Ditulis oleh Tim Konten Medis
Hepatitis B merupakan penyakit pada organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Penyakit hepatitis B tidak semuanya menimbulkan gejala sehingga cukup sulit untuk dikenalinya. Perawatan dapat diberikan dengan adanya diagnosis yang mendalam dari dokter. Diagnosis biasa dilakukan melalui pemeriksaan fisik, tes darah, dan USG. Lalu, bentuk perawatan hepatitis B seperti apa yang dapat diberikan kepada pasien? Inilah penjelasan selengkapnya!

Perawatan hepatitis B berguna untuk menghentikan replikasi virus yang memicu kerusakan dalam organ hati.
Baca Juga: Penyebab Hepatitis B
Perawatan Hepatitis B
Perawatan hepatitis B berguna untuk menghentikan replikasi virus yang memicu kerusakan dalam organ hati. Selain itu, pengobatan hepatitis B juga diharapkan mampu meningkatkan kekebalan tubuh serta mengurangi peradangan yang ditimbulkan. Perawatan hepatitis terbagi menjadi dua kategori umum, yaitu obat modular kekebalan (biasa berupa suntikan atau injeksi) dan obat antivirus (biasa berupa obat oral). Kedua perawatan hepatitis B ini dikenal sebagai berikut:
1. Obat Modular Kekebalan (Suntikan atau Injeksi)
Obat modular kekebalan atau suntikan juga dikenal sebagai perawatan interferon dan interferon pegilasi. Pemberian interferon atau interferon pegilasi diketahui mampu membantu meningkatkan sistem kekebalan guna menyingkirkan virus hepatitis B dalam tubuh. Obat-obatan jenis ini biasanya diberikan berupa suntikan (mirip dengan pemberian insulin kepada penderita diabetes) dengan intensitas sekali dalam seminggu.
Perawatan ini dapat digabungkan dengan obat antivirus. Penderita hepatitis B kronis dan infeksi hepatitis D kemungkinan besar memerlukan interferon pegilasi saja atau dikombinasikan dengan obat obat antivirus . Perawatan ini pada umumnya berlangsung selama 6 bulan sampai 1 tahun.
Baca Juga: Vaksin Hepatitis B Dapat Diberikan Pada Siapa Saja
2. Obat Antivirus (Oral)
Obat antivirus digunakan untuk menghentikan atau memperlambat reproduksi virus hepatitis B. Obat ini diharapkan mampu mengurangi peradangan dan kerusakan pada organ hati. Jenis-jenis obat yang dapat diberikan secara oral atau juga dikenal sebagai obat antivirus, yaitu:
- Entecavir
- Tenofovir
- Disoproxil fumarat (TDF)
- Tenofovir alafenamida (TAF)
- Lamivudine
- Adefovir
Tenofovir dan entecavir merupakan obat yang paling umum digunakan. Obat-obatan ini telah disetujui penggunaannya oleh FDA sehingga aman untuk diberikan kepada penderita hepatitis B. Obat-obatan ini mudah untuk ditoleransi tanpa banyak efek samping, diminum sekali dalam sehari, dan lama penggunaannya akan disesuaikan dengan resep dokter. Obat antivirus atau oral pada umumnya berupa pil dan perlu dikonsumsi selama minimal 1 tahun atau lebih lama.
Kedua perawatan di atas merupakan pengobatan yang umum diberikan kepada penderita hepatitis B. Perawatan hepatitis B dapat dilakukan sendiri-sendiri atau dikombinasikan. Hal ini tergantung dari kondisi kesehatan penderita, tingkat keparahan penyakit, dan juga saran dari dokter.
Setiap perawatan yang diberikan tidak banyak menimbulkan efek samping sehingga aman untuk dilakukan. Penting juga bagi penderita yang melakukan perawatan dengan menggunakan obat-obatan di atas untuk melakukan check-up rutin setidaknya 6 bulan sekali guna melihat kesehatan organ hati.
Baca Juga: Gejala Hepatitis B Akut dan Kronis

Hepatitis B merupakan penyakit pada organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV).
Perawatan Rumah Penderita Hepatitis B
Perawatan yang dilakukan di rumah juga dapat dilakukan secara mandiri atau dengan bantuan orang terdekat. Penderita hepatitis B tidak dapat selalu melakukan perawatan secara terus menerus di rumah sakit sehingga perlu diperhatikan juga bentuk perawatan ketika penderita berada di rumah. Perawatan yang dapat dilakukan kepada penderita hepatitis B dengan kekambuhan gejala adalah sebagai berikut:
- Istirahat dalam waktu yang cukup
- Meminum obat penghilang rasa sakit, seperti ibuprofen atau paracetamol
- Kenakan pakaian longgar dan nyaman
- Hindari mandi dengan air panas atau pancuran karena dapat menimbulkan gatal
- Pastikan sirkulasi udara baik dengan membuka ventilasi rumah
- Minumlah obat-obatan yang telah diresepkan oleh dokter
Perawatan dari rumah dapat membantu untuk melakukan pemantauan peningkatan kesehatan penderita serta penanganan yang lebih cepat tanpa bantuan dokter. Selain itu, menjaga pola hidup yang lebih baik juga diperlukan demi meningkatkan kesehatan tubuh sang penderita. Perawatan di rumah dapat membantu untuk melihat pola hidup penderita hepatitis B.
Ada beberapa pantangan yang perlu dihindari oleh penderita, seperti minum alkohol, merokok, melakukan seks tanpa pelindung, dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak bisa jika hanya dokter yang melakukannya, perlu juga peran keluarga dalam pemantauan hal-hal tersebut. Oleh karena itu, perawatan dari rumah juga akan sangat membantu proses penyembuhan pada penderita.
Baca Juga: Cara Penularan Hepatitis B yang Patut Diwaspadai
Efek Samping Perawatan Hepatitis B
Efek samping dari perawatan ini jarang ditemukan selama proses penanganannya. Efek samping yang tidak umum terkait perawatan obat oral biasanya mencakup mual, sakit perut, diare, sakit kepala, kelelahan, dan pusing. Efek samping lainnya yang wajar dialami dapat berupa flu, demam, nyeri otot dan sendi, rasa sakit pada tubuh, muntah, serta pusing.
Selain efek samping di atas, maka perlu adanya pemeriksaan ke dokter guna mendapatkan penanganan lebih lanjut. Diketahui bahwa pengobatan berupa pemberian dosis obat pada penderita hepatitis B sudah diuji dan diakui oleh FDA sehingga aman diberikan serta digunakan. Sangat kecil sekali kemungkinan untuk munculnya efek samping dari pemberian perawatan yang ada.
Pengobatan hepatitis B dapat diberikan secara oral maupun suntikan pada penderita. Penggunaan jenis obat-obatan juga telah disetujui oleh FDA. Perawatan dapat dilakukan setelah adanya diagnosis mendalam terkait penyakit yang diderita.
Perawatan tidak hanya dapat dilakukan oleh dokter tapi juga dapat dilakukan di rumah dengan bantuan keluarga. Jarang ditemui efek samping dari perawatan-perawatan yang dilakukan sehingga tidak perlu khawatir. Jika terjadi efek samping, maka konsultasikanlah dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Telah direview oleh dr. Febriani Kezia Haryanto, MARS
Source: