Ditulis oleh Tim Konten Medis
Gangguan kecemasan (anxiety disorder) bisa disebabkan oleh faktor genetik, stres berlebihan, trauma masa lalu, atau ketidakseimbangan zat kimia di otak. Gejalanya bisa berupa rasa cemas berlebihan, sulit tidur, detak jantung cepat, hingga sulit berkonsentrasi.

Gangguan kecemasan terjadi saat rasa cemas berlebihan muncul tanpa alasan yang jelas.
Gangguan kecemasan (anxiety disorder) adalah kondisi kesehatan mental yang umum dan bisa terjadi pada siapa saja. Meski terdengar mengkhawatirkan, kecemasan ini bisa sembuh dengan penanganan yang tepat.
Pilihan pengobatan gangguan kecemasan sangat beragam, mulai dari terapi psikologis seperti CBT (Cognitive Behavioral Therapy) hingga penggunaan obat-obatan tertentu yang diresepkan oleh dokter. Selain itu, dukungan dari keluarga dan perubahan gaya hidup juga berperan penting dalam proses pemulihan.
Apa Itu Anxiety Disorder?
Anxiety disorder atau gangguan kecemasan adalah kondisi ketika seseorang merasa cemas atau takut secara berlebihan dan berlangsung terus-menerus. Rasa cemas ini bisa muncul tiba-tiba dan sangat intens, bahkan saat tidak ada ancaman nyata.
Kecemasan seperti ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari karena sulit terkendalikan dan terasa lebih besar dari kenyataannya. Akibatnya, penderita mungkin menghindari tempat atau situasi tertentu untuk mencegah munculnya rasa cemas.
Jenis gangguan kecemasan sangat beragam, seperti gangguan kecemasan umum, fobia sosial, fobia terhadap hal tertentu, hingga kecemasan akibat perpisahan. Meski begitu, gangguan ini bisa teratasi dengan pengobatan dan terapi yang tepat.
Baca Juga: Mengenal Gangguan Panik dan Bedanya dengan Depresi
Jenis-Jenis Gangguan Kecemasan
Ada beberapa jenis gangguan kecemasan yang diakui secara medis. Klasifikasi ini mengacu pada panduan resmi dari American Psychiatric Association, yaitu DSM-5 yang biasa digunakan oleh dokter dan psikolog untuk menegakkan diagnosis gangguan mental.
Berikut ini adalah jenis-jenis gangguan kecemasan yang umum:
- Generalized Anxiety Disorder (GAD): Merasa cemas atau khawatir berlebihan hampir setiap hari, bahkan untuk hal-hal sepele, tanpa alasan yang jelas.
- Agorafobia: Takut berada di tempat ramai atau terbuka karena khawatir tak bisa keluar atau mendapat bantuan saat panik.
- Panic Disorder: Serangan panik muncul tiba-tiba tanpa sebab muncul rasa takut berlebihan seperti mau pingsan atau mati.
- Fobia Spesifik: Takut ekstrem terhadap hal tertentu, seperti ketinggian, hewan, darah, atau ruang sempit yang mengganggu aktivitas.
- Social Anxiety Disorder: Takut berlebihan saat berada di lingkungan sosial karena khawatir dinilai buruk atau dipermalukan.
- Separation Anxiety Disorder: Cemas berlebihan saat berpisah dari orang terdekat, bisa terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa.
- Selective Mutism: Tidak bisa bicara di situasi tertentu karena rasa cemas, meskipun bisa berbicara lancar di tempat lain.
Selain gangguan-gangguan tersebut, ada juga kondisi lain seperti OCD (Obsessive-Compulsive Disorder), PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), dan Acute Stress Disorder. Meski sama-sama melibatkan rasa cemas, ketiganya sebagai kondisi yang berbeda dalam dunia medis.
Gejala Anxiety Disorder
Gangguan kecemasan muncul dengan perasaan khawatir yang berlebihan dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Penderitanya sering kali merasa tidak nyaman dalam situasi tertentu dan cenderung menghindarinya.
Beberapa gejala umum gangguan kecemasan, antara lain:
- Sulit berkonsentrasi
- Mudah marah atau gelisah
- Mual atau tidak nyaman di perut
- Jantung berdebar
- Berkeringat atau gemetar
- Sulit tidur
- Merasa panik atau takut berlebihan
Penyebab Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan bisa muncul karena kombinasi berbagai faktor, baik dari dalam tubuh maupun dari pengalaman hidup seseorang. Mengenali penyebabnya bisa membantu proses penanganan yang lebih tepat.
1. Ketidakseimbangan Zat Kimia Otak
Otak manusia bekerja menggunakan zat kimia seperti serotonin, dopamin, norepinefrin, dan GABA. Zat-zat ini membantu mengatur emosi, rasa tenang, dan respon terhadap stres.
Saat kadar zat kimia tersebut tidak seimbang, tubuh bisa memberikan respon yang berlebihan terhadap situasi yang sebenarnya tidak berbahaya. Hal inilah yang bisa memicu timbulnya gangguan kecemasan.
Baca Juga: Apa Itu Somatoform? Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi
2. Perubahan pada Bagian Otak
Amigdala adalah bagian otak yang mengatur rasa takut dan cemas dalam diri seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa pada orang yang mengalami gangguan kecemasan, aktivitas amigdala cenderung meningkat.
Peningkatan aktivitas ini membuat seseorang lebih mudah merasa gelisah atau panik, bahkan dalam kondisi yang seharusnya biasa saja. Akibatnya, rasa cemas bisa muncul tanpa sebab yang jelas.
3. Faktor Keturunan
Jika ada anggota keluarga dekat, seperti orang tua atau saudara kandung, yang mengalami gangguan kecemasan, risiko Anda untuk mengalaminya juga lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa faktor genetik bisa berperan dalam kondisi ini.
Meskipun tidak semua orang dengan riwayat keluarga akan mengalami hal yang sama, faktor keturunan tetap menjadi salah satu risiko yang perlu Anda perhatikan. Kondisi ini bisa terwariskan melalui kombinasi gen dan lingkungan.
4. Pengaruh Lingkungan dan Stres
Stres berkepanjangan akibat tekanan hidup, seperti masalah keuangan atau konflik keluarga bisa memengaruhi kesehatan mental seseorang. Tekanan ini dapat mengganggu keseimbangan zat kimia otak yang mengatur suasana hati.
Selain itu, pengalaman traumatis seperti kekerasan, kecelakaan, atau kehilangan orang terdekat juga bisa menjadi pemicu munculnya gangguan kecemasan. Trauma yang tidak tertangani dengan baik dapat meninggalkan dampak jangka panjang pada mental.
Cara Mengatasi Gangguan Kecemasan
Menghadapi gangguan kecemasan memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa Anda atasi. Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi gejalanya, baik secara mandiri maupun dengan bantuan profesional.
1. Perawatan Mandiri (Self-care)
Bagi yang mengalami kecemasan ringan atau jangka pendek, beberapa cara sederhana di rumah bisa sangat membantu. Misalnya, melakukan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, atau yoga.
Aktivitas fisik seperti olahraga juga bisa menurunkan stres dan membuat tubuh lebih rileks. Pastikan juga cukup tidur, kurangi konsumsi kafein, dan cobalah berbicara dengan orang terdekat yang dipercaya.
2. Terapi Psikologis (Psikoterapi)
Salah satu cara utama untuk mengatasi kecemasan adalah dengan terapi bicara. Tujuannya adalah membantu memahami pola pikir atau pengalaman yang memicu rasa cemas, lalu mencari cara untuk mengubah atau menghadapinya.
Ada berbagai jenis terapi yang bisa digunakan, seperti:
- Terapi Perilaku Kognitif (CBT): Terapi ini membantu mengubah pola pikir negatif dan reaksi berlebihan terhadap situasi yang memicu kecemasan.
- Terapi Penerimaan dan Komitmen (ACT): Fokusnya adalah menerima perasaan tidak nyaman, termasuk kecemasan, dan tetap menjalani hidup sesuai nilai dan tujuan pribadi.
- Terapi Paparan (Exposure Therapy): Terapi ini mengajak pasien untuk secara bertahap menghadapi hal-hal yang ditakuti, agar rasa cemas bisa berkurang seiring waktu.
- Terapi Psikodinamik: Tujuannya menggali akar penyebab kecemasan, termasuk konflik emosional atau pengalaman masa lalu yang belum terselesaikan.
- Terapi Khusus untuk Kondisi Tertentu: Ada juga terapi yang disesuaikan untuk anak-anak, orang dengan riwayat trauma, atau jenis gangguan kecemasan tertentu seperti fobia sosial atau PTSD.
3. Obat-obatan dari Dokter
Dalam beberapa kasus, dokter bisa meresepkan obat untuk membantu mengurangi gejala kecemasan. Obat ini bisa digunakan sebagai pendukung terapi atau untuk pengobatan jangka panjang sesuai kebutuhan pasien.
Berikut beberapa obat-obatan yang umumnya diresepkan oleh dokter:
- Antidepresan: Awalnya untuk mengobati depresi, tapi juga efektif mengurangi gejala kecemasan secara bertahap dan digunakan dalam jangka panjang.
- Beta-blocker: Obat ini membantu meredakan gejala fisik kecemasan seperti jantung berdebar atau gemetar, terutama saat menghadapi situasi yang memicu stres.
- Benzodiazepine: Obat penenang yang bekerja cepat untuk mengurangi kecemasan berat, tapi hanya boleh digunakan dalam waktu singkat karena berisiko menyebabkan ketergantungan.
Baca Juga: Perbedaan Stres dan Depresi
Gejala gangguan kecemasan yang sebaiknya segera diperiksakan ke dokter adalah ketika rasa cemas muncul terus-menerus, terasa berlebihan, dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan.
Yuk, jaga kesehatan tubuh dengan rutin melakukan medical check up di Ciputra Hospital. Anda juga bisa konsultasi dan buat janji dengan dokter di Ciputra Hospital terdekat.
Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) selengkapnya sekarang juga.
Telah direview oleh dr. Sylvani
Source:
- Mayo Clinic. Anxiety Disorders. Juni 2025.
- Cleveland Clinic. Anxiety Disorders. Juni 2025.
- Medical News Today. What to Know about Anxiety. Juni 2025.