Ditulis oleh Tim Konten Medis
Pria dan wanita yang didiagnosis dengan gangguan panik akan memiliki risiko tinggi untuk mengalami depresi. Gangguan panik dan depresi juga sering diderita secara bersamaan dan akan semakin parah jika tidak diberikan penanganan yang tepat. Kedua gangguan ini kebanyakan diawali dengan kondisi kesehatan mental yaitu berupa gangguan kecemasan.
Gangguan panik banyak menyerang pada wanita dibandingkan pria.
Baca Juga: Apakah Anda Hidup dengan Kecemasan dan Kegelisahan?
Penderita dengan gangguan kecemasan seringkali memiliki riwayat gangguan depresi berat. Diketahui bahwa setengah dari seluruh penderita gangguan panik akan didiagnosis memiliki depresi, baik sebelum, selama, atau setelah serangan panik tersebut. Selengkapnya, simaklah penjelasan pada artikel di bawah ini!
Kenali Gangguan Panik dan Depresi
Gangguan panik dapat dialami secara spontan dan tidak terduga. Gangguan panik kebanyakan muncul pada masa dewasa (>20 tahun), tetapi tidak menutup kemungkinan juga menyerang pada anak-anak. Gangguan panik banyak menyerang pada wanita dibandingkan pria. Penderita gangguan panik akan kesulitan untuk menjalankan kehidupan sehari-hari.
Hal ini ditandai dengan seringnya penderita membolos kerja, pergi ke banyak dokter yang berbeda, hingga menghindari situasi menakutkan. Penderita akan merasa takut atau malu untuk memberitahu siapapun, termasuk dokter dan orang-orang yang mereka cintai.
Baca Juga: Gangguan Depresi Persisten Begini Bahayanya!
Penderita gangguan panik akan cenderung memilih untuk diam, menjauhkan diri dari teman, keluarga, dan orang lain yang justru dapat membantu atau mendukungnya. Depresi merupakan gangguan mental yang lebih dari sekedar “merasa sedih” dan seringkali tidak disadari oleh kebanyakan orang. Menurut APA (American Psychological Association), kondisi depresi ini berdampak negatif pada perasaan, pemikiran, dan tindakan penderita.
Selain mengubah suasana hati, depresi dapat menyebabkan seseorang kehilangan minat pada aktivitas yang menyenangkan dan seringkali menjauhkan diri dari kehidupan atau lingkungan sekitarnya. Gejala depresi dapat terlihat ringan hingga berat, tetapi gejala yang berjalan dua minggu baru dapat didiagnosa oleh dokter.
Baca Juga: Depresi dan Kecemasan: Gangguan Kesehatan Mental yang Perlu Kita Waspadai
Berkembangnya Gangguan Panik dan Depresi
Berkembangnya gangguan ini dimulai dari adanya serangan kecemasan. Kedua gangguan ini dapat menyerang secara sendiri-sendiri maupun bersamaan. Tetapi, ketika keduanya menyerang secara bersamaan, maka gejala yang ditimbulkan akan menjadi lebih intens dan melumpuhkan bagi penderita. Gangguan panik dan gangguan depresi merupakan kondisi kesehatan mental yang serius dan akan sangat mengganggu sebagian besar jalannya keseharian penderita.
Gejala kedua gangguan tersebut akan menyerang melebihi kapasitas penderita untuk mengatasinya. Pada beberapa penderita, depresi dapat menyerang lebih dulu dibandingkan gangguan panik tetapi juga bisa sebaliknya. Beberapa penelitian mengungkapkan adanya kecenderungan yang umum berkembang, yaitu penderita akan mengalami gejala panik lebih awal sebelum timbulnya depresi.
Gejala-gejala yang muncul akan tiba-tiba, acak, dan benar-bener mengejutkan bagi penderitanya. Gejala gangguan panik akan berkembang selama berminggu-minggu hingga bertahun-tahun dan pada saat yang bersamaan, depresi biasanya juga akan muncul. Pola perkembangan ini tidak universal sehingga dapat berbeda-beda pada setiap orang.
Baca Juga: 10 Cara Menghibur Orang Depresi
Hubungan Gangguan Panik dan Depresi
Hubungan gangguan panik dan depresi bukanlah hal yang aneh atau jarang ditemui. Gangguan panik pada umumnya terjadi karena adanya rasa cemas yang berlebihan pada diri seseorang. Kecemasan yang berlebihan ini disebut gangguan kecemasan dan biasanya penderita dengan gangguan kecemasan juga menderita depresi. Setengah dari keseluruhan penderita yang didiagnosa memiliki depresi, mereka juga didiagnosa mengalami gangguan kecemasan. Di sisi lain, seseorang dengan gangguan panik kemungkinan besar akan mengembangkan depresi klinis.
Bantuan dari psikolog atau psikiater dapat dilakukan sebagai upaya penyembuhan.
Sebuah penelitian menemukan bahwa sekitar setengah penderita gangguan panik setidaknya, sekali dalam seumur hidupnya, pernah mengalami depresi berat. Penderita gangguan kesehatan mental ini memiliki beberapa dampak yang signifikan terhadap kehidupan mereka.
Penderita akan lebih sering mencari bantuan ke psikolog atau dokter, menjalani perawatan intensif, sering kehilangan dan/atau keluar dari pekerjaannya, memiliki banyak masalah kesehatan medis lainnya, serta lebih sering melakukan atau merencanakan bunuh diri. Faktor risiko yang menyebabkan kemunculan kedua gangguan ini adalah gangguan neurotisme, mengalami kekerasan di masa kecil, terjadinya bias negatif dalam memeroses informasi, respon berlebihan pada otak, dan gangguan kecemasan.
Baca Juga: Motivasi untuk Orang Depresi, Inilah 5 Cara Jitu!
Perawatan Gangguan Panik dan Depresi
Perawatan gangguan mental ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama adalah dengan melakukan psikoterapi dengan metode CBT (cognitive-behavioral therapy). Psikoterapi ini tidak hanya dilakukan sendiri, melainkan dengan bantuan teman dan keluarga penderita. Diketahui perawatan ini cukup efektif untuk mengurangi kecemasan yang memicu timbulnya gangguan panik serta depresi.
Kedua adalah dengan pemberian obat antidepresan. Pengobatan ini cocok bagi penderita dengan gangguan panik. Pemberian obat antidepresan juga akan diikuti dengan program penyembuhan lainnya. Gangguan ini dapat menjadi semakin parah jika tidak diberikan pengobatan atau perawatan penyembuhan.
Baca Juga: Pengobatan Depresi Pada Lansia
Kedua gangguan tersebut dapat muncul secara bersamaan pada diri seseorang. Gangguan panik muncul dengan gejala yang tiba-tiba, mengejutkan, dan dalam jangka waktu yang lama. Gangguan panik dapat memicu timbulnya depresi, begitu juga pada penderita dengan gangguan kecemasan. Mereka juga cenderung akan lebih rentan mengalami gangguan panik sekaligus depresi.
Banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya kedua gangguan tersebut, seperti pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu, gangguan neurotisme, dan banyak hal lainnya. Jika tidak segera ditangani, penderita dengan gangguan panik dan depresi akan semakin memburuk. Maka dari itu, berkonsultasi dan menjalankan perawatan atau pengobatan terkait gangguan mental sangat penting guna mengurangi risiko yang lebih parah.
Telah direview oleh dr. Stanislaus Hatta Alinudinputra
Source: