Ditulis oleh Tim Konten Medis
Apa Itu Neurologi? Neurologi merupakan ilmu medis yang mempelajari sistem saraf manusia dan segala gangguannya. Stroke merupakan salah satu penyakit berbahaya yang menyerang pada bagian sistem saraf manusia. Di Indonesia, penyakit stroke ini mengambil perhatian khusus. Hal ini dinyatakan oleh BPJS Kesehatan yang menyatakan bahwa penyakit stroke di Indonesia meningkat dilihat dari meningkatnya biaya pelayanan yang harus dikeluarkan.
Neurologi merupakan sebuah ilmu medis yang mempelajari tentang sistem saraf manusia
Pada tahun 2016 anggaran dana yang dikeluarkan untuk melakukan pelayanan kesehatan pada pasien penderita penyakit stroke sebesar 1,43 triliun rupiah sedangkan pada tahun 2018 angka ini meningkat menjadi 2,56 triliun rupiah. Dengan melihat peningkatan angka tersebut, dapat diduga bahwa kasus kesehatan akibat penyakit stroke semakin banyak dan hal ini membuat dokter spesialis untuk menangani penyakit stroke sendiri semakin dicari.
Neurosurgery
Dari masalah di atas, dokter ahli dalam bidang neurologi yang dapat disebut juga sebagai dokter spesialis neurosurgeon semakin dikenal dan dicari. Dokter spesialis neurologi adalah seseorang yang ahli atau menguasai ilmu medis dalam bidang neurologi. Jika ada pertanyaan tentang apa itu neurologi? Neurologi merupakan sebuah ilmu medis yang mempelajari tentang sistem saraf manusia dan segala gangguan di dalamnya.
Bersandingan dengan istilah neurologi, dikenallah istilah neurosurgery atau neurosurgeon. Neurosurgery sendiri berasal dari dua kata yaitu neurologi dan surgery atau operasi. Neurosurgery atau neurosurgeon merupakan sebuah teknik atau metode penyembuhan yang dilakukan tenaga medis profesional untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan sistem saraf.
Stroke neurosurgery
Seperti yang telah dijelaskan di atas, neurosurgery ini merupakan sebuah operasi yang banyak dilakukan untuk menangani pasien yang menderita penyakit pada bagian sistem saraf mereka, contohnya seperti penyakit stroke. Stroke yang dapat ditangani bisa berbagai jenis, mulai dari stroke yang menyerang otak, menyerang pembuluh darah, menyerang tulang belakang dan sebagainya. Selain itu, Alzheimer, meningitis, Parkinson dan gangguan saraf lainnya juga dapat ditolong dengan metode neurosurgery ini.
Neurosurgery Operation
Metode-metode neurosurgery yang biasa dilakukan oleh para dokter spesialis neurosurgeon antara lain, SRS, Kraniotomi, AWS, Neuroendoskopi dan Microsurgery. SRS atau kepanjangan dari Stereotactic Radiosurgery adalah salah satu metode operasi yang menggunakan radiasi seperti sinar rontgen, gamma atau tembakan proton. Sinar radiasi tersebut akan menembak dan menghancurkan sel-sel yang merusak saraf penderita secara langsung. Kedua, Kraniotomi atau bedah otak, Kraniotomi merupakan metode yang dilakukan dengan cara membuka dan mengangkat bagian kecil pada tulang tengkorak.
AWS (Awake Brain Surgery) ini mirip dengan metode Kraniotomi, namun pada operasi ini kondisi pasien dalam keadaan sadar, sedangkan pada Kraniotomi pasien dalam kondisi dibius atau tidak sadarkan diri. Kemudian, pembedahan dengan bantuan endoskop yang memudahkan dokter untuk memantau kondisi saraf yang mengalami kerusakan, merupakan metode dari Neuroendoskopi. Terakhir adalah Microsurgery, yaitu metode bedah dengan menggunakan bantuan mikroskop untuk memperbaiki bagian-bagian saraf yang mengalami kerusakan.
Dokter spesialis neurosurgeon tidak hanya melakukan operasi, namun juga tugas-tugas lainnya seperti melakukan diagnosis sekaligus pengobatan kepada pasien. Beberapa teknik diagnosis dan pengobatan yang dilakukan adalah diagnosis dan pengobatan tumor, saraf vaskular, saraf fungsional, traumatik, pediatrik dan juga saraf spinal atau tulang belakang. Semua teknik diagnosis dan pengobatan tersebut tentu saja akan disesuaikan oleh penyakit atau kerusakan saraf yang diderita oleh pasien.
Neurosurgery nurse juga membantu memonitor kondisi pasien baik sebelum maupun setelah operasi.
Neurosurgery Nurse
Dokter spesialis neurosurgeon tentunya tidak bekerja sendiri. Mereka pasti memiliki asisten yang membantu mengurus segala kebutuhan pasien sebelum pasien akan dioperasi maupun segala jenis perawatan yang akan diterima setelah operasi. Seseorang yang membantu mereka disebut sebagai neurosurgery nurse, atau perawat. Tugas neurosurgery nurse adalah membantu pasien berkonsultasi dan membuat janji dengan dokter, mengurus dokumen catatan medis pasien dan membuat ringkasan mengenai treatment yang akan pasien dapatkan.
Selain itu, neurosurgery nurse juga membantu memonitor kondisi pasien baik sebelum maupun setelah operasi serta membantu memenuhi kebutuhan yang pasien perlukan sebelum dan setelah operasi. Neurosurgery nurse tentunya juga harus memiliki pengalaman yang lebih pula sehingga dapat bekerjasama dengan baik dalam merawat pasien.
Neurosurgery VS Urology
Selain neurosurgery, istilah lain yang sering berdampingan dan muncul adalah urologi. Lalu, apa sih bedanya neurosurgery dengan urologi ini? Urologi merupakan ilmu medis dengan spesialisasi pada gangguan yang melibatkan saluran genitourinari dan kelenjar adrenal. Sedangkan, neurosurgery lebih pada pembedahan yang berfokus pada gangguan sistem saraf.
Dokter spesialis urologi juga memiliki tugas untuk mendiagnosis, melakukan terapi medis dan bedah, memberikan informasi pencegahan serta melakukan rekonstruksi pada penyakit-penyakit yang diderita pasien. Dokter spesialis urologi sendiri juga merupakan penolong pertama untuk perempuan maupun laki-laki yang mengalami gangguan pada kandung kemih, ginjal, ureter, prostat, testis dan sebagainya.
Jadi, itulah penjelasan singkat mengenai apa itu neurologi, neurosurgery dan berbagai jenis teknik yang dapat dilakukan didalamnya, beberapa tugas-tugas yang biasa dilakukan oleh pada dokter spesialis neurosurgeon beserta neurosurgery nurse.
Selain itu, ada juga penjelasan singkat mengenai perbedaan neurologi dengan urologi dimana neurologi lebih berfokus pada sistem saraf sedangkan urologi lebih berfokus pada saluran genitourinary dan kelenjar adrenal. Semoga penjelasan di atas dapat membantu menambah pemahaman Anda.
Telah direview oleh dr. Edwin Halim
Source