Ditulis oleh Tim Konten Medis
Perdarahan postpartum adalah kondisi medis darurat yang terjadi saat seorang wanita mengalami pendarahan hebat setelah melahirkan. Penyebabnya terjadi karena rahim tidak bisa berkontraksi dengan maksimal untuk menutup pembuluh darah setelah mengeluarkan plasenta bayi. Faktor penyebab yang perlu diwaspadai adalah mengalami plasenta previa, mempunyai gangguan pembekuan darah, hingga obesitas.

Mengutip dari World Health Organization, ada sekitar 14 juta wanita yang mengalami perdarahan postpartum dan mengakibatkan 70 ribu kematian ibu di seluruh dunia setiap tahun. Bahkan, ketika ibu bertahan hidup, mereka tetap membutuhkan prosedur bedah untuk mengendalikan pendarahan
Secara umum, perdarahan postpartum lebih sering terjadi pada kelahiran caesar. Kondisi ini juga disebabkan oleh robeknya serviks atau jaringan vagina.
Pengertian Perdarahan Postpartum
Pendarahan postpartum atau postpartum hemorrhage (PPH) adalah kondisi pendarahan hebat yang terjadi setelah melahirkan. Ini termasuk kondisi medis serius dan berbahaya yang memerlukan penanganan segera mungkin.
PPH menyebabkan tekanan darah menurun sehingga membatasi aliran darah ke jantung, otak, dan organ tubuh lainnya. Ketika tidak mendapatkan cukup darah, organ tidak bisa berfungsi dengan baik dan berpotensi terkena syok hipovolemik.
Perdarahan setelah melahirkan sering kali terjadi ketika Anda kehilangan darah lebih dari 33 ons cairan (1 liter) sehabis persalinan normal atau operasi caesar. Bahkan, kondisi ini berlangsung ketika menunjukkan tanda-tanda kehilangan banyak darah, seperti perubahan detak jantung dan tekanan darah.
Ada dua jenis PPH yang umum yaitu primer dan sekunder. PPH primer berlangsung 24 jam pertama setelah melahirkan. Sementara perdarahan postpartum sekunder atau lanjut terjadi 24 jam hingga 12 minggu pasca persalinan.
Baca Juga: 7 Cara agar Persalinan Normal Lancar, Cepat, Nyaman
Penyebab Perdarahan Postpartum
Setelah bayi lahir, rahim biasanya akan terus berkontraksi (mengencangkan otot rahim) untuk mengeluarkan plasenta. Setelah plasenta keluar, kontraksi ini juga membantu menekan pembuluh darah di area tempat plasenta menempel agar pendarahan berhenti.
Namun, jika rahim tidak berkontraksi dengan cukup kuat (kondisi ini disebut atonia uteri), maka pembuluh darah tersebut bisa terus mengalirkan darah dan menyebabkan perdarahan hebat. Ini menjadi penyebab pendarahan saat melahirkan yang paling umum.
Kondisi yang Berisiko Menyebabkan Perdarahan Setelah Melahirkan
Pencegahan perdarahan postpartum adalah dengan mengidentifikasi orang-orang yang berisiko lebih tinggi mengalami kondisi tersebut. Anda dapat melakukan pemeriksaan rutin untuk mengetahui riwayat medis lengkap.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko pendarahan hebat setelah melahirkan:
- Plasenta previa: Kondisi ketika plasenta menghalangi sebagian atau seluruh serviks pada akhir bulan kehamilan. Gejalanya meliputi pendarahan berwarna merah terang dan kram atau kontraksi ringan pada perut.
- Solusio plasenta: Komplikasi kehamilan yang terjadi saat plasenta terpisah dari rahim sebelum melahirkan. Kondisi ini menimbulkan gejala sakit perut, kontraksi rahim yang lebih intens, dan gerakan janin lebih sedikit.
- Plasenta akreta: Kondisi ketika plasenta menempel terlalu dalam ke dinding rahim. Jika tidak mendapatkan penanganan, plasenta akreta dapat mengancam nyawa.
- Gangguan pembekuan darah: Dalam istilah medis, kondisi ini memiliki sebutan hiperkoagulasi atau trombofilia. Gejalanya bervariasi, termasuk bengkak, nyeri dada, serangan jantung, dan stroke.
- Konsumsi obat-obatan tertentu: Misalnya, menerima obat magnesium sulfat yang digunakan untuk mengatasi gangguan preeklamsia berat.
- Sindrom HELLP: Merupakan komplikasi kehamilan yang langka. Sindrom ini berkaitan dengan preeklamsia dan memiliki gejala yang serupa.
- Obesitas: Ini termasuk penyakit kronis yang memengaruhi kesehatan dan kualitas hidup penderita secara menyeluruh. Obesitas ditandai dengan BMI 30 atau lebih tinggi.
