Ditulis oleh Tim Konten Medis
Penyakit lupus sempat jadi isu yang ingin diketahui banyak orang, ketika artis kenamaan Hollywood Selena Gomez mengidapnya di tahun 2015. Dirinya didiagnosa penyakit lupus, dan sampai harus memperoleh donor ginjal untuk proses pengobatannya. Lupus masuk sebagai salah satu penyakit berbahaya, dan banyak menyerang wanita yang berusia 15-44 tahun. Lantas bagaimana sebenarnya penyakit lupus dapat terjadi? Simak jawabannya di artikel di bawah ini.
Penyakit lupus terjadi akibat sistem kekebalan tubuh berfungsi tidak normal.
Baca Juga: Berapa Lama Penderita Lupus Bisa Bertahan Hidup?
Bagaimana Penyakit Lupus Terjadi?
Lupus merupakan penyakit yang kompleks, bahkan dalam penyebutan sehari-hari penyakit ini memiliki julukan sebagai, “penyakit 1.000 wajah”. Istilah ini mengacu pada gejala yang beraneka ragam dan samar-samar, sehingga sulit untuk mengenali penyakit ini.
Bagaimana lupus dapat terjadi? Kondisi ini dapat muncul ketika sistem kekebalan tubuh tidak lagi berfungsi normal. Dibanding melindungi tubuh dari zat asing berbahaya, ia justru menjadi hiperaktif dan menyerang jaringan normal yang sehat. Adapun gejala lupus bervariatif mulai dari peradangan, pembengkakan, serta kerusakan pada persendian, kulit, ginjal, darah, jantung dan paru-paru.
Baca Juga: Jenis Penyakit Lupus dan Penjelasannya
Apa yang Bermasalah Dalam Sistem Kekebalan Tubuh?
Penyebab utama sistem kekebalan tubuh menjadi bermasalah sampai saat ini belum jelas. Namun, seperti yang kita ketahui sistem kekebalan memiliki fungsi untuk melindungi tubuh dan melawan berbagai zat asing seperti virus, bakteri, dan kuman.
Jika berjalan normal, sistem kekebalan tubuh akan menjalankan fungsinya dengan memproduksi protein yang disebut antibodi. Antibodi diproduksi dari sel darah putih limfosit B. Ketika seseorang memiliki kondisi autoimun, seperti lupus, sistem kekebalan tubuh akan sulit membedakan antara zat berbahaya seperti bakteri atau virus dan jaringan yang sehat. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh akan mengarahkan antibodi terhadap jaringan yang sehat.
Hal ini yang kemudian menyebabkan pembengkakan, nyeri, dan kerusakan jaringan. Saat menderita lupus, jenis autoantibodi yang paling umum berkembang adalah antibodi antinuklear (ANA). ANA bereaksi dengan bagian inti sel, yang bertugas memegang pusat komando sel. Adapun ANA bersirkulasi dalam darah, dan pada beberapa sel tubuh yang memiliki dinding permeabel (dapat ditembus semua zat) autoantibodi dapat lewat dengan mudah. Alhasil autoantibodi ini mulai menyerang DNA dalam inti-inti sel ini.
Tes ANA dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit autoimun termasuk lupus. Tes ini mengukur berapa kali darah Anda harus diencerkan untuk mendapatkan sampel yang tidak memiliki antibodi. Saat melakukan tes ANA, satu hal yang perlu Anda perhatikan yakni bila Anda mendapatkan hasil yang positif, belum tentu Anda menderita lupus, namun bisa merujuk pada kondisi atau penyakit autoimun lainnya. Tes ANA positif saja tidak cukup bagi dokter Anda untuk mendiagnosis lupus. Anda juga membutuhkan setidaknya tiga kriteria lainnya.
Baca Juga: Apakah Lupus Bisa Sembuh?
Faktor yang Memengaruhi Sistem Kekebalan Tubuh Menjadi Bermasalah
Walaupun sampai saat ini penyebab lupus belum jelas. Ada beberapa hal yang diperkirakan dapat menjadi pemicu sistem kekebalan tubuh menyerang tubuh Anda.
1. Genetika
Faktor genetik menjadi hal utama yang patut diperhatikan ketika Anda menderita lupus. Dikutip dari laman Lupus.org, saat ini para peneliti telah mengidentifikasi 50 gen lebih yang dapat dikaitkan dengan lupus. Gen-gen ini lebih sering terlihat pada mereka yang memiliki keluarga dengan riwayat lupus. Meskipun tidak menjadi penyebab secara langsung namun, faktor gen diyakini berkontribusi terhadap hadirnya penyakit lupus dalam tubuh seseorang.
2. Lingkungan
Selain faktor genetika, agen lain yang dapat membawa penyakit lupus adalah lingkungan. Kondisi lingkungan yang banyak mengandung bahan kimia atau virus, dapat membuat orang yang rentan secara genetik, terkena penyakit ini. Selai bahan kimia atau virus, elemen lingkungan lain yang dapat memicu lupus adalah sinar ultraviolet (UVA dan UVB), infeksi (termasuk efek virus Epstein Barr), dan paparan debu silika yang banyak ditemukan di lingkungan pertanian atau industri.
Faktor pemicu yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh, salah satunya ialah kadar hormon.
3. Hormon
Faktor pemicu selanjutnya yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit lupus adalah hormon. Hormon merupakan pembawa pesan yang mengatur banyak fungsi dalam tubuh. Dikarenakan banyak kasus lupus terjadi pada wanita, peneliti mulai melihat hubungan antara estrogen dan lupus. Beberapa studi penelitian menunjukkan bila kadar hormon abnormal, seperti peningkatan kadar estrogen dalam tubuh, dalam menyebabkan penyakit lupus.
Selain tiga faktor di atas, ada beberapa kondisi lain yang dapat memicu penyakit lupus seperti konsumsi obat-obatan sejenis obat sulfa dan obat tetrasiklin, kedua obat ini cukup peka terhadap sinar matahari. Kelelahan, stres emosional, dan trauma juga dapat menjadi pemicu.
Siapa Saja yang Dapat Menderita Lupus?
Siapapun dapat menderita lupus. Meskipun pada kasusnya, penyakit ini banyak terjadi di kalangan wanita usia produktif 15-44 tahun. Namun, lupus dapat pula menyerang pria, anak-anak, atau bahkan bayi baru lahir. Selain jenis kelamin, beberapa etnis tertentu juga memiliki potensi lebih tinggi untuk terkena lupus.
Contohnya pada mereka yang beretnis Afrika-Amerika, Hispanik, Asia, dan penduduk asli Amerika. Sedangkan untuk etnis Kaukasia, potensi terkena penyakit ini cukup rendah. Risiko lain yang membuat Anda terkena lupus adalah ketika Anda memiliki anggota keluarga dengan lupus atau penyakit autoimun lainnya.
Nah sekarang Anda sudah selesai membaca artikel mengenai bagaimana penyakit lupus dapat terjadi. Informasi di atas semoga dapat dipahami dan bermanfaat bagi Anda. Jangan lupa bagikan artikel ini ke keluarga, teman, dan orang terdekat. Tetap jaga kesehatan diri, dan sampai jumpa kembali di artikel kesehatan lainnya.
Telah direview oleh dr. Sony Prabowo
Source: