Ditulis oleh Tim Konten Medis
Apa itu penyakit autisme? Ini merupakan kondisi perkembangan kompleks yang melibatkan komunikasi sosial, minat terbatas, dan perilaku berulang secara terus-menerus. Penyebabnya, mulai dari faktor genetik, lingkungan, hingga mengudap penyakit tertentu. Gejala autisme pada anak berupa susah berkomunikasi.

Autisme lemah terhadap atensi kelompok.
Mengutip dari American Psychiatric Association, terdapat perkiraan satu dari 36 anak mengalami gangguan spektrum autisme. Kondisi ini tidak bisa Anda cegah karena penyebabnya berasal dari faktor genetik dan lingkungan.
Namun, penyandang autisme dapat memeroleh perawatan terapi untuk mengelola gejala yang terjadi. Ini juga bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial mereka.
Apa Itu Penyakit Autisme?
Autis atau biasa disebut autism spectrum disorder adalah sebutan bagi orang-orang yang mengalami gangguan pada sistem sarafnya dan memengaruhi perilakunya sehari-hari. Tanda seseorang menunjukkan gejala gangguan autis biasanya dapat diamati pada tahun ketiga setelah lahir.
Namun, tidak sedikit juga yang sudah mengidap autis sejak lahir. Banyak orang mengira autis dan down-syndrome adalah sama. Padahal, secara medis jelas berbeda.
Autis adalah kondisi dimana ada masalah kompleks pada gangguan sarafnya. Dampak yang timbul karena adanya masalah pada saraf berupa susah berinteraksi, susah berkomunikasi non-verbal dan berkomunikasi verbal, susah berbicara hingga mengalami kesusahan dalam hal sosial-motorik.
Sementara Down-syndrome merupakan kelainan yang terjadi akibat adanya masalah pada kromosom. Orang yang mengalami down-syndrome akan memiliki mental yang seperti anak-anak.
Meski secara fisik mereka tumbuh dengan normal, namun perkembangan mental mereka akan tetap seperti anak-anak usia delapan hingga sembilan tahun. Orang yang mengalami down syndrome juga memiliki ciri khas tertentu yang terlihat dari fisiknya seperti bentuk wajahnya.
Beberapa orang dengan down-syndrome dapat hidup secara normal dan sebagian orang hidup harus bergantung pada bantuan orang lain. Kondisi down-syndrome biasanya akan ditandai dengan adanya keterlambatan pertumbuhan, fungsi fisik lemah dan IQ yang rendah.
Baca Juga: Pusat Pelayanan Autis di Jakarta dan Diagnosis Anak Autisme
Penyebab Autisme
Sampai saat ini, parah ahli tidak mengetahui penyebab gangguan spektrum autisme. Jenis gangguan ini cukup kompleks dengan gejala dan tingkat keparahannya yang bervariasi sehingga ada banyak kemungkinan penyebab.
Namun, para ahli berpendapat bahwa faktor genetik dan lingkungan bisa memengaruhi gangguan spektrum autisme. Pada faktor genetik, gangguan tersebut berkaitan dengan kelainan atau perubahan (mutasi) gen.
Gen dapat memengaruhi perkembangan otak sehingga mampu menentukan tingkat keparahan gejala. Beberapa mutasi genetik juga diturunkan dari orang tua sedangkan gen lainnya terjadi secara spontan.
Selain itu, para ahli menemukan bahwa faktor lingkungan, seperti infeksi virus, pengobatan, atau komplikasi kehamilan dapat memicu gangguan autisme.
Faktor Risiko Penyebab Autisme
Ada beberapa faktor-faktor tertentu yang dapat meningkatkan risiko autisme pada anak, di antaranya:
- Usia orang tua ketika hamil: Wanita hamil dengan usia 35 tahun ke atas memiliki kondisi berbeda dengan wanita yang berusia sebelum 30 tahun. Oleh karena itu, semakin tua usia wanita yang hamil dapat meningkatkan risiko autis pada anaknya.
- Bayi lahir prematur: Meski belum banyak terjadi, dokter menyatakan kelahiran prematur atau kelahiran dini sangat rentan mengalami autis.
- Mengidap penyakit tertentu: Autis juga bisa terjadi karena ada faktor penyakit lain yang mendampinginya. Penyakit tersebut antara lain mengidap down-syndrome, gangguan kronis pada otak seperti cerebral palsy serta distrofi otot.
- Jenis kelamin: Penelitian membuktikan bahwa pengidap autis cenderung lebih banyak pada mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Salah satu yang mendasari penelitian tersebut adalah adanya perbedaan pada perkembangan otak antara laki-laki dan wanita.
- Efek samping alkohol: Dokter menemukan bahwa Ibu hamil yang mengonsumsi alkohol berlebihan memiliki risiko menyebabkan anaknya mengalami autis.
- Efek samping konsumsi obat: Terdapat beberapa obat yang diduga dapat menyebabkan seseorang mengidap autis. Apabila ibu yang sedang hamil mengonsumsi obat ini berlebihan, maka dapat meningkatkan risiko autis pada anaknya.
Gejala Autisme
Gangguan autisme memiliki beberapa ciri-ciri yang dapat Anda amati. Umumnya, ciri ini dapat dilihat sejak usia mereka masih anak-anak. Berikut ini adalah ciri-ciri dari gangguan autisme :
- Mengalami masalah sosial: Misalnya, lebih suka bermain sendiri, berinteraksi dengan orang lain hanya untuk mencapai tujuannya, kontrol emosi yang buruk hingga menghindari kontak fisik dari sosialnya.
- Susah berkomunikasi: Seseorang yang mengidap autis pasti memiliki kesusahan dalam hal berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Beberapa orang akan dapat berbicara sedikit atau tidak bisa berbicara sama sekali.
- Menunjukkan minat atau perilaku yang tidak biasa: Autisme selalu memiliki minat dan perilaku yang berbeda dengan orang normal lainnya. Misalnya saja, memiliki rutinitas tertentu yang dibuat olehnya, menyukai hingga terobsesi dengan suatu benda.
- Gejala lainnya: Gejala lain yang menyertai autis berbeda-beda tiap individu. Misalnya perilaku yang hiperaktif, adanya tindakan impulsive, tindakan agresi, self-harm, memiliki rasa takut atau tidak takut yang berbeda dengan orang normal lainnya.
Diagnosis Autisme
Dokter dapat mendiagnosis gangguan ini dengan melakukan wawancara medis bersama orang tua dan mengamati perilaku autisme. Biasanya, pemeriksaan untuk diagnosis autisme dilakukan saat anak berusia 18 dan 24 bulan.
Jika dokter mengetahui adanya tanda-tanda gangguan, mereka dapat merujuk Anda ke layanan khusus untuk mengatasi gejala autisme yang terjadi. Adapun beberapa pemeriksaan diagnosis untuk kondisi ini meliputi:
- Timbal balik sosial-emosional: Dokter dapat memulai percakapan dan mengetahui apakah pasien dapat menanggapi atau mengatakan sesuatu.
- Komunikasi nonverbal: Prosedur ini melibatkan kontak mata dan bahasa tubuh.
- Mengembangkan dan mempertahankan suatu hubungan: Penilaian ini dilakukan dengan cara mendekati orang lain dan perilaku yang tepat dalam situasi yang berbeda. Biasanya, anak autis tidak mampu memulai atau mengembangkan hubungan sosial dengan teman sebayanya.
Selain itu, anak yang terlibat dalam gerakan berulang, menolak rutinitas yang berbeda, dan memiliki minat yang kuat pada suatu objek tertentu, ini dapat mengindikasikan bahwa mengalami gangguan spektrum autisme.
Komplikasi Autisme
Umumnya, orang dengan gangguan ini dapat mengalami masalah saat berinteraksi sosial, komunikasi, dan perilaku. Masalahnya dapat berupa:
- Merasa stres dalam keluarga
- Menjadi korban bullying
- Sulit mendapatkan pekerjaan saat mereka dewasa
- Memiliki masalah di sekolah dan kesulitan dalam mencapai keberhasilan pembelajaran
- Tidak mampu untuk hidup mandiri
- Mengalami isolasi sosial
Baca Juga: Tidak Sama, Ini 4 Perbedaan Autisme dan ADHD pada Anak
Cara Mengatasi Autisme
Beberapa terapi dapat membantu seseorang dengan autis untuk bisa menjalani hari-hari mereka. Berikut ini adalah terapi yang biasa digunakan oleh dokter untuk membantu orang dengan autis :
1. Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavioral Therapy)
Terapi perilaku kognitif merupakan terapi yang dapat di aplikasikan untuk anak-anak dan orang dewasa dengan autis. Dalam terapi CBT, orang akan diajari untuk memahami dan mengidentifikasi pikiran, perasaan perilaku mereka. Terapi CBT membantu mereka untuk mengelola kecemasan, mengenali emosi orang lain dan mengatasi situasi sosial dengan lebih baik.
2. Applied Behavior Analysis (ABA)
ABA atau analisis perilaku terapan adalah terapi yang dapat diterapkan untuk anak-anak dan orang dewasa pengidap autis. Terapi ini dirancang untuk memunculkan atau mengubah perilaku positif pada orang tersebut.
Teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan sistem penghargaan. Setiap perubahan atau perilaku positif yang muncul, akan diberikan penghargaan.
3. Social Skills Training (SST)
Terapi SST bagi sebagian orang pengidap autis tidak mudah. Sebab, dalam terapi ini mengharuskan mereka untuk banyak berinteraksi dengan banyak orang.
Sementara itu, tidak semua pengidap autis dapat berinteraksi dengan orang. Oleh karena itu, bagi beberapa orang autis, terapi ini adalah tantangan sulit bagi mereka ketika menjalaninya.
4. Terapi Wicara
Terapi wicara dapat membantu anak-anak dan orang dewasa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan bahasa mereka. Jenis terapi ini juga mampu mengekspresikan pikiran sehingga pasien dapat memahami perkataan orang lain.
Tidak hanya autisme saja, terapi wicara bisa mengatasi kondisi lain yang berkaitan dengan gangguan pendengaran atau sulit menelan. Misalnya, afasia, gangguan artikulasi, dan masalah pada ekspresif.
5. Terapi Okupasi
Ini merupakan jenis terapi untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Terapi okupasi terdiri dari tiga tahapan yaitu penilaian, intervensi, evaluasi dan hasil.
Jenis terapi ini sangat aman dan efektif, terutama bagi anak atau orang dewasa dengan gangguan autisme.
Baca Juga: Mengenal 12 Karakter Anak Usia Dini, Orangtua Wajib Tahu!
Cara Mencegah Autisme
Tidak ada cara untuk mencegah gangguan ini. Sebab, kondisi ini biasanya terjadi karena faktor genetik dan lingkungan.
Meskipun begitu, ada beragam pilihan perawatan yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi autisme pada anak. Perawatan ini mampu meningkatkan perilaku, keterampilan, dan perkembangan bahasa pada orang yang mengalami kondisi tersebut.
Apakah Autisme Bisa Sembuh?
Sampai saat ini, belum ada obat atau metode yang dapat menyembuhkan autis. Metode atau terapi yang ada saat ini hanyalah berfungsi untuk membantu mereka agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Berbagai metode atau terapi berbasis rumah dan berbasis sekolah pun sudah tersedia sangat banyak. Tujuannya adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan setiap individu pengidap autis.
Jika Anda memiliki anak atau keluarga dengan kondisi autis, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Dengan mengetahui metode atau terapi yang tepat sejak dini, akan membantu orang dengan autis mampu menyesuaikan diri di lingkungan sosialnya.
Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan. Yuk, jaga kesehatan tubuh dengan rutin melakukan medical check up di Ciputra Hospital. Anda juga bisa konsultasi dan buat janji dengan dokter di Ciputra Hospital terdekat.
Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) selengkapnya sekarang juga.
Telah direview oleh dr. Valda Garcia
Source:
- American Psychiatric Association. What Is Autism Spectrum Disorder?. April 2025.
- Cleveland Clinic. Autism. April 2025.
- Healthline. Autism Treatment Guide. April 2025.
- Mayo Clinic. Autism Spectrum Disorder. April 2025.