Ditulis oleh Tim Konten Medis
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan badai sitokin? Seperti kita ketahui, akhir-akhir ini istilah badai sitokin pada infeksi COVID-19 kembali mencuat. Lantas, apa itu badai sitokin? Mengapa bisa terjadi dan bagaimana cara mengatasinya? Mari, kita cari tahu jawabannya lewat ulasan berikut!
Badai sitokin akibat COVID-19 cenderung sulit diobati bila sudah sampai terjadi.
Baca Juga: Uji Klinis Vaksin Covid-19
Seputar Badai Sitokin dan Pandemi
Apa itu badai sitokin? Badai sitokin merupakan sekumpulan gangguan yang menyebabkan peradangan sistemik, ketidakstabilan sistem sirkulasi darah, gangguan organ-organ tubuh dan berisiko tinggi menyebabkan kematian. Dinamakan “badai sitokin” karena kondisi ini disebabkan oleh zat yang disebut sitokin. Protein kecil ini sebenarnya digunakan sebagai alat komunikasi pasukan yang bertugas dalam sistem kekebalan tubuh. Saat tubuh manusia terserang kuman, maka sistem kekebalan tubuh akan menyerang kuman. Namun, pada saat terjadi infeksi kuman atau virus tertentu (seperti COVID-19), sistem komunikasi pertahanan tubuh bisa lepas kendali. Meskipun ada perawatan yang dapat membantu meredam gejala ini. Namun, badai sitokin akibat COVID-19 cenderung sulit diobati bila sudah sampai terjadi.
Melansir dari BBC, para ilmuan menduga bahwa badai sitokin merupakan penyebab utama kematian dalam pandemi flu 1918 dan wabah Sars 2003, serta COVID-19. Ahli Imunologi Hefei juga melaporkan hasil temuan serupa bahwa pada pasien yang meninggal akibat COVID-19, didapati adanya fenomena sel kekebalan tubuh yang justru merusak jaringan tubuh dengan “memuntahkan” sitokin berbahaya dalam darah pasien. Menurut Randy Corn seorang Ahli Reumatologi Anak dan Ahli Imunologi di University of Alabama di Birmingham dan co-editor buku teks Cytokine Storm Syndrome 2019 menyebutkan, badai sitokin tampaknya terjadi dengan cepat pada virus ini, ketimbang virus-virus yang sudah ada selama ini.
Baca Juga: Mengenal Vaksin Covid-19
Bagaimana Kondisi Tubuh Saat Badai Sitokin Terjadi?
Setelah mengetahui apa itu badai sitokin? Lantas, bagimana keadaan tubuh saat itu? Saat terjadi badai sitokin, sel-sel kekebalan tubuh menyebar keluar dari bagian tubuh yang terinfeksi dan mulai menyerang jaringan sehat, memakan satu sama lain, sel darah merah serta merusak organ seperti hati, paru-paru, ginjal dan jantung. Ini diakibatkan karena miskomunikasi dalam sistem kekebalan tubuh (yang diakibatkan “badai sitokin”). Dinding perbatasan pembuluh darah melebar sehingga sel-sel kekebalan tubuh merembes ke jaringan sekitarnya.
Kebocoran yang terjadi juga mengakibatkan paru-paru terisi cairan dan tekanan darah menurun. Saat tekanan darah menurun dan aliran darah ke hati tidak optimal, fungsi hati akan terganggu, dimana salah satunya adalah mengatur sistem pembekuan darah. Terganggunya sistem pembekuan darah mengakibatkan terjadinya bekuan darah di pembuluh-pembuluh darah kecil diseluruh tubuh yang semakin “mencekik” aliran darah ke organ-organ tubuh (salah satunya hati itu sendiri), sehingga tercipta lingkaran feedback yang memperparah badai sitokin itu sendiri.
Organ-organ yang semakin lama semakin terganggu aliran darahnya, lama-kelamaan akan mengalami kerusakan organ permanan, yang akhirnya mengakibatkan kematian. Pasien yang mengalami badai sitokin sebagian besar hanya akan merasakan demam sebagai gejala awal, sedangkan beberapa gejala sistem saraf, seperti sakit kepala, kejang, bahkan koma baru akan muncul di tahap infeksi lanjut. Sebenernya tanda-tanda badai sitokin sedang berlangsung dapat terlihat dari beberapa pemeriksaan laboratorium darah seperti kadar C-reactive Protein (CRP) dan feritin yang meningkat. Namun, pemeriksaan-pemeriksaan ini membutuhkan biaya sekitar Rp200.000-Rp800.000, sehingga cenderung jarang diperiksa dengan rutin.
Baca Juga: Tanya Jawab Vaksin Covid-19
Obat-obatan yang digunakan dalam menangani badai sitokin COVID-19 berada dalam tahap eksperimental.
Pemeriksaan dan Temuan Laboratorium
Keluhan yang dapat dijumpai pada kondisi ini antara lain demam, detak jantung dan pernafasan yang semakin cepat, lemas/rasa tidak bertenaga, pembengkakan diseluruh tubuh, perubahan tingkat kesadaran (bicara menjadi “tidak nyambung”), pembengkakan kelenjar getah bening di beberapa tempat, pembengkakan organ (terutama hati dan limpa), dan ruam kemerahan.
Baca Juga: Kadar Oksigen Normal Pasien Covid-19
Apa Saja Perawatan Badai Sitokin?
Pada beberapa pasien, obat-obatan dapat membantu meredakan sistem kekebalan tubuh yang sedang “mengamuk” ditubuh sendiri. Akan tetapi, obat-obatan yang digunakan dalam menangani badai sitokin COVID-19 seperti Actemra, Tocilizumab, dan siklosporin masih berada dalam tahap eksperimental. Meskipun sudah ada beberapa uji klinis yang menunjukkan hasil yang bagus terkait efektivitas obat-obatan tersebut, masih dibutuhkan uji klinis yang terkontrol secara acak dengan populasi yang lebih besar, untuk memastikan efektivitas serta keamanan obat tersebut.
Untuk sebagian besar pasien, penanganan yang pasti diberikan adalah “terapi suportif”; yaitu memaksimalkan kondisi kesehatan organ-organ pasien dengan asupan gizi dan cairan yang maksimal, serta meminimalisir kerusakan organ yang terjadi. Obat-obatan ini seringkali mahal. Misalkan saja Actemra, yang dapat berharga puluhan juta rupiah per dosis. Meskipun banyak digunakan untuk membantu orang yang memiliki penyakit autoimun, dokter lebih berhati-hati dalam memberikannya kepada orang dengan infeksi COVID-19 aktif karena obat-obatan tersebut juga memiliki efek mengurangi fungsi kekebalan tubuh yang mungkin diperlukan untuk melawan virus COVID-19 itu sendiri.
Kesimpulan
Pada infeksi COVID-19 yang parah, terjadi peningkatan kadar sitokin proinflamasi yang miskomunikasi sistem kekebalan tubuh sehingga sistem kekebalan tubuh justru menyerang diri sendiri dan organ-organ tubuh lainnya, sebuah fenomena yang disebut badai sitokin. Hingga saat ini, sudah terdapat banyak penelitian mengenai obat-obatan yang efektif, namun penelitian lebih lanjut masih diperlukan, dan penanganan yang paling efektif adalah menghindari diri dari infeksi COVID-19 itu sendiri. Oleh sebab itu, teman-teman tetap ingat selalu ya untuk menjaga protokol kesehatan, meskipun PPKM sudah semakin dilonggarkan dan kita sudah divaksin. Salam Sehat Ciputra!
Telah direview oleh dr. Edwin Halim
Source:
- Menguraikan badai sitokin COVID-19: Tinjauan sistematis dan meta-analisis
- Badai Sitokin Mungkin Memicu Beberapa Kematian COVID
- Memahami Badai Sitokin: kerangka kerja konseptual untuk memahami, mendiagnosis, dan mengobati sindrom hemofagositik