- Terlalu banyak cairan ketuban
- Infeksi pada kantung ketuban: Masalah kehamilan serius yang terjadi ketika selaput yang mengelilingi janin dan cairan ketuban terinfeksi oleh bakteri. Kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi bagi ibu dan janin.
- Usia lanjut: Wanita usia 35 tahun atau lebih berisiko tinggi mengalami pendarahan hebat setelah melahirkan.
- Kondisi lain yang memengaruhi persalinan: Misalnya, pemberian anestesi umum, obat untuk menghentikan kontraksi persalinan, penggunaan forcep atau vakum saat melahirkan, mengalami robekan vagina, dan persalinan caesar.
Baca Juga: Teknik Kelahiran Bayi Sungsang dan Potensi Efek Samping
Cara Mengatasi Perdarahan Setelah Melahirkan
Jumlah perdarahan normal postpartum berkisar kurang dari 500 cc. Lama perdarahan postpartum biasanya berlangsung 3-6 minggu dan berhenti secara bertahap.
Berikut ini adalah beberapa perawatan setelah melahirkan untuk mengatasi pendarahan yang terjadi:
1. Perawatan Mandiri di Rumah untuk Mengatasi Gejala
Pada awalnya, pendarahan yang cukup banyak dapat membuat Anda perlu memakai pembalut khusus dari rumah sakit. Bila pendarahan berkurang, Anda bisa memakai pembalut biasa sama seperti sedang menstruasi.
Pastikan untuk sering mengganti pembalut agar tidak terkena infeksi. Hindari menggunakan tampon atau memasukkan apapun ke dalam vagina setidaknya selama 6 minggu.
Hal ini penting untuk mencegah bakteri masuk ke rahim dan menyebabkan infeksi. Jika memungkinkan, siapkan perlengkapan sanitasi sebelum pulang dari rumah sakit.
Anda dapat mengalami peningkatan pendarahan selama atau setelah beraktivitas fisik, seperti berjalan dan menaiki tangga. Pemulihan setelah melahirkan membutuhkan waktu hingga beberapa minggu.
Perbanyak istirahat dan andalkan orang-orang terdekat, seperti pasangan dan keluarga untuk membantu pekerjaan rumah. Hal ini dapat membantu Anda mengurus diri sendiri dan bayi secara optimal.
2. Perawatan Infus
Penanganan perdarahan pasca melahirkan berfokus untuk menyelamatkan kondisi ibu sambil menangani penyebab utamanya. Tujuannya adalah menjaga aliran darah ke organ-organ tubuh tetap stabil.
Begitu kondisi ini terjadi, dokter dapat memasang infus. Darah ibu juga perlu diperiksa sebagai persiapan apabila memerlukan transfusi darah yang cepat dan banyak.
Selain itu, dokter dapat memantau perkiraan jumlah darah yang hilang. Pemberian cairan infus sesuai kebutuhan pasien.
3. Pemberian Obat Medis
Atonia uteri merupakan penyebab paling umum perdarahan pascapersalinan. Pengobatan kondisi ini biasanya dengan pemberian obat medis untuk merangsang kontraksi rahim.
Meski oksitosin diberikan secara rutin saat persalinan, sekitar 25 persen kasus perdarahan pascapersalinan tetap membutuhkan tambahan obat uterotonik. Penggunaan beberapa jenis obat ini secara bersamaan bisa memberikan efek yang lebih kuat.
Meski oksitosin sering diberikan secara rutin saat persalinan, sekitar 25% kasus perdarahan pasca persalinan tetap membutuhkan tambahan obat uterotonik. Penggunaan beberapa jenis obat ini secara bersamaan bisa memberikan efek yang lebih kuat.
Sebagian besar kasus perdarahan postpartum terjadi saat melahirkan atau setelahnya saat Anda masih di rumah sakit. Jika mengalami pendarahan hebat atau gejala pendarahan pasca persalinan di rumah, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca Juga: Bagaimana Perkembangan Janin dengan Plasenta Previa?
Anda bisa kunjungi rumah sakit Ciputra Hospital terdekat untuk konsultasi kesehatan. Yuk, jaga kesehatan tubuh dengan rutin melakukan medical check up di Ciputra Hospital.
Anda juga bisa konsultasi dan buat janji dengan dokter di Ciputra Hospital terdekat. Cek layanan rumah sakit Ciputra Hospital mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU) selengkapnya sekarang juga.
Telah Direview oleh Dr. Steffe Lie
Source:
- Cleveland Clinic. Postpartum Hemorrhage. Desember 2025.
- Children’s Hospital of Philadelphia. What is Postpartum Hemorrhage?. Desember 2025.
- Healthline. Is Postpartum Bleeding Normal?. Desember 2025.



