Ditulis oleh Tim Konten Medis
Obat kanker serviks mencakup pilihan kemoterapi seperti cisplatin dan paclitaxel, serta terapi target seperti trastuzumab deruxtecan dan tisotumab vedotin. Pemilihan obat dokter sesuaikan dengan kondisi pasien untuk meningkatkan peluang kesembuhan.

Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang dapat terobati dengan berbagai metode, termasuk kemoterapi dan terapi target. Kedua metode ini memiliki peran penting dalam menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik pada tahap awal maupun lanjut.
Pemilihan jenis obat biasanya dokter sesuaikan dengan kondisi pasien, stadium kanker, serta respons terhadap pengobatan sebelumnya. Dengan pemahaman yang tepat, pasien dapat menjalani pengobatan secara lebih terarah dan efektif.
Jenis Obat Kemoterapi untuk Kanker
Kemoterapi adalah metode pengobatan kanker serviks yang bekerja dengan menghentikan pertumbuhan sel kanker melalui pembunuhan langsung atau penghambatan pembelahan sel.
Pengobatan kanker serviks ini penting dilakukan terutama ketika kanker sudah menyebar atau kambuh, dan biasanya dokter kombinasikan dengan radioterapi atau terapi target untuk hasil optimal.
Berikut beberapa obat kanker serviks gejala awal dan lanjut yang sering digunakan dalam cara mengobati kanker serviks melalui kemoterapi:
1. Cisplatin
Cisplatin adalah obat kemoterapi berbasis platinum yang paling utama untuk kanker serviks. Ia bekerja dengan mengikat DNA sel kanker sehingga mengganggu pembelahannya.
Efek sampingnya bisa termasuk kerusakan ginjal, penurunan produksi sel darah, dan gangguan pendengaran.
Baca Juga: Waspadai Gejala Awal Kanker Serviks yang Jarang Disadari
2. Carboplatin
Alternatif dari cisplatin, carboplatin juga berbasis platinum dan umumnya dokter gunakan ketika cisplatin tidak cocok. Obat ini memiliki efek samping serupa, seperti penurunan jumlah sel darah dan gangguan elektrolit, namun lebih ringan.
3. Paclitaxel
Paclitaxel mengganggu struktur mikrotubulus dalam sel kanker, menghambat terbentuknya sel baru. Obat ini untuk berbagai kanker termasuk serviks dan diberikan melalui infus.
Efek sampingnya dapat meliputi kerontokan rambut, mual, dan kerusakan saraf.
4. Topotecan
Topotecan adalah inhibitor topoisomerase-I yang menyebabkan kerusakan pada DNA sel kanker sehingga terhambat pertumbuhannya. Obat ini sering dokter gunakan pada kanker serviks lanjut atau berulang, kadang dikombinasikan dengan cisplatin.
5. Gemcitabine
Gemcitabine adalah obat sitotoksik yang merangsang kematian sel kanker dengan memperlambat atau menghentikan sintesis DNA dan RNA. Obat ini sering dokter gunakan bila kanker serviks tidak merespon kemoterapi primer, dan diberikan melalui infus.
6. Ifosfamide
Ifosfamide adalah obat kemoterapi yang menghambat pertumbuhan sel kanker melalui kerusakan DNA. Ia sering digunakan bersamaan dengan cisplatin atau paclitaxel untuk efek sinergis dalam pengobatan kanker serviks lanjut.
7. Irinotecan
Irinotecan memblokir topoisomerase-I (mirip dengan topotecan), menyebabkan kerusakan DNA dan kematian sel kanker. Biasa tergunakan dalam protokol kombinasi kemoterapi untuk kanker serviks lanjut.
8. Vinorelbine
Vinorelbine adalah obat kemoterapi yang termasuk dalam kelompok vinalkoloid. Cara kerja obat ini mengganggu pembelahan mitosis sel kanker dengan menghambat pembentukan mikrotubulus.
Obat ini juga dokter gunakan sendiri atau dalam kombinasi, untuk mengobati kanker serviks lanjut.
Jenis Obat untuk Terapi Target
Terapi target untuk kanker serviks adalah jenis pengobatan untuk menyerang sel kanker secara lebih spesifik tanpa terlalu merusak sel sehat di sekitarnya. Berbeda dengan kemoterapi konvensional yang bekerja secara menyeluruh, terapi target memanfaatkan obat-obatan yang mampu mengenali protein atau gen tertentu pada sel kanker.
Metode ini biasanya dokter berikan pada pasien kanker serviks stadium lanjut atau yang sudah kambuh setelah pengobatan awal. Meski tidak termasuk kategori obat herbal kanker serviks, terapi ini telah terbukti secara medis membantu memperlambat perkembangan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
1. Fam-trastuzumab Deruxtecan (T-DXd)
Obat ini termasuk antibody-drug conjugate (ADC) yang menggabungkan antibodi anti-HER2 dengan obat kemoterapi deruxtecan. Fam-trastuzumab deruxtecan (T-DXd) untuk mengobati kanker serviks stadium lanjut yang HER2-positif dan kambuh setelah terapi awal. Pemberiannya melalui infus intravena setiap tiga minggu sekali.
Efek samping yang umum meliputi penurunan jumlah sel darah, mual, muntah, diare, kelelahan, rambut rontok, penurunan nafsu makan, kadar kalium rendah, gangguan fungsi hati, dan batuk. Efek samping serius yang jarang terjadi adalah melemahnya otot jantung (left ventricular dysfunction).
2. Tisotumab Vedotin
Jenis ADC ini menargetkan protein tissue factor (TF) pada sel kanker dan mengirimkan obat kemoterapi monomethyl auristatin E (MMAE) langsung ke dalam sel kanker. Biasanya dokter berikan pada pasien kanker serviks stadium lanjut yang kambuh setelah kemoterapi awal.
Obat ini melalui infus setiap tiga minggu sekali. Efek samping umum termasuk kelelahan, mual, muntah, rambut rontok, perdarahan, diare, ruam, kerusakan saraf (neuropati perifer), gangguan fungsi ginjal, dan penurunan jumlah sel darah.
Efek samping serius yang jarang adalah gangguan penglihatan sehingga pasien sebaiknya rutin memeriksakan mata.
Baca Juga: Penyakit Kanker Rahim: Penyebab, Gejala, & Pengobatan
3. RET Inhibitor (Selpercatinib)
Pada sebagian kecil kasus kanker serviks, terjadi perubahan pada gen RET yang menghasilkan protein abnormal dan memicu pertumbuhan sel kanker. RET inhibitor seperti selpercatinib bekerja menghambat protein ini. Obat dikonsumsi dalam bentuk kapsul dua kali sehari.
Efek samping yang sering terjadi meliputi mulut kering, diare atau sembelit, tekanan darah tinggi, kelelahan, bengkak pada tangan atau kaki, ruam kulit, nyeri otot dan sendi, serta penurunan jumlah sel darah.
Efek samping serius yang jarang meliputi kerusakan hati, kerusakan paru, reaksi alergi, gangguan irama jantung, perdarahan, dan masalah penyembuhan luka.
4. NTRK Inhibitor (Larotrectinib & Entrectinib)
Hanya sedikit kasus kanker serviks yang memiliki NTRK gene fusion, yaitu perubahan pada gen NTRK yang memproduksi protein TRK abnormal. Protein ini memicu pertumbuhan sel kanker, dan NTRK inhibitor bekerja untuk memblokirnya.
Obat ini diminum 1–2 kali sehari dalam bentuk kapsul atau tablet. Efek samping umum meliputi gangguan fungsi hati, penurunan sel darah putih dan merah, nyeri otot dan sendi, kelelahan, diare atau sembelit, mual, muntah, dan nyeri perut.
Selain itu, meski jarang, obat juga bisa menimbulkan masalah serius seperti perubahan mental (kebingungan, perubahan suasana hati, gangguan tidur), kerusakan hati, gangguan irama jantung, gangguan penglihatan, dan risiko bagi janin.
Efek Samping Obat Kemoterapi
Kemoterapi bekerja dengan menyerang sel yang membelah cepat, termasuk sel kanker dan sel normal tubuh. Hal ini membuat pengobatan efektif, tetapi juga dapat menimbulkan efek samping, tergantung jenis obat, dosis, dan lama perawatan.
Efek samping yang umum terjadi antara lain rambut rontok, sariawan, hilang nafsu makan, diare, mual, muntah, perubahan siklus menstruasi, menopause dini, dan infertilitas. Kemoterapi juga dapat menurunkan jumlah sel darah, sehingga meningkatkan risiko infeksi, mudah memar atau berdarah, serta kelelahan.
Memahami apa yang harus Anda lakukan jika terkena kanker serviks dapat membantu menghadapi efek samping ini dengan lebih siap.
Baca Juga: Tanda-Tanda dan Pencegahan Kanker Serviks
Jika Anda atau orang terdekat menunjukan cedera setelah melakukan olahraga, segera kunjungi Ciputra Hospital, dapatkan kemudahan untuk konsultasi dan membuat janji dengan dokter pilihan Anda.
Cek informasi lengkap mengenai layanan Ciputra Hospital, mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU), hanya di situs resmi atau kunjungi langsung fasilitas terdekat sekarang juga.
Telah direview oleh Dr Sony Prabowo, MARS
Source:
- NIH. Cisplatin. Oktober 2025.
- American Cancer Society. Targeted Drug Therapy for Cervical Cancer. Oktober 2025.
- American Cancer Society. Chemotherapy for Cervical Cancer. Oktober 2025.



