Ditulis oleh Tim Konten Medis
Orang yang mengidap autis akan tampak berbeda jika di bandingkan dengan orang pada umumnya. Mereka akan menunjukkan beberapa perilaku yang tidak normal. Misalnya, seperti tangan yang selalu bergoyang atau mengepal, memberikan respon yang tidak biasa ketika berkomunikasi hingga adanya perilaku agresif. Sebenarnya apa itu penyakit autisme? Artikel ini telah merangkum secara lengkap dari berbagai sumber tentang pengertian autis, tanda-tanda autis hingga terapi untuk autis.
Biasanyak anak autis lemah terhadap atensi kelompok artinya mereka tidak dapat secara sepontan memerhatikan apa yang diperhatikan orang lain.
Pengertian Autis
Apa Itu penyakit autisme? Autis atau biasa disebut autism spectrum disorder adalah sebutan bagi orang-orang yang mengalami gangguan pada sistem sarafnya dan mempengaruhi perilakunya sehari-hari atau yang disebut juga dengan neurobehaviour. Tanda seseorang menunjukkan gejala gangguan autis biasanya dapat diamati pada tahun ketiga setelah lahir. Namun, tidak sedikit juga yang sudah mengidap autis sejak lahir.
Baca Juga: Kesehatan Mental Anak
Gangguan Autisme
Gangguan autisme memiliki beberapa ciri-ciri yang dapat diamat. Umumnya, ciri ini dapat dilihat sejak usia mereka masih anak-anak. Berikut ini adalah ciri-ciri dari gangguan autisme :
1. Mengalami masalah sosial
Ciri paling umum dari pengidap autis adalah mengalami masalah dengan sosialnya. Misalnya, lebih suka bermain sendiri, berinteraksi dengan orang lain hanya untuk mencapai tujuannya, kontrol emosi yang buruk hingga menghindari kontak fisik dari sosialnya.
2. Susah berkomunikasi
Seseorang yang mengidap autis pasti memiliki kesusahan dalam hal berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Beberapa orang akan dapat berbicara sedikit atau tidak bisa berbicara sama sekali.
3. Menunjukkan minat atau perilaku yang tidak biasa
Kebanyakan dari orang-orang yang mengidap autis selalu memiliki minat dan perilaku yang berbeda dengan orang normal lainnya. Misalnya saja, memiliki rutinitas tertentu yang dibuat olehnya, menyukai hingga terobsesi dengan suatu benda.
4. Gejala lainnya
Gejala lain yang menyertai autis berbeda-beda tiap individu. Misalnya perilaku yang hiperaktif, adanya tindakan impulsive, tindakan agresi, self-harm, memiliki rasa takut atau tidak takut yang berbeda dengan orang normal lainnya.
Baca Juga: Anak Pakai Smartphone: Kapan Waktu Yang Tepat?
Faktor-Faktor Autis
Beberapa ahli mengatakan bahwa seseorang mengidap autis karena faktor genetika. Namun, selain faktor genetika, ada faktor lain yang dapat menjadi faktor autis. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dirangkum dari berbagai sumber :
1. Jenis kelamin
Penelitian membuktikan bahwa pengidap autis cenderung lebih banyak pada mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Salah satu yang mendasari penelitian tersebut adalah adanya perbedaan pada perkembangan otak antara laki-laki dan wanita. Namun ketika wanita mengalami autisme, gejalanya kemungkinan terlihat lebih berat.
2. Faktor keturunan
Autis akan cenderung terjadi pada mereka yang memiliki keluarga atau orang tuanya mengidap autis. Misalnya, salah satu orang tua mengidap autis, maka anaknya akan memiliki risiko mengidap autis. Hal ini juga terjadi pada anak kembar. Apabila salah satu dari kembarannya mengidap autis, maka ada kemungkinan kembarannya juga akan mengidap autis.
3. Efek samping alkohol atau obat
Dokter menemukan bahwa Ibu hamil yang mengonsumsi alkohol berlebihan memiliki risiko menyebabkan anaknya mengalami autis.
4. Efek samping konsumsi obat
Terdapat beberapa obat yang diduga dapat menyebabkan seseorang mengidap autis. Apabila ibu yang sedang hamil mengonsumsi obat ini berlebihan, maka dapat meningkatkan risiko autis pada anaknya. Untuk mengetahui lebih lanjut apa saja obatnya, Anda bisa konsultasikan kepada dokter.
5. Mengidap penyakit tertentu
Autis juga bisa terjadi karena ada faktor penyakit lain yang mendampinginya. Penyakit tersebut antara lain mengidap down-syndrome, gangguan kronis pada otak seperti cerebral palsy serta distrofi otot.
6. Bayi lahir prematur
Meski belum banyak terjadi, dokter menyatakan kelahiran prematur atau kelahiran dini sangat rentan mengalami autis.
7. Usia orang tua ketika hamil
Wanita hamil dengan usia 35 tahun ke atas memiliki kondisi berbeda dengan wanita yang berusia sebelum 30 tahun. Oleh karena itu, semakin tua usia wanita yang hamil dapat meningkatkan risiko autis pada anaknya.
Autisme dapat ditandai dengan adanya kesulitan komunikasi, interaksi sosial, perilaku, dan aktivitas yang kaku.
Perbedaan Autis dan Down-syndrome
Banyak orang mengira autis dan down-syndrome adalah sama. Padahal, secara medis jelas berbeda. Autis adalah kondisi dimana ada masalah kompleks pada gangguan sarafnya. Dampak yang timbul karena adanya masalah pada saraf berupa susah berinteraksi, susah berkomunikasi non-verbal dan berkomunikasi verbal, susah berbicara hingga mengalami kesusahan dalam hal sosial-motorik.
Sedangkan Down-syndrome merupakan kelainan yang terjadi akibat adanya masalah pada kromosom. Orang yang mengalami down-syndrome akan memiliki mental yang seperti anak-anak. Meski secara fisik mereka tumbuh dengan normal, namun perkembangan mental mereka akan tetap seperti anak-anak usia delapan hingga sembilan tahun.
Orang yang mengalami down syndrome juga memiliki ciri khas tertentu yang terlihat dari fisiknya seperti bentuk wajahnya. Beberapa orang dengan down-syndrome dapat hidup secara normal dan sebagian orang hidup harus bergantung pada bantuan orang lain. Kondisi down-syndrome biasanya akan ditandai dengan adanya keterlambatan pertumbuhan, fungsi fisik lemah dan IQ yang rendah.
Baca Juga: Disleksia pada Anak
Terapi Autis
Beberapa terapi dapat membantu seseorang dengan autis untuk bisa menjalani hari-hari mereka. Berikut ini adalah terapi yang biasa digunakan oleh dokter untuk membantu orang dengan autis :
1. Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy)
Terapi perilaku kognitif merupakan terapi yang dapat di aplikasikan untuk anak-anak dan orang dewasa dengan autis. Dalam terapi CBT, orang akan diajari untuk memahami dan mengidentifikasi pikiran, perasaan perilaku mereka. Terapi CBT membantu mereka untuk mengelola kecemasan, mengenali emosi orang lain dan mengatasi situasi sosial dengan lebih baik.
2. Applied Behavior Analysis (ABA)
ABA atau analisis perilaku terapan adalah terapi yang dapat diterapkan untuk anak-anak dan orang dewasa pengidap autis. Terapi ini dirancang untuk memunculkan atau mengubah perilaku positif pada orang tersebut. Teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan sistem penghargaan. Setiap perubahan atau perilaku positif yang muncul, akan diberikan penghargaan.
3. Social Skills Training (SST)
Terapi SST bagi sebagian orang pengidap autis tidak mudah. Sebab, dalam terapi ini mengharuskan mereka untuk banyak berinteraksi dengan banyak orang. Sedangkan, tidak semua pengidap autis dapat berinteraksi dengan orang. Oleh karena itu, bagi beberapa orang autis, terapi ini adalah tantangan sulit bagi mereka ketika menjalaninya.
Baca Juga: Anak Depresi karena Orang Tua
Cara Menyembuhkan Autis
Sampai saat ini, belum ada obat atau metode yang dapat menyembuhkan autis. Metode atau terapi yang ada saat ini hanyalah berfungsi untuk membantu mereka agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Berbagai metode atau terapi berbasis rumah dan berbasis sekolah pun sudah tersedia sangat banyak. Tujuannya adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan setiap individu pengidap autis.
Kini Anda sudah mengetahui apa itu penyakit autisme bukan? Jika Anda memiliki anak atau keluarga dengan kondisi autis, segeralah berbicara dengan dokter. Gunanya adalah untuk membuat strategi metode atau terapi yang tepat bagi orang tersebut. Dengan mengetahui metode atau terapi yang tepat sejak dini, akan membantu orang dengan autis mampu menyesuaikan diri di lingkungan sosialnya. Sekian informasinya. Semoga bermanfaat.
Telah direview oleh dr. Valda Garcia
Source: