Ditulis oleh Tim Konten Medis
Penyebab epilepsi pada bayi bisa terjadi karena kejang demam hingga gangguan perkembangan otak. Tanda dan gejalanya dapat berupa hilang kesadaran dan kedutan otot. Epilepsi bisa sembuh dengan penanganan yang tepat, seperti konsumsi obat medis.
Sebagai orang tua, Anda perlu mewaspadai tanda dan gejala epilepsi, seperti kejang demam.
Epilepsi pada bayi atau ayan termasuk penyakit otak kronis yang tidak menular. Kondisi kerap menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua karena bisa memicu komplikasi serius.
Tumbuh kembang bayi epilepsi juga dapat terhambat dan mengalami masalah kesehatan tertentu, seperti berat badan di bawah normal. Oleh sebab itu, penting untuk memahami penyebab, gejala, dan pemeriksaan epilepsi agar mendapatkan penanganan sedini mungkin.
Apa Itu Epilepsi?
Penyakit epilepsi adalah kondisi neurologis yang melibatkan otak dan rentan mengalami kejang berulang kali tanpa sebab. Kondisi ini termasuk dalam gangguan sistem saraf yang memengaruhi orang-orang dari segala usia, ras, dan latar belakang etnis.
Kejang disebabkan oleh ledakan aktivitas listrik yang tidak terkendali dalam sel-sel otak. Hal ini dapat mencakup perubahan pada kesadaran, kontrol otot, sensasi, emosi, dan perilaku.
Dalam istilah lain, epilepsi juga dikenal dengan sebutan gangguan kejang. Dilansir dari World Health Organization (WHO), kondisi ini cenderung tidak menular dan telah menyerang sekitar 50 juta orang di seluruh dunia, termasuk anak-anak.
Penyebab Epilepsi pada Bayi
Sebagian besar kejang pada anak-anak, termasuk bayi tidak memiliki penyebab pasti. Namun, kondisi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti:
1. Kejang Demam
Anak-anak berusia 3 bulan hingga 5 atau 6 tahun dapat mengalami kejang saat mereka mengidap demam tinggi. Dalam istilah medis, kondisi ini disebut sebagai kejang demam.
Terkadang, kejang juga terjadi secara tiba-tiba sebelum anak diketahui sedang sakit. Kondisi ini terbagi atas 2 jenis utama, yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.
Kejang demam sederhana cenderung paling umum terjadi dan berlangsung kurang dari 15 menit. Kondisi ini biasanya terjadi sebanyak 1 kali dalam jangka waktu 24 jam.
Sementara itu, kejang demam kompleks kerap lebih rumit karena berlangsung lebih dari 15 menit. Kondisi ini juga dapat dialami oleh anak sebanyak lebih dari 1 kali dalam jangka waktu 24 jam.
Baca Juga: Penyakit Aneurisma Otak: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
2. Genetika
Beberapa jenis epilepsi, seperti mioklonik juvenil dan absen lebih sering dialami oleh anak akibat pengaruh genetik. Namun, ada beberapa bukti yang menganggap bahwa gen tertentu hanya meningkatkan risiko epilepsi saja.
Ada epilepsi tertentu yang disebabkan oleh kelainan cara kerja sel-sel otak saat berkomunikasi satu sama lain sehingga memicu sinyal otak abnormal dan kejang. Kondisi ini dapat membuat anak lebih sensitif terhadap kondisi lingkungan.
3. Cedera atau Trauma Kepala
Cedera atau trauma kepala menjadi salah satu penyebab terjadinya kejang. Kondisi ini bisa terjadi akibat kepala terbentur benda keras secara tiba-tiba, seperti kecelakaan mobil dan cedera saat olahraga.
Selain itu, trauma kepala juga dipengaruhi oleh penganiayaan anak akibat goncangan hebat pada kepalanya. Bergantung pada jenis dan tingkat keparahan trauma, kondisi ini bisa menyebabkan memar dan pendarahan pada otak.
4. Infeksi Otak
Bayi dapat mengalami kejang akibat infeksi pada otak, seperti penyakit meningitis. Jenis penyakit ini merupakan peradangan pada lapisan pelindung yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meninges).
Gejalanya meningitis meliputi mudah mengantuk atau sulit bangun dari tidur, pola makan yang buruk, dan terdapat titik lunak (fontanel) yang menonjol pada kepala. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera mungkin untuk mencegah infeksi yang semakin parah.
5. Mengalami Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan serebrospinal di rongga-rongga dalam otak. Tanda dan gejala kondisi ini pada bayi meliputi muntah, mudah merasa lelah, dan mata terus melihat ke bawah.
Bayi yang mengalami hidrosefalus membutuhkan perawatan medis berkelanjutan untuk mencegah terjadinya komplikasi serius. Dokter dapat memberikan jenis obat tertentu sesuai dengan gejala yang dialami oleh anak.
Baca Juga: Mengenal Hemifacial Spasm (Kejang Separuh Wajah)
6. Gangguan Perkembangan Otak
Epilepsi terkadang dapat terjadi bersamaan dengan kondisi perkembangan otak. Anak dengan autisme mampu meningkatkan risiko gejala kejang dibandingkan dengan anak lainnya.
Penelitian membuktikan bahwa anak dengan epilepsi cenderung lebih mungkin untuk mengalami gangguan kurang perhatian atau hiperaktivitas (ADHD). Kondisi ini juga bisa berkaitan dengan gen tertentu.
Tanda Serangan Epilepsi pada Bayi
Berikut ini adalah beberapa gejala epilepsi pada bayi:
1. Hilang Kesadaran
Ciri-ciri epilepsi pada bayi adalah dapat mengalami hilang kesadaran atau pingsan. Kondisi ini biasanya berlangsung sementara dan bisa pulih dengan cepat.
Pingsan dapat terjadi ketika aliran darah ke otak menurun secara tiba-tiba. Sebaiknya, segera kunjungi dokter apabila bayi mengalami kondisi ini.
2. Gerakan Otot Tidak Terkendali
Tanda serangan epilepsi pada bayi, yaitu gerakan otot yang tidak terkendali. Kondisi ini biasanya dapat berupa sentakan, berkedut, atau gerakan berulang pada suatu bagian tubuh.
Sebagai contoh, kedutan pada bayi bisa memengaruhi otot-otot di tangan, kaki, bahu, punggung, atau wajah. Selain epilepsi, kondisi ini bisa menjadi gejala yang mungkin terjadi pada beberapa kondisi medis yang lebih serius.
3. Ketidakmampuan Berbicara
Kejang pada bayi cukup sulit dikenali dibandingkan dengan anak-anak yang berusia lebih tua. Sebagai orang tua, Anda bisa mengetahui kejang pada bayi dengan melihat setiap perilaku tidak biasa.
Misalnya, ketidakmampuan untuk berbicara, mendecakkan bibir, atau membuat gerakan mengunyah dengan mulut. Setelah mengalami kejang, bayi mungkin merasa lelah atau bingung pada hal yang baru saja terjadi.
4. Jantung Berdenyut Cepat
Beberapa gejala awal epilepsi biasanya mulai muncul sejak masa bayi. Salah satu gejala utamanya, yaitu jantung yang berdenyut cepat setelah mengalami kejang.
Penelitian membuktikan bahwa peningkatan denyut jantung bisa berlangsung selama beberapa menit hingga jam. Kondisi ini juga terjadi bersamaan dengan napas yang cepat dan sakit kepala.
5. Sering Terlihat Kebingungan
Gejala kejang pada bayi cenderung bervariasi, tergantung pada jenis kejangnya. Kondisi ini bisa terjadi akibat aktivitas tertentu yang memengaruhi proses di otak.
Salah satu gejala epilepsi pada bayi adalah sering terlihat kebingungan. Jika bayi mengalami kondisi ini, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
Baca Juga: Tumor Otak: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan
Cara Mengatasi Epilepsi pada Anak
Penyakit epilepsi pada anak bisa sembuh asalkan memperoleh penanganan yang tepat. Berikut ini adalah beberapa cara menyembuhkan epilepsi pada bayi:
- Konsumsi obat medis: Obat antikejang berperan penting untuk mengobati gejala epilepsi dan mengurangi frekuensi kejang. Obat ini memiliki efek samping yang sangat umum, seperti mudah mengantuk.
- Operasi bedah: Jika pengobatan tidak berhasil, dokter dapat menyarankan pembedahan otak khusus untuk mengatasi penyebab epilepsi pada anak.
- Alat medis bantu: Alat ini menggunakan teknologi canggih untuk mengelola gejala epilepsi, seperti stimulator saraf vagus atau stimulator otak dalam.
- Diet ketogenik: Bagi sebagian anak dengan epilepsi yang sulit diatasi, diet ketogenik menjadi salah satu perawatan yang paling tepat. Diet ini biasanya mengonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat yang perlu mendapatkan pengawasan dari dokter.
Cara Mencegah Epilepsi
Berikut ini adalah beberapa cara mencegah epilepsi pada bayi:
- Menggunakan sabuk pengaman di dalam mobil, terutama pada anak-anak
- Menggunakan alat pelindung kepala saat bekerja
- Memahami risiko jatuh dan menciptakan lingkungan yang aman bagi anak
- Mengetahui tanda-tanda kekerasan, termasuk sindrom bayi terguncang (shaken baby syndrome) dan kekerasan dalam rumah tangga
- Menjaga kebersihan dengan baik, seperti mencuci tangan dan mengonsumsi makanan gizi seimbang
- Melakukan perawatan prenatal yang tepat, seperti mengikuti jadwal pemeriksaan secara rutin
- Melakukan vaksinasi untuk mengurangi risiko tertular banyak penyakit penyebab epilepsi
- Jika anak demam, segera kompres dan konsultasikan ke dokter
Jika anak mengalami gejala epilepsi, seperti hilangnya kesadaran, tatapan kosong, dan perubahan pada alat indra yang tidak kunjung sembuh dalam waktu lama, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan. Yuk, jaga kesehatan tubuh dengan rutin melakukan medical check up di Ciputra Hospital.
Anda juga bisa konsultasi dan buat janji dengan dokter di Ciputra Hospital terdekat. Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) selengkapnya sekarang juga.
Telah direview oleh dr. Stella Kartolo
Source:
- Cleveland Clinic. Epilepsy in Children. September 2024.
- Epilepsy Foundation. Traumatic Brain Injury and Epilepsy. September 2024.
- Health. Epilepsy Prevention. September 2024.