Ditulis oleh Tim Konten Medis
Jenis demensia terdiri dari beberapa bentuk, seperti penyakit Alzheimer, demensia Lewy Body, demensia vaskular, demensia frontotemporal, dan campuran. Meskipun lebih umum terjadi pada lansia, demensia juga bisa menyerang orang dewasa muda berusia 40 tahun.

Alzheimer termasuk jenis demensia.
Demensia adalah istilah umum untuk penurunan kognitif yang melibatkan kemampuan berpikir, bernalar, dan mengingat. Kondisi ini bukanlah penyakit tunggal namun merupakan bagian dari proses alami penuaan.
Gangguan demensia termasuk sekumpulan gejala yang disebabkan oleh perubahan otak yang tidak normal, seperti kerusakan sel-sel saraf. Gejalanya meliputi hilang ingatan, kebingungan, dan sering mengulang pertanyaan.
Macam-Macam Demensia
Ada banyak jenis demensia pada lansia yang umum terjadi, di antaranya:
1. Penyakit Alzheimer
Perbedaan Alzheimer dan demensia dapat terlihat dari penyebab dan gejalanya. Alzheimer adalah penyebab demensia paling umum yang memengaruhi ingatan, cara berpikir, dan perilaku seseorang. Seiring waktu, gejalanya bisa bertambah parah hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penyakit Alzheimer berisiko tinggi pada orang yang berusia 65 tahun ke atas. Meskipun jarang terjadi, kondisi ini juga bisa menyerang usia muda.
Jika mengalami Alzheimer, Anda tidak bisa menyembuhkan penyakit ini. Namun, pengobatan, seperti donanemab dan lecanemab sesuai resep dokter mampu mengelola gejala yang terjadi.
Baca Juga: Kenali Ciri-Ciri Alzheimer di Usia Muda, Bukan Hanya Pikun!
2. Demensia Lewy Body
Demensia lewy body merupakan jenis kedua yang paling umum etelah penyakit Alzheimer. Kondisi ini menyebabkan penurunan kemampuan mental yang bertambah parah seiring berjalannya waktu.
Orang dengan demensia lewy body dapat mengalami gejala seperti penyakit Parkinson. Misalnya, kekakuan otot, gerakan lambat, sulit berjalan, dan tremor.
Demensia lewy body disebabkan oleh penumpukan protein menjadi massa yang berkaitan dengan penyakit Parkinson. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ondisi ini, seperti pria usia lebih dari 60 tahun dan memiliki riwayat penyakit keluarga.
Pada dasarnya, demensi (dementia) lewy body bersifat progresif. Artinya, kondisi ini akan semakin memburuk secara bertahap. Oleh karena itu, penting untuk mengelola gejalanya pengobatan medis sesuai anjuran dokter.
3. Demensia Vaskular
Penyebab demensia vaskular terjadi karena berkurangnya aliran darah ke otak. Kondisi ini dapat dimulai secara tiba-tiba dan bertahap seiring berjalannya waktu.
Gejalanya meliputi kebingungan, perubahan suasana hati, sulit berjalan, tidak mampu berkonsentrasi, dan otak lambat berpikir. Demensia vaskular juga membuat penderitanya tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari hingga akhirnya tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
Sampai saat ini, tidak ada obat untuk menyembuhkan demensia vaskular. Dokter dapat merekomendasikan fisioterapi, terapi okupasi, dan terapi psikologis untuk mencegah gejala bertambah parah.
4. Demensia Frontotemporal
Perbedaan demensia frontotemporal dan demensia badan lewy (lewy body) dapat terlihat dari penyebabnya. Demensia frontotemporal (FTD) adalah sekelompok penyakit yang terjadi ketika sel-sel saraf di lobus frontal dan temporal otak hilang.
Hal ini mengakibatkan bagian lobus menyusut sehingga penderita mengalami gangguan perilaku, kepribadian, bahasa, dan gerakan.FTD dapat menyerang orang dewasa berusia antara 40 dan 65 tahun.
Riwayat keluarga menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko demensia. Gejala FTD biasanya muncul secara bertahap, dan dalam beberapa kasus berlangsung dengan cepat. Kondisi ini menimbulkan keluhan yang bervariasi, tergantung pada area kerusakan otak.
Gejala umumnya ditandai dengan ragu saat berbicara, sulit menggunakan atau memahami bahasa, dan koordinasi yang buruk. Bahkan, FTD juga menyebabkan halusinasi atau delusi.
5. Demensia Campuran
Mengutip dari Alzheimer’s Society, hanya ada 1 dari 10 orang dengan demensia terdiagnosis mengidap demensia campuran. Kondisi ini merupakan gabungan dari dua jenis demensia yang paling umum.
Misalnya, kombinasi antara penyakit Alzheimer dengan dementia body lewy. Karena memiliki dua diagnosis penyakit, gejalanya cenderung tidak pasti, tergantung pada masing-masing jenis yang dialami oleh penderita.
Baca Juga: 11 Jenis Penyakit Keturunan yang Sulit untuk Dicegah
Cara Deteksi Penyakit Demensia
Dokter dapat mendiagnosis demensia melalui riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Selain itu, tim medis juga meminta penderita untuk menjalani serangkaian tes guna mendapatkan hasil tes yang akurat.
Adapun beberapa tes yang dapat dilakukan, di antaranya:
1. Tes Laboratorium
Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kondisi medis lainnya yang memiliki gejala hampir serupa dengan demensia. Misalnya, infeksi, peradangan, tiroid kurang aktif, dan kekurangan vitamin B12.
Terkadang, tim medis juga meminta penderita untuk menjalani tes cairan serebrospinal. Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi penyakit autoimun dan gangguan neurodegeneratif sesuai dengan kondisi kesehatan dan gejala yang terjadi pada penderita.
2. Tes Pencitraan
Dokter dapat meminta penderita untuk menjalani tes pencitraan, sebagai berikut:
- Computed tomography (CT scan) dan magnetic resonance imaging (MRI): CT scan menggunakan sinar-X dan komputer untuk memperlihatkan hasil gambar otak secara detail. Sementara MRI menggunakan magnet, frekuensi radio, dan komputer untuk menghasilkan gambar otak secara akurat.
- Pemindaian FDG-PET: Ini adalah jenis pencitraan khusus untuk menentukan fungsi otak dan penurunan kognitif melalui pola penyerapan glukosa oleh jaringan otak.
3. Uji Neurokognitif
Selama melakukan uji neurokognitif, penderita dapat menjalani tes tertulis dan terkomputerisasi untuk mengevaluasi kemampuan mental, seperti:
- Menyelesaikan suatu masalah
- Kebiasaan belajar
- Mengingat hal-hal penting
- Merencakan sesuatu
- Membuat keputusan
- Memahami bahasa dan berpikir
4. Evaluasi Psikiatris
Ahli kesehatan mental dapat memeriksa ciri-ciri depresi, seperti perubahan suasana hati atau gangguan mental lainnya. Kondisi ini bisa menyebabkan hilang ingatan apabila mengabaikannya dalam waktu lama.
Anda tidak bisa mencegah demensia etapi pola hidup sehat dapat mengurangi risiko terjadinya kondisi ini. Oleh karena itu, cobalah untuk rutin berolahraga, menjaga otak tetap aktif, dan menjalani diet Mediterani. Hal ini dapat meningkatkan kesehatan otak secara optimal.
Baca Juga: Jenis Amnesia dan Penyebabnya
Kapan Harus ke Dokter?
Sebaiknya, segera periksakan diri ke dokter apabila orang terdekat mengalami tanda-tanda penurunan kognitif, seperti:
- Mengulang komentar atau pertanyaan dalam waktu singkat
- Sulit menemukan kata yang tepat
- Sering lupa menaruh barang
- Mengalami perubahan suasana hati, perilaku, dan minat pada hal-hal yang disukai
- Tidak mampu menjalani aktivitas harian, seperti menggosok gigi, membuat secangkir teh, dan memasak
- Mengalami perubahan pola tidur
- Memerlukan lebih banyak bantuan untuk menjalani kegiatan sehari-hari, termasuk menggunakan toilet, mandi, dan makan
- Halusinasi
Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan terkait penyakit demensiia. Yuk, jaga kesehatan tubuh dengan rutin melakukan medical check up di Ciputra Hospital. Anda juga bisa konsultasi dan buat janji dengan dokter di Ciputra Hospital terdekat.
Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) selengkapnya sekarang juga.
Telah direview oleh dr. Diinar Syifaa
Source:
- Alzheimer’s Association. What is Alzheimer’s Disease?. Mei 2025.
- Cleveland Clinic. Dementia. Mei 2025.
- Johns Hopkins Medicine. Frontotemporal Dementia. Mei 2025.
- NHS. Overview: Vascular Dementia. Mei 2025.