Ditulis oleh Tim Konten Medis
Sudah hampir setahun pandemi virus corona menyerang Indonesia. Kasus virus corona terjadi pertama kali di Kota Wuhan, China pada Desember 2019 dan menyebar ke seluruh dunia. Pandemi global ini membuat para ahli berlomba-lomba untuk mencari pengobatan yang tepat untuk pasien COVID-19. Salah satunya dengan pertukaran plasma terapeutik (TPE) dari plasma konvalesen pasien yang sembuh. Nantinya, pendonor plasma darah dari penyintas COVID-19 diperlukan untuk mengurangi tingkat keparahan pasien COVID-19. Lalu seperti apa pengaruh pertukaran plasma terapeutik pada terapi COVID-19? Temukan jawabannya melalui ulasan berikut!

Plasma darah didapat dari penyitas COVID-19 yang telah sembuh.
Pertukaran Plasma Terapeutik vs Plasma Konvalesen
Pertukaran plasma terapeutik (TPE) juga