Ditulis oleh Tim Konten Medis
Apa itu batuk rejan? Batuk rejan menyebabkan batuk parah dan menular, terutama berbahaya bagi bayi dan anak-anak. Vaksinasi dan menjaga kebersihan adalah cara utama untuk mencegah penyebarannya.
![Batuk Rejan: Penyebab, Gejala, Pantangan dan Obatnya](https://ciputrahospital.com/wp-content/uploads/2021/11/shutterstock_1149599708-resizee.jpg)
Penyakit ini menyebabkan batuk hebat yang tidak terkendalikan.
Batuk rejan atau pertusis adalah infeksi saluran napas yang sangat menular dan bisa berbahaya, terutama bagi bayi dan anak-anak. Ditandai dengan batuk parah yang bisa bertahan lama, penyakit ini memerlukan perhatian khusus untuk mencegah penyebarannya.
Simak lebih lengkap mengenai batuk rejan, mulai dari pengertian, penyebab, hingga cara mencegahnya di bawah ini.
Apa Itu Batuk Rejan?
Batuk rejan atau pertusis adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini dikenal dengan gejala batuk parah dan berkepanjangan, sering kali disertai suara mengi saat bernapas. Bakteri penyebab penyakit ini mudah menyebar melalui udara dan kontak langsung dengan penderita.
Pencegahan terbaik untuk batuk rejan adalah melalui vaksinasi. Di Indonesia, vaksin pertusis diberikan bersamaan dengan vaksin difteri dan tetanus dalam bentuk vaksin DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus).
Meskipun penyakit ini dapat diobati dengan antibiotik, vaksinasi adalah cara paling efektif untuk mencegah infeksi dan melindungi kesehatan, terutama pada bayi dan anak-anak.
Baca Juga: Apa Penyebab Terjadinya Batuk? Waspadai 7 Pemicunya
Penyebab Batuk Rejan
Batuk rejan disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Bakteri ini dapat menular dengan mudah melalui droplet, atau cipratan liur yang keluar dari hidung atau mulut ketika seseorang bersin, batuk, atau bicara.
Saat Anda tidak sengaja menghirup cipratan tersebut, bakteri dapat masuk ke saluran udara dan menempel pada rambut-rambut kecil di lapisan paru-paru. Bakteri yang telah masuk, dapat menyebabkan pembengkakan dan peradangan.
Hal ini selanjutnya menyebabkan tubuh mengalami batuk kering secara terus menerus dan gejala lain yang nampak seperti pilek pada umumnya. Batuk ini dapat menyerang siapa saja baik usia anak-anak maupun dewasa.
Jika Anda menderita penyakit ini dapat berlangsung 3 sampai 6 minggu lamanya. Lakukan vaksinasi untuk perlindungan dari penyakit ini.
Faktor Risiko Batuk Rejan
Batuk rejan bisa menyerang siapa saja, tetapi beberapa kelompok memiliki risiko lebih tinggi, yaitu:
- Orang yang belum divaksinasi penyakit ini
- Orang yang belum mendapatkan vaksin booster penyakit ini dalam 10 tahun terakhir
- Bayi di bawah usia 6 bulan, karena mereka belum menerima semua dosis vaksin. Risiko ini meningkat jika vaksin untuk usia 6 bulan tidak diberikan tepat waktu
- Orang yang tinggal bersama penderita penyakit ini
Gejala Batuk Rejan
Penyakit ini berkembang melalui beberapa tahap, masing-masing dengan gejala khas yang menggambarkan fase perkembangan infeksi. Berikut adalah fase-fase perkembangan rejan dan gejala yang muncul pada setiap tahapnya:
1. Tahap Awal (Fase Catarrhal)
Pada fase ini, gejala mirip dengan flu biasa dan termasuk batuk ringan, pilek, bersin, dan demam ringan. Ini adalah tahap awal di mana infeksi mulai menyebar dan sangat menular.
2. Tahap Lanjut (Fase Paroksismal)
Gejala utama pada fase ini adalah batuk yang paroksismal atau berkepanjangan, sering kali disertai dengan suara mengi. Batuk biasanya terjadi dalam serangan yang parah, dan mungkin diikuti dengan muntah atau kelelahan. Fase ini dapat berlangsung beberapa minggu.
3. Tahap Pemulihan (Fase Convalescent)
Pada fase pemulihan, batuk mulai berkurang dan gejala secara umum membaik. Namun, batuk ringan bisa bertahan untuk beberapa waktu. Fase ini menandai akhir dari infeksi aktif dan pasien mulai merasa lebih baik secara bertahap.
Diagnosis Batuk Rejan
Untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter akan memulai dengan menanyakan gejala yang dirasakan, riwayat kesehatan pasien, serta melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Selanjutnya, dokter akan melakukan beberapa tes tambahan untuk memastikan diagnosis. Tes tersebut meliputi:
- Pengambilan sampel lendir dari hidung atau tenggorokan untuk mengidentifikasi apakah terdapat bakteri Bordetella pertussis dalam dahak.
- Tes darah untuk memeriksa peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit) yang mengindikasikan adanya infeksi.
- Foto Rontgen dada untuk memeriksa kondisi paru-paru dan saluran pernapasan, serta untuk mendeteksi tanda-tanda peradangan seperti infiltrat atau penumpukan cairan.
Baca Juga: Penyebab Kepala Sakit Saat Batuk dan Cara Mengatasinya
Komplikasi Batuk Rejan
Remaja dan dewasa umumnya pulih dari batuk rejan tanpa masalah berarti. Namun, jika komplikasi terjadi, biasanya disebabkan oleh batuk yang sangat kuat, seperti:
- Tulang rusuk yang memar atau retak
- Hernia
- Pecahnya pembuluh darah di kulit atau bagian putih mata
Pada bayi, terutama yang berusia di bawah 6 bulan, komplikasi penyakit ini bisa lebih serius dan meliputi:
- Pneumonia (radang paru-paru)
- Pernapasan yang lambat atau berhenti
- Dehidrasi atau penurunan berat badan akibat kesulitan makan
- Kejang
- Kerusakan otak
Karena bayi dan balita berisiko tinggi mengalami komplikasi serius akibat batuk rejan, mereka sering kali memerlukan perawatan di rumah sakit. Komplikasi ini bisa mengancam nyawa untuk bayi yang berusia di bawah 6 bulan.
Cara Mengatasi Batuk Rejan
Jika Anda mendeteksi gejala penyakit ini lebih awal dan penyakit ini disebabkan oleh bakteri, dokter biasanya akan meresepkan antibiotik untuk membantu mengobati infeksi. Beberapa jenis antibiotik yang mungkin diresepkan termasuk eritromisin, klaritromisin, doksisiklin, azitromisin, dan trimetoprim/sulfametoksazol.
Bila batuk rejan didiagnosis pada minggu pertama, penting untuk mengonsumsi antibiotik untuk mengurangi penyebaran penyakit kepada orang lain, meskipun antibiotik mungkin tidak banyak meredakan gejala. Mengingat penyakit ini sangat menular, disarankan untuk memakai masker di rumah untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Hindari penggunaan obat yang dijual bebas, penekan batuk, atau ekspektoran (obat yang membuat batuk berlendir) karena obat-obatan ini tidak efektif untuk mengatasi batuk rejan. Jika gejala yang timbul menyebabkan Anda kesulitan minum cukup cairan dan berisiko dehidrasi, segera hubungi dokter untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Cara Mencegah Batuk Rejan
Mencegah penyebaran batuk rejan sangat penting untuk menjaga kesehatan keluarga dan masyarakat. Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan:
- Vaksinasi: Vaksinasi untuk bayi pada usia 2, 4, dan 6 bulan, serta dosis booster pada usia 15-18 bulan, 4-6 tahun, dan 11 tahun. Pertimbangkan vaksinasi juga untuk orang dewasa yang berisiko tinggi.
- Merokok: Hindari merokok dan paparan asap, debu, atau bahan kimia yang dapat memperburuk batuk.
- Makanan Berminyak: Hindari makanan berminyak seperti gorengan yang bisa memperburuk tenggorokan dan peradangan.
- Minuman Berkafein: Hindari minuman berkafein seperti kopi dan teh yang dapat mengurangi hidrasi tubuh.
- Jaga Kebersihan: Cuci tangan secara rutin dengan sabun dan air untuk menghindari penyebaran bakteri penyebab penyakit ini.
- Hindari Kontak Dekat: Jauhi orang yang sedang sakit batuk rejan atau memiliki gejala flu untuk mencegah penularan.
- Terapkan Etika Batuk: Tutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tisu atau siku, dan segera buang tisu yang telah digunakan.
Baca Juga: 10 Penyebab Dada Sakit saat Batuk, Pertanda Apa?
Pengobatan Batuk Rejan ke Dokter
Jika gejala batuk rejan tidak kunjung membaik setelah perawatan rumahan dan malah semakin parah, segeralah konsultasikan ke dokter.
Kunjungi Ciputra Hospital terdekat untuk mendapatkan konsultasi medis. Anda bisa memeriksa layanan kesehatan mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) di Ciputra Hospital.
Cek jadwal dokter Ciputra Hospital dan buat janji dokter lebih mudah. Lindungi kesehatan Anda dan keluarga dengan bantuan Ciputra Hospital!
Telah direview oleh dr. Surya Seftiawan Pratama
Source:
- Better Health. Whooping Cough (Pertussis). Diakses 2024.
- Healthline. Whooping Cough (Pertussis). Diakses 2024.