Buat janji Ciputra HospitalWhatsapp Ciputra Hospital

Rumah Sakit Terbaik Berstandarisasi Internasional | Ciputra Hospital

  • Home
  • Rumah Sakit
    • CitraRaya Tangerang
    • CitraGarden City Jakarta
    • Ciputra Mitra Hospital Banjarmasin
    • Ciputra Hospital Surabaya
  • Fasilitas & Layanan
  • Center of Excellence
  • Cari Dokter
  • Artikel
  • Home
  • Artikel Kesehatan
  • Apa Itu Badai Sitokin? Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi
Defara
Senin, 13 September 2021 / Published in Artikel Kesehatan

Apa Itu Badai Sitokin? Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi

Ditulis oleh Tim Konten Medis

Apa itu badai sitokin? Badai sitokin adalah reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh yang melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah. Kondisi ini dapat menimbulkan gejala seperti demam tinggi, sesak napas, dan kelelahan berat.

Apa itu Badai Sitokin

Badai sitokin akibat COVID-19 cenderung sulit terobati bila sudah sampai terjadi.

Badai sitokin dapat terjadi akibat infeksi virus, bakteri, atau penyakit autoimun yang memicu sistem imun bereaksi secara ekstrem. Saat hal ini terjadi, tubuh justru mengalami peradangan hebat yang dapat merusak organ vital.

Untuk mengatasinya, dokter dapat memberikan obat-obatan yang membantu menekan sistem imun seperti Actemra, Tocilizumab, atau siklosporin. Sebagian besar pasien juga memerlukan terapi suportif, yaitu menjaga kondisi organ tetap optimal dengan asupan gizi, cairan yang cukup, serta meminimalkan kerusakan organ akibat peradangan.

Daftar Isi

Toggle
  • Pengertian Badai Sitokin
  • Bagaimana Kondisi Tubuh Saat Badai Sitokin Terjadi?
  • Gejala Badai Sitokin
  • Penyebab Badai Sitokin
    • 1. Kelainan Genetik (Genetic Syndromes)
    • 2. Infeksi (Infection)
    • 3. Penyakit Autoimun (Autoimmune Disease)
    • 4. Penyebab Lainnya (Other Causes)
  • Pengobatan Badai Sitokin

Pengertian Badai Sitokin

Badai sitokin adalah sekumpulan gangguan yang menyebabkan peradangan sistemik, ketidakstabilan sistem sirkulasi darah, gangguan organ-organ tubuh dan berisiko tinggi menyebabkan kematian. Dinamakan “badai sitokin” karena kondisi ini disebabkan oleh zat yang disebut sitokin.

Protein kecil ini sebenarnya sebagai alat komunikasi pasukan yang bertugas dalam sistem kekebalan tubuh. Saat tubuh manusia terserang kuman, maka sistem kekebalan tubuh akan menyerang kuman.

Namun, pada saat terjadi infeksi kuman atau virus tertentu (seperti COVID-19), sistem komunikasi pertahanan tubuh bisa lepas kendali. Meskipun ada perawatan yang dapat membantu meredam gejala ini.

Badai sitokin akibat COVID-19 cenderung sulit terobati bila sudah sampai terjadi.

Baca Juga: Perbedaan Swab Test (PCR) dan Rapid Test

Bagaimana Kondisi Tubuh Saat Badai Sitokin Terjadi?

Saat terjadi badai sitokin, sel-sel kekebalan tubuh menyebar keluar dari bagian tubuh yang terinfeksi dan mulai menyerang jaringan sehat, memakan satu sama lain, sel darah merah serta merusak organ seperti hati, paru-paru, ginjal dan jantung. Hal ini karena miskomunikasi dalam sistem kekebalan tubuh (yang diakibatkan “badai sitokin”).

Dinding perbatasan pembuluh darah melebar sehingga sel-sel kekebalan tubuh merembes ke jaringan sekitarnya. Kebocoran yang terjadi juga mengakibatkan paru-paru terisi cairan dan tekanan darah menurun.

Saat tekanan darah menurun dan aliran darah ke hati tidak optimal, fungsi hati akan terganggu, dimana salah satunya adalah mengatur sistem pembekuan darah. Terganggunya sistem pembekuan darah mengakibatkan terjadinya bekuan darah di pembuluh-pembuluh darah kecil seluruh tubuh yang semakin “mencekik” aliran darah ke organ-organ tubuh (salah satunya hati itu sendiri) sehingga tercipta lingkaran feedback yang memperparah badai sitokin itu sendiri.

Organ-organ yang semakin lama semakin terganggu aliran darahnya, lama-kelamaan akan mengalami kerusakan organ permanan yang akhirnya mengakibatkan kematian. Pasien yang mengalami badai sitokin sebagian besar hanya akan merasakan demam sebagai gejala awal, sedangkan beberapa gejala sistem saraf, seperti sakit kepala, kejang, bahkan koma baru akan muncul di tahap infeksi lanjut.

Sebenernya tanda-tanda badai sitokin sedang berlangsung dapat terlihat dari beberapa pemeriksaan laboratorium darah seperti kadar C-reactive Protein (CRP) dan feritin yang meningkat. Namun, pemeriksaan-pemeriksaan ini membutuhkan biaya sekitar Rp200.000-Rp800.000 sehingga cenderung jarang diperiksa dengan rutin.

Baca Juga: COVID-19 Varian Stratus XFG & Penyebarannya di Indonesia

Gejala Badai Sitokin

Badai sitokin bisa menimbulkan berbagai tanda yang memengaruhi hampir seluruh tubuh, mulai dari demam hingga gangguan pada organ vital. Berikut beberapa gejala yang biasanya muncul saat seseorang mengalami badai sitokin:

  • Demam dan menggigil
  • Mudah lelah
  • Pembengkakan pada tangan atau kaki
  • Mual dan muntah
  • Nyeri otot dan sendi
  • Sakit kepala
  • Ruam pada kulit
  • Batuk
  • Sesak napas
  • Pernapasan cepat
  • Kejang
  • Gemetar
  • Gerakan tubuh sulit terkendalikan
  • Kebingungan atau halusinasi
  • Terlihat sangat lemas dan sulit merespons
  • Tekanan darah sangat rendah
  • Pembekuan darah meningkat
  • Jantung melemah dan tidak memompa darah dengan normal

Penyebab Badai Sitokin

Kondisi ini tidak muncul begitu saja, melainkan karena reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap hal-hal tertentu. Berikut beberapa penyebab utama badai sitokin yang perlu Anda ketahui:

1. Kelainan Genetik (Genetic Syndromes)

Beberapa orang memiliki kelainan genetik tertentu yang membuat mereka lebih rentan mengalami badai sitokin. Salah satu contohnya adalah kondisi familial hemophagocytic lymphohistiocytosis (HLH), yaitu gangguan genetik yang memengaruhi sel-sel sistem kekebalan tubuh.

Kelainan ini menyebabkan sel imun tidak bekerja dengan semestinya sehingga ketika tubuh melawan infeksi, reaksi peradangannya menjadi tidak terkendali. Biasanya, kondisi ini sudah muncul sejak beberapa bulan pertama kehidupan, terutama pada bayi atau anak-anak yang memiliki riwayat genetik tersebut.

2. Infeksi (Infection)

Infeksi merupakan penyebab paling umum terjadinya badai sitokin. Beberapa jenis infeksi dari virus, bakteri, atau mikroorganisme lain bisa memicu sistem imun bereaksi terlalu kuat.

Contoh yang paling sering diteliti adalah badai sitokin akibat virus influenza A yang menyebabkan flu berat. Bahkan, badai sitokin terduga menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian pada pandemi flu tahun 1918.

Virus Epstein-Barr, sitomegalovirus, hingga SARS-CoV-2 (penyebab COVID-19) juga termasuk pemicu utama yang bisa memicu reaksi imun berlebihan ini.

3. Penyakit Autoimun (Autoimmune Disease)

Orang dengan penyakit autoimun juga berisiko lebih tinggi mengalami badai sitokin. Kondisi ini sering terjadi pada penyakit seperti Still’s disease, Systemic Juvenile Idiopathic Arthritis (JIA), dan lupus.

Pada penderita penyakit ini, badai sitokin sering disebut sebagai macrophage activation syndrome (MAS). Kondisi ini bisa muncul saat penyakit autoimun sedang kambuh, atau ketika penderita juga mengalami infeksi lain yang memperparah reaksi sistem kekebalan tubuh.

4. Penyebab Lainnya (Other Causes)

Selain infeksi dan penyakit genetik, badai sitokin juga bisa muncul sebagai efek samping dari terapi medis tertentu. Salah satunya adalah terapi untuk leukemia yang disebut CAR-T therapy, atau terapi imun lain yang merangsang sistem kekebalan tubuh.

Kondisi ini juga bisa terjadi setelah transplantasi organ atau sumsum tulang, serta pada beberapa jenis kanker. Selain itu, gangguan sistem kekebalan seperti AIDS dan kondisi infeksi berat seperti sepsis juga dapat memicu badai sitokin karena reaksi imun tubuh yang tidak terkendali.

Pengobatan Badai Sitokin

Pada beberapa pasien, obat-obatan dapat membantu menenangkan sistem kekebalan tubuh yang sedang “mengamuk” dan menyerang tubuh sendiri. Namun, obat-obatan yang digunakan untuk menangani badai sitokin akibat COVID-19 masih dalam tahap eksperimental.

Beberapa jenis obat yang sedang diteliti antara lain:

  • Actemra
  • Tocilizumab
  • Siklosporin

Meskipun hasil uji klinis awal menunjukkan potensi yang baik, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan populasi yang lebih besar untuk memastikan efektivitas dan keamanannya.

Untuk sebagian besar pasien, penanganan utama adalah terapi suportif, yaitu upaya untuk menjaga kesehatan organ tubuh dengan pemberian gizi dan cairan yang cukup, serta meminimalkan kerusakan organ. Obat-obatan ini juga tergolong mahal, misalnya Actemra yang harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah per dosis.

Walau banyak tergunakan pada pasien dengan penyakit autoimun, dokter tetap berhati-hati saat memberikannya pada pasien COVID-19 aktif. Hal ini karena obat-obatan tersebut dapat menekan fungsi kekebalan tubuh yang justru untuk melawan virus penyebab infeksi.

Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala badai sitokin yang semakin parah, seperti demam tinggi yang tidak kunjung turun, sesak napas berat, atau tekanan darah menurun drastis. Kondisi ini bisa mengancam nyawa karena menandakan tubuh sedang mengalami peradangan hebat yang memengaruhi fungsi organ vital.

Baca Juga: Gejala Covid 19 dan Pencegahannya

Yuk, kunjungi Ciputra Hospital dan dapatkan kemudahan untuk konsultasi dan membuat janji dengan dokter pilihan Anda. Cek informasi lengkap mengenai layanan Ciputra Hospital, mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU), hanya di situs resmi atau kunjungi langsung fasilitas terdekat sekarang juga.

Telah direview oleh dr. Edwin Halim

Source:

  • WebMD. Coronavirus and COVID-19: What You Should Know. Oktober 2025.
  • Verywell Health. What Is Cytokine Storm Syndrome?. Oktober 2025.

Diperbarui pada 5 Januari 2024

Artikel Terkait

  • jenis vaksin covid-19 di Indonesia
    17 Jenis Vaksin COVID-19 di Indonesia yang Aman Digunakan
  • 7 Pantangan Setelah Vaksin covid-19 yang Harus Diketahui
    7 Pantangan Setelah Vaksin Covid-19 yang Harus Diketahui
  • Hasil Rontgen Covid-19
    Hasil Rontgen Covid-19 Seperti Apa?
  • Inilah Makanan untuk Pasien Covid-19 yang Aman
    Inilah Makanan untuk Pasien Covid-19 yang Aman
  • Kadar Oksigen Normal Pasien Covid-19
    Kadar Oksigen Normal Pasien Covid-19
Tagged under: Kesehatan Tubuh

Artikel Terkait

  • jenis vaksin covid-19 di Indonesia
    17 Jenis Vaksin COVID-19 di Indonesia yang Aman Digunakan
  • 7 Pantangan Setelah Vaksin covid-19 yang Harus Diketahui
    7 Pantangan Setelah Vaksin Covid-19 yang Harus Diketahui
  • Hasil Rontgen Covid-19
    Hasil Rontgen Covid-19 Seperti Apa?
  • Inilah Makanan untuk Pasien Covid-19 yang Aman
    Inilah Makanan untuk Pasien Covid-19 yang Aman
  • Kadar Oksigen Normal Pasien Covid-19
    Kadar Oksigen Normal Pasien Covid-19

Ciputra Hospital

Ciputra Hospital menyediakan layanan kesehatan berkualitas tinggi dengan fasilitas teknologi canggih.

Unit Rumah Sakit:

Ciputra Hospital – CitraRaya Tangerang
Ciputra Hospital – CitraGarden City Jakarta
Ciputra Mitra Hospital Banjarmasin
Ciputra Hospital Surabaya

Unit Klinik:

Ciputra Medical Center
Ciputra SMG Eye Clinic
C Derma
Ciputra IVF

Lokasi Kami:

CitraRaya – Tangerang
CitraGarden – Jakarta
Banjarmasin
Surabaya

  • GET SOCIAL

© 2025 All rights reserved. Ciputra Hospital

TOP