncul selama sekitar 72 jam dari serangan stroke. Pada hari ke-10, area perdarahan akan menjadi hipodens (terlihat lebih gelap dari jaringan normal). Pada stroke iskemik, zona hipodens yang berbatas tegas muncul. Namun selama beberapa jam pertama terutama pada 6 jam pertama, stroke iskemik mungkin tidak akan tampak pada CT scan. Oleh sebab itu pada kasus yang dicurigai stroke iskemik pada jam-jam awal kejadian sebaiknya dilakukan pemeriksaan MRI.
  2. MRI scan
    MRI scan adalah metode pencitraan otak pilihan pada stroke karena lebih sensitif dalam mendeteksi iskemia dini dan memungkinkan untuk membedakan antara iskemia lama dan baru.
  3. Ultrasonografi dupleks karotis
    Stenosis arteri karotis dapat menyebabkan stroke. Hal ini sering dicurigai ketika pasien datang dengan gejala yang menunjukkan oklusi arteri serebral tengah atau anterior. Cara paling umum untuk mendiagnosis stenosis karotis adalah menggunakan ultrasonografi dupleks karotid, yang merupakan prosedur yang dapat ditoleransi dengan baik dan non-invasif. Angiografi resonansi magnetik dan angiografi CT juga dapat digunakan dalam skrining dan penilaian stenosis karotis.
  4. Pemeriksaan tambahan
    Selain pemeriksaan umum yang meliputi tekanan darah, elektrokardiogram (EKG), urea dan elektrolit, glukosa darah, kolesterol, hitung darah lengkap, tingkat sedimentasi eritrosit, fungsi tiroid dan penanda inflamasi, dan lainnya disesuaikan kondisi spesifik setiap pasien.

Pengobatan Stroke

Pengobatan stroke sangat tergantung dari jenisnya dan bisa bertolak belakang.

Stroke Iskemik dan TIA

Adanya bekuan darah atau trombus pada pembuluh darah otak menyebabkan jenis stroke ini, sebagian besar ditangani dengan teknik serupa antara lain:

  1. Obat pemecah bekuan darah
    Obat trombolitik dapat memecah bekuan darah di pembuluh darah otak sehingga dapat menghentikan proses stroke dan mengurangi kerusakan otak. Salah satu obat tersebut yaitu aktivator plasminogen jaringan (tPA) atau yang sering digunakan adalah alteplase r-tPA, merupakan standar baku dalam pengobatan stroke iskemik. Obat ini bekerja dengan cara melarutkan trombus dengan cepat. Orang yang menerima suntikan ini lebih mungkin untuk pulih dari stroke dan lebih kecil kemungkinannya untuk memiliki cacat permanen akibat stroke.
  2. Trombektomi mekanik
    Pada prosedur ini dimasukkan kateter ke dalam pembuluh darah besar di dalam otak. Alat tersebut dapat digunakan untuk menarik bekuan darah keluar dari pembuluh darah. Tindakan operasi ini dapat berhasil bila dilakukan 6-24 jam setelah stroke dimulai.
  3. Stent
    Jika ditemukan dinding arteri melemah, mungkin dilakukan prosedur untuk mengembangkan arteri yang menyempit dan menopang dinding arteri dengan stent.

Stroke Hemoragik

Stroke yang disebabkan oleh pendarahan atau pecahnya pembuluh darah otak memerlukan strategi pengobatan yang berbeda. Perawatan untuk stroke hemoragik meliputi:

  1. Obat-obatan
    Berbeda dengan stroke iskemik, pada stroke hemoragik, tujuan pengobatannya adalah membuat darah menggumpal. Oleh karena itu, akan diberikan obat untuk melawan pengencer darah. Obat-obatan lainnya diberikan untuk menurunkan tekanan darah, menurunkan tekanan otak yang tinggi atau bengkak otak, serta mencegah terjadinya kejang.
  2. Pembedahan
    Pada kasus perdarahan akibat aneurisma pecah, perlu dilakukan tindakan operasi pada aneurisma berupa clipping atau coiling. Pada kasus perdarahan yang volumenya cukup besar (volume di atas 20 cc) perlu dilakukan operasi mengeluarkan bekuan darah untuk mengurangi tekanan tinggi di dalam otak. Perdarahan juga dapat masuk ke dalam rongga cairan otak, pada kasus ini biasanya diperlukan pemasangan selang yang bersifat sementara atau permanen untuk mengalirkan cairan otak.

Rehabilitasi Stroke

Stroke adalah penyebab utama kecacatan jangka panjang. Sekitar 10 persen penderita stroke hampir sembuh total, sementara 25 persen lainnya dapat pulih dengan keterbatasan yang minimal. Sangat penting bahwa pemulihan dan rehabilitasi stroke dimulai sesegera mungkin. Pemulihan stroke biasanya berfokus pada empat bidang utama:

  1. Terapi berbicara
    Stroke dapat menyebabkan gangguan bicara dan bahasa. Terapis bicara dan bahasa akan bekerja untuk membantu mempelajari kembali cara berbicara. Jika terdapat komunikasi verbal yang sulit setelah stroke, mereka akan membantu untuk menemukan cara komunikasi baru.
  2. Terapi kognitif
    Setelah stroke, banyak orang mungkin mengalami perubahan pada kemampuan berpikir dan penalaran. Kondisi tersebut tentu memicu perubahan perilaku dan suasana hati seseorang. Terapis dapat membantu mendapatkan kembali pola pikir dan perilaku sebelumnya, dan untuk mengelola respons emosional.
  3. Terapi fisik
    Tonus dan kekuatan otot mungkin melemah karena stroke, dan mungkin tidak dapat menggerakkan tubuh sebaik sebelumnya. Terapis akan membantu untuk mendapatkan kembali kekuatan dan keseimbangan, dan menemukan cara untuk menyesuaikan diri dengan segala keterbatasan.
  4. Terapi sensorik
    Pasien bisa tidak merasakan sesuatu dengan baik, seperti suhu, tekanan, atau rasa sakit. Terapis dapat membantu untuk belajar menyesuaikan diri dengan kurangnya sensasi ini.

Take Home Message

Jika Anda menduga diri Anda atau orang di sekitar Anda mungkin mengalami gejala stroke, sangat penting bagi Anda untuk mencari perawatan medis darurat sesegera mungkin. Perawatan dini adalah salah satu cara paling efektif untuk mengurangi risiko komplikasi dan kecacatan jangka panjang.

Meskipun tidak mungkin untuk mencegah stroke secara sepenuhnya, perubahan gaya hidup tertentu dapat sangat mengurangi risiko Anda. Jika dokter Anda yakin Anda mungkin berisiko terkena stroke, mereka akan bekerja sama dengan Anda untuk menemukan strategi pencegahan yang sesuai untuk Anda, termasuk intervensi medis dan perubahan gaya hidup.

Dukungan Anda dan anggota keluarga Anda serta kelompok suportif lainnya terhadap seseorang yang menderita stroke memiliki peranan yang sangat penting dalam melalui seluruh proses rehabilitasi stroke untuk mendapatkan kembali kehidupan yang optimal secara fisik dan mental.

Ditulis oleh dr. I Gde Anom Ananta Yudha, Sp.BS, FINO, FINSS, FICS

Tagged under: gejala stroke

Artikel Lainnya

cara mencegah kanker usus
6 Cara Mencegah Kanker Usus
Cara Mengobati Kista Epidermoid
Bagaimana Cara Mengobati Kista Epidermoid?
Infeksi Virus Chikungunya

Artikel Terbaru

  • Bagaimana cara mencegah skoliosis

    Bagaimana Cara Mencegah Skoliosis?

    Skoliosis dapat memengaruhi dari segala usia, m...
  • Bagaimana Kondisi Pasien Penyakit Asma

    Bagaimana Kondisi Pasien Penyakit Asma?

    Bagaimana kondisi pasien penyakit asma? Mungkin...
  • Bagaimana Cara Mengatasi Dada yang Sakit

    Bagaimana Cara Mengatasi Dada yang Sakit?

    Bagaimana cara mengatasi dada yang sakit? Perna...
  • Bagaimana Cara Penularan Penyakit Gonore?

    Bagaimana Cara Penularan Penyakit Gonore?

    Mengetahui bagaimana cara penularan penyakit go...
  • Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Paru-paru

    Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Paru-Paru?

    Paru-paru merupakan salah satu organ penting da...

Artikel Pilihan

  • Apa Itu Perbedaan Rapid Test Antigen vs Rapid Test Antibody?

    Apa itu rapid test? Rapid test antibody atau...
  • Perbedaan Swab Test (PCR) dan Rapid Test

    Sudah kenalkah Anda dengan perbedaan swab test (PCR) atau...
  • Tanya Jawab Vaksin Covid-19

    Tanya jawab vaksin COVID-19 dibuat untuk memberikan...
  • 5 Daftar Penyakit Menular yang Sering Dialami Orang Indonesia

    Sahabat healthcare, sebagai penduduk yang tinggal...
  • Apa itu Asma? Ciri – Ciri, Gejala, Penyebab

    Apa itu Asma? Asma adalah penyakit pada saluran udara...

Unit Rumah Sakit:

  • Ciputra Hospital – CitraRaya Tangerang
  • Ciputra Hospital – CitraGarden City Jakarta
  • Ciputra Mitra Hospital Banjarmasin

Klinik:

  • Ciputra Medical Center
  • Ciputra SMG Eye Clinic
  • C Derma
Visi Misi
Karir


Instagram Ciputra Hospital

© 2022 All rights reserved. Ciputra Hospital

TOP