Ditulis oleh Tim Konten Medis
Apakah Anda pernah melihat seseorang kejang? Apakah itu termasuk gejala epilepsi? Epilepsi merupakan ganguan fungsi otak yang sering dijumpai segala usia baik laki-laki ataupun perempuan. Lalu bagaimana proses pemeriksaan epilepsi? Yuk, kita kupas tuntas apa itu epilepsi hingga proses pemeriksaan epilepsi lewat ulasan berikut!

Gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak yang tidak normal membuat keluhan kejang.
Pengertian Penyakit Epilepsi
Secara konseptual, epilepsi adalah gangguan pada sistem saraf pusat otak (neurologis) yang menyebabkan masalah pada aspek neurobiologis, kongnitif, psikologis, dan sosial. Sedangkan secara praktis epilepsi dapat diartikan penyakit neurologi (otak) yang memiliki ciri-ciri khusus antara lain:
- Adanya kejang yang terjadi sedikitnya 2 kali tanpa provokasi hingga berganti hari atau berselang lebih dari 24 jam.
- Adanya risiko pengulangan perkara 2 bangkitan tanpa adanya kehendak yang muncul selama 10 tahun ke depan.
- Dapat ditengakkannya diagnosis sindrom epilepsi.
Gejala Penyakit Epilepsi
Saksi mata atau orang yang ada di sekitar penderita dapat mengamati kondisi sebagai berikut:
Sebelum Bangkitan:
Anda dapat melihat kondisi fisik dan psikis penderita, seperti perubahan perilaku, berkeringat, mengantuk, menjadi sensitif, perasaan lapar, dan lain sebagainya.
Selama Bangkitan/Iktal (Gelombang EEG Eepileptik:
- Lihat aura dan tanyakan gejala pada awal kejang
- Saat sadar perhatikan pola atau bentuk dari kejang. Keluarga atau orang yang ada di dekatnya dapat merekam video atau meminta untuk menirukan gerakan kejang.
- Perhatikan, apakah terdapat lebih banyak pola atau bentuk setelah kejang?
- Perhatikan, ada atau tidak perubahan pola dari kejang sebelumnya?
- Perhatikan aktivitas penderita saat terjadi kejang, seperti aktivitas saat bermain, tidur ataupun berkemih.
Pasca Bangkitan
Setelah kejang ada beberapa kondisi yang dapat penderita rasakan, seperti bingung, nyeri kepala, tidur, gaduh gelisah, kelemahan sementara pada bagian tubuh tertentu atau langsung sadar.
Faktor Risiko Epilepsi
Kejang pada penderita epilepsi dapat disebabkan oleh beberapa kondisi meliputi:
- Kelelahan,
- Kurang tidur,
- Hormonal,
- Stres psikologis,
- Alkohol,
- Demam.

Pemeriksaan fisik terutama kondisi saraf pasien serta serangkaian tes diperlukan untuk melakukan diagnosis.
Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan epilepsi yang diperlukan dokter pada penyakit epilepsi, seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi, elektrodiagnosis, pemeriksaan neurobihavior (fungsi luhur):
Laboratorium :
- Darah Hematologi Lengkap
- Ureum, kreatinin
- SGOT/SGOT
- Profil lipid
- GDP/GD2PP
- Faal hemostasis
- Asam urat
- Albumin
- Elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium)
- Lumbal Pungsi
- EKG
- Kadar Obat Anti Epilepsi dalam darah
Pemeriksaan Radiologi
- Rontgen Thoraks
- MRI kepala/CT scan kepala
Elektrodiagnosis
- EEG rutin
- EEG deprivasi tidur
- EEG monitoring
Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
Pemeriksaan ini berhubungan dengan 5 komponen sebagai berikut
- Language (Berbahasa)
- Memory (Memori)
- Visuospatial (Persepsi visual, koordinasi persepsi dan motorik)
- Emotion or Personality (Emosi, stimulus)
- Cognition (Kongnitif)
Tatalaksana
Berikut tatalaksana yang dilakukan sesuai indikasi, tipe kejang, serta sindrom epilepsi:
- Medikamentosa
- Fisioterapi
- Psikoterapi
- Behaviour Cognitive Therapy
- Tindakan operatif
Edukasi pada Penderita/Keluarga Epilepsi
Seperti yang telah dijelaskan di atas, penyakit epilepsi tentu membutuhkan perhatian khusus dari keluarga dan orang di sekitarnya. Pasalnya gangguan kesadaran dapat saja terjadi kapan pun dan di mana pun. Khawatir risiko terjadinya kecelakaan saat epilepsi kambuh tinggi. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Minum Obat Secara Teratur
Pastikan penderita epilepsi minum obat secara teratur khawatirnya penghentian obat-obatan menimbulkan kejang.
2. Faktor Penyebab yang Harus Dihindari
Hindari risiko penyebab yang dapat memicu epilepsi , seperti kelelahan, kurang tidur, hormonal, demam, stres, ataupun alkohol.
3. Rutin Kontrol Ulang
Jangan lupa untuk kontrol ulang secara teratur untuk memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter spesialis syaraf.
4. Epilepsi pada Kehamilan
Kehamilan pada perempuan penderita epilepsi dapat diketegorikan sebagai kehamilan risiko tinggi. Pasalnya ada pengaruh atau dampak negatif antara epilepsi terhadap kehamilan dan pengaruh obat epilepsi terhadap perkembangan janin. Oleh karena itu, perlu penanganan khusus dari ahli kebidananan dan saraf bagi ibu hamil penyandang epilepsi agar terhindar serangan epilepsi selama masa kehamilan.
Jika ada tanda-tanda di atas konsultasikan kondisi Anda/keluarga ke dokter spesialis syaraf di Ciputra Hospital, Citra Raya, Tangerang.
Telah direview oleh: dr. Devi Virnayanti, Sp.S
Source:
- Guideline Epilepsi 2015, Kelompok Studi Epilepsi PERDOSSI 2015.
- Fisher RS, Acevedo C, Arzimanoglou A, Bogacs A, Cross JH, et al. A practical clinicical definition of epilepsy. Epilepsia. 2014; 55 (4): 475-82.
- Glauser T, Ben-Menachem E, Bourgeois B, Cnaan A, Guerreuiro C, et al. Updated ILAE evidence review of antiepileptic drug efficacy and effectiveness as initial monotherapy for epileptic seizures and syndromes. Epilepsia. 2013; *(): 1-13.
- Seputar Epilepsi pada Anak