Ditulis oleh Tim Konten Medis
Alat pacu jantung atau pacemarker adalah perangkat kecil yang terdiri dari tiga bagian utama, seperti generator, kabel, dan sensor elektroda. Dokter dapat meletakkan alat ini di bawah kulit dada melalui sayatan tepat di bawah selangka atau area perut. Fungsinya untuk mengendalikan detak jantung tidak teratur.

Orang yang menggunakan alat pacu jantung dapat menjalani aktivitas normal sehari-hari. Pada dasarnya, jantung memiliki sistem konduksi untuk menghasilkan sinyal listrik atau impuls.
Ketika sistem konduksi jantung tidak berfungsi dengan baik ini bisa menyebabkan detak jantung tidak teratur. Alat pacu jantung menggunakan impuls listrik untuk mengatasi kerusakan tersebut.
Apa Itu Alat Pacu Jantung (Pacemaker)?
Alat pacu jantung (pacemaker) adalah perangkat kecil untuk mengatur ritme detak jantung. Jenis alat ini memiliki tiga bagian utama, seperti generator, kabel, dan sensor elektroda.
Namun, seiring perkembangan teknologi, pacemaker bersifat nirkabel atau tanpa menggunakan kabel fisik. Cara kerja pacemaker mampu menghasilkan impuls listrik untuk mengontrol detak jantung tidak teratur.
Dokter dapat meletakkan alat ini di bawah kulit dada, tepat di bawah tulang selangka atau di area perut melalui sayatan kecil. Pacemaker bisa terhubung melalui kabel kecil dan membuat sensor elektroda untuk mengembalikan detak jantung normal.
Alat ini terdiri dari 3 jenis berdasarkan jumlah kabelnya. Alat pacu jantung satu kabel ditempatkan di bilik kanan bawah jantung sedangkan dua kabel berada di atrium kanan dan ventrikel kanan.
Sementara tim medis dapat memasang pacemaker biventrikular (3 kabel) di atrium kanan, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri. Pada pacemaker nirkabel, cara kerjanya hampir serupa.
Namun, alatnya cenderung lebih kecil dengan menggunakan generator denyut dan elektroda dalam satu perangkat. Ini tidak memerlukan operasi bedah dan biasanya terpasang di dalam jantung melalui kateter di salah satu pembuluh vena.
Setelah terpasang, pacemaker mampu mengirimkan impuls ke ventrikel kanan jantung. Alat pacu jantung tentu berbeda dengan defibrilator kardioverter implan (ICD).
Meskipun sama-sama perangkat untuk mengatasi masalah jantung, ICD cenderung memberikan kejutan kecil untuk mengendalikan ritme jantung abnormal yang berbahaya.
Baca Juga: Tanda Sakit Jantung yang Penting Diwaspadai
Jenis Alat Pacu Jantung
Ada dua jenis alat pacu jantung yang paling umum yaitu:
1. Alat Pacu Jantung Sementara
Tim medis dapat merekomendasikan pacemaker sementara untuk mengontrol irama jantung pada waktu singkat. Alat ini bisa digunakan setelah mengalami serangan jantung dan saat pasien pulih dari operasi jantung.
Selain itu, tim medis juga menggunakan pacemaker sementara saat pasien menunggu pemasangan alat jantung permanen. Selama pemasangan alat ini, pasien perlu menjalani rawat inap guna memantau kondisi kesehatannya.
2. Alat Pacu Jantung Permanen
Pasien dapat menjalani pemasangan pacemaker sementara saat mengalami gangguan jantung yang menghentikan detak jantung. Misalnya, mengidap aritmia seperti detak jantung terlalu lambat (bradikardia), sindrom sinus akut, penyumbatan jantung, dan kondisi lain yang memengaruhi detak jantung.
Masalah jantung tersebut dapat membuat seseorang mengalami gejala kelelahan, sesak napas, pusing, pingsan, hingga mengancam nyawa. Oleh sebab itu, pemasangan pacemaker permanen penting untuk mengatur detak jantung dan mengelola gejala yang muncul.
Fungsi Alat Pacu Jantung
Penyebab harus pasang alat pacu jantung bisa terjadi karena Anda mengalami kondisi medis tertentu. Fungsi pacemaker dapat mengatasi masalah kesehatan, seperti aritmia (detak jantung tidak teratur), penyumbatan jantung, gagal jantung, dan memiliki riwayat serangan jantung.
Konsultasikan ke dokter apabila Anda memiliki gejala-gejala, sebagai berikut:
- Nyeri dada atau angina
- Sesak napas
- Mengalami palpitasi jantung atau sering berdebar-debar
- Pusing atau cenderung sakit kepala tanpa penyebab jelas
- Mual dan pingsan
- Merasa bingung
- Sering buang air kecil beberapa kali di malam hari
- Bengkak di pergelangan kaki, tungkai, dan perut
- Detak jantung tidak teratur, seperti terlalu lambat (bradikardia) atau terlalu cepat (takikardia)
Bila mengalami gejala tersebut, dokter dapat merekomendasikan alat pacu jantung. Namun, sebelum itu, pasien perlu menjalani serangkaian pemeriksaan untuk mendeteksi adanya masalah pada jantung.
Baca Juga: Mengenal Anatomi Jantung: Bagian dan Fungsinya
Hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Pasang Alat Pacu Jantung
Sebelum memasang pacemaker atau alat kejut jantung, dokter dapat melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Pemeriksaan ini meliputi:
- Ekokardiogram: Melibatkan gelombang suara untuk menghasilkan gambar detail detak jantung. Tes ini juga mendeteksi aliran darah yang mengalir melalui jatup dan katup jantung.
- Tes stres atau latihan: Pada pemeriksaan ini, pasien dapat berjalan di atas treadmill atau mengendarai sepeda statis. Tes stres atau latihan mampu memantau detak dan ritme jantung, serta merespons aktivitas fisik.
- Elektrokardiogram (EKG): Tes ini dilakukan secara cepat tanpa menimbulkan rasa sakit untuk memeriksa aktivitas listrik jantung. EKG dapat mengetahui detak jantung secara akurat.
- Monitor holter: Ini merupakan perangkat portabel yang dapat pasien pakai selama satu hari atau lebih. Fungsinya untuk merekam denyut dan ritme jantung selama melakukan aktivitas fisik sehari-hari, tetapi tidak memberikan informasi detail terkait gangguan jantung.
Apa yang Terjadi Setelah Prosedur Pemasangan?
Setelah pemasangan alat pacu jantung, pasien dapat pulang setelah 1 hari atau bahkan di hari yang sama. Pada kondisi ini, Anda seharusnya bisa beraktivitas seperti biasa.
Dokter dapat memberikan kartu yang perlu Anda bawa saat berpergian. Kartu ini mencantumkan informasi detail terkait kondisi alat pacu jantung dan kontak darurat.
Kartu terkait alat pacu jantung sangat penting apabila pasien mengalami kondisi darurat. Bahkan, kartu ini dapat memantau kondisi kesehatan dan perawatan jangka panjang pasien.
Selain itu, pantangan pemakai alat pacu jantung sebaiknya tidak melakukan aktivitas atau mengangkat beban berat terlebih dahulu. Misalnya, mengangkat benda yang memiliki berat lebih dari 4,5 hingga 7 kilogram.
Hindari mendorong, menarik, dan memutar lengan selama 2-3 minggu setelah prosedur. Pasien juga tidak boleh mengangkat lengan di atas bahu selama beberapa minggu untuk mengurangi risiko efek samping alat pacu jantung.
Risiko Efek Samping
Sama seperti prosedur medis lainnya, terdapat risiko dan efek samping dari alat pacu jantung. Hal ini dapat memicu beberapa kondisi, seperti:
- Mengalami infeksi di dekat jaringan jantung
- Bengkak, memar, atau pendarahan, terutama saat Anda minum obat pengencer darah
- Paru-paru kolaps
- Muncul darah di ruang antara dinding dada dan paru-paru
- Gumpalan darah di sekitar alat yang ditempatkan
- Terjadi pergerakan atau pergeseeran pada perangkat dan kabel alat pacu sehingga menimbulkan risiko lubang di jantung.
Baca Juga: Catat, 13 Cara untuk Menjaga Jantung Tetap Sehat
Jika telah menjalani pemasangan alat pacu jantung dan mengalami efek samping yang mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan.
Yuk, jaga kesehatan tubuh dengan rutin melakukan medical check up di Ciputra Hospital. Anda juga bisa konsultasi dan buat janji dengan dokter di Ciputra Hospital terdekat.
Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) selengkapnya sekarang juga.
Telah direview oleh dr. Trisna Amerdista
Source:
- American Heart Association. Pacemaker. Juni 2025.
- Cleveland Clinic. Permanent Pacemaker. Juni 2025.
- Healthdirect. Pacemaker. Juni 2025.