Ditulis oleh Tim Konten Medis
Tahukah Anda bila jenis penyakit lupus terbagi menjadi beberapa tipe. Setiap tipenya memiliki gejala dan kondisi yang berbeda. Jika saat ini Anda atau orang terdekat sedang terkena lupus, perhatikan gejala dan kondisi yang dialami. Untuk lebih mudah memahaminya, simak penjelasan jenis penyakit lupus di artikel berikut.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) jenis penyakit yang paling umum terjadi.
Baca Juga: Berapa Lama Penderita Lupus Bisa Bertahan Hidup?
Jenis penyakit lupus umumnya terbagi menjadi 4 tipe. Setiap tipe dapat menunjukkan gejala dan pengaruh yang berbeda. Apa saja itu? Berikut penjelasannya.
1. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
SLE merupakan jenis penyakit lupus yang paling umum. Ketika seseorang menyatakan dirinya terkena lupus, kemungkinan mereka mengacu pada jenis ini. Asal muasal nama lupus jenis ini mengacu pada fakta bila mereka dapat mempengaruhi beberapa sistem organ tubuh yang berbeda seperti, ginjal, kulit, sendi, jantung, paru-paru, dan sistem saraf tubuh.
Tingkat keparahan SLE dapat berkisar dari ringan hingga berat. SLE dapat menimbulkan kondisi dari mulai gejala memburuk hingga membaik. Saat gejala sedang memburuk, itu disebut dengan flare. Sedangkan ketika gejala sedang membaik atau bahkan hilang, disebut dengan remisi. Apa saja gejala SLE? Gejalanya yang paling umum meliputi ruam kulit, nyeri atau bengkak pada persendian (arthritis), pembengkakan di kaki dan sekitar mata, kelelehan yang ekstrem, dan demam rendah.
Baca Juga: Bagaimana Penyakit Lupus Terjadi?
2. Lupus Kulit
Berdasarkan laman kesehatan yang membahas secara khusus penyakit lupus, sekitar dua pertiga orang dengan lupus akan menderita beberapa jenis penyakit kulit, yang disebut dengan cutaneous lupus erythematosus. Lupus jenis ini dapat menyebabkan ruam atau luka (lesi), yang sebagian besar akan muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti, wajah, telinga, leher, dan kaki. Lupus kulit masih terbagi menjadi ke beberapa bagian, di antaranya adalah:
- Lupus kulit akut: Jenis lupus kulit ini menyebabkan munculnya “ruam kupu-kupu”. Ruam ini biasa muncul di area pipi dan hidung pasien.
- Lupus kulit subakut: Lupus jenis ini dapat menyebabkan ruam menonjol, berwarna merah, serta bersisik di tubuh. Kondisi ini sering terjadi di area kulit yang sering terpapar sinar matahari, dan biasanya tidak menyebabkan jaringan parut.
- Lupus kulit kronis: Lebih parah dari jenis-jenis sebelumnya, jenis lupus kulit ini menyebabkan ruam ungu atau merah. Selain itu, ia juga dapat menyebabkan perubahan warna kulit, jaringan parut, dan kerontokan rambut. Kondisi ini juga biasa disebut dengan discoid lupus.
Sekitar 40-70 persen penderita lupus akan menemukan bahwa penyakit mereka diperburuk oleh paparan sinar ultraviolet (UV) dari sinar matahari atau cahaya buatan. Oleh karena itu, sebagai upaya preventif hindari paparan sinar matahari secara langsung antara jam 10 pagi dan 4 sore, gunakan sunscreen, pakai pakaian dan topi yang melindungi dari sinar matahari, batasi kegiatan yang membuat Anda harus terpapar lampu neon dalam ruangan.
Salah satu gejala Systemic Lupus Erythematosus (SLE), seperti pembengkakan pada kaki dan persendian.
Baca Juga: Apakah Lupus Bisa Sembuh?
3. Lupus Neonatus
Kondisi ini sangat jarang, dan biasanya hanya terkena pada bayi yang ibunya memiliki antibodi autoimun tertentu. Antibodi autoimun ini disalurkan dari ibu ke janin melalui plasenta. Meskipun begitu, perlu diketahui bila tidak semua ibu yang memiliki antibodi ini memiliki gejala lupus. Faktanya, sekitar 25 persen ibu yang melahirkan anak dengan lupus neonatal tidak memiliki gejala lupus sama sekali.
Namun, diperkirakan pula bila 50% ibu-ibu ini akan menunjukkan gejala dalam rentang waktu 3 tahun. Gejala tersebut termasuk ruam kulit, jumlah sel darah rendah, dan masalah hati setelah lahir. Sedangkan pada bayi mereka mungkin memiliki kelainan jantung, dan sebagian besar bayi yang memiliki gejala, gejalanya dapat hilang setelah beberapa bulan.
Oleh karena autoantibodi (SSA/B) dapat melewati plasenta dan menyebabkan masalah konduksi jantung (heart block), pasien dengan antibodi ini perlu dipantau secara ketat selama masa kehamilan. Pemantauan dapat dilakukan oleh dokter spesialis seperti, dokter spesialis penyakit dalam dan dokter kandungan.
4. Lupus yang Diinduksi Obat
Lupus jenis ini sering disebut dengan Drug Induced Lupus (DIL) atau juga Drug Induced Lupus Erythematosus (DILE). Penggunaan obat resep tertentu dapat menyebabkan lupus jenis ini. Bagaimana hal tersebut dapat terjadi?
DIL berkembang melalui penggunaan obat tertentu yang diresepkan selama beberapa waktu lamanya. Perkembangan penyakit ini biasanya setelah beberapa bulan minum obat. Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan Anda mengembangkan DIL. Beberapa obat tersebut di antaranya adalah:
- Antimikroba, seperti terbinafine (antijamur) dan pirazinamid (obat tuberkulosis)
- Obat antikonvulsan, seperti fenitoin dan valproat
- Obat aritmia, seperti quinidine dan procainamide
- Obat untuk tekanan darah tinggi, seperti timolol dan hydroxyzine
- Biologis, biasa disebut agen anti TNF alpha, seperti infliximab dan etanercept
Lupus jenis ini lebih sering terjadi pada pria, sebab pria yang lebih sering diberi obat ini. Gejala DIL dapat meniru gejala LES, meskipun begitu dalam banyak kasus kondisi ini tidak sampai mempengaruhi organ utama. Namun, DIL tetap dapat menyebabkan perikarditis dan radang selaput dada.
Gejalanya yang umum dari DIL adalah nyeri otot dan sendi (terkadang juga disertai pembengkakan), kelelahan dan demam seperti flu, serositis (peradangan di sekitar paru-paru atau jantung yang menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman). DIL dapat hilang dalam beberapa minggu setelah menghentikan pengobatan yang menjadi pemicu munculnya DIL terjadi.
Jenis penyakit lupus memang bervariasi dan belum diketahui dengan pasti penyebab munculnya. Jika Anda sering mengalami nyeri, kekakuan sendi, ruam kulit terutama di area hidung dan pipi, serta kelelelahan, segera temui dokter untuk melakukan pemeriksaan. Mengetahui gejala lupus di awal, akan memudahkan Anda dalam mengelola gejalanya.
Telah direview oleh dr. Sony Prabowo
Source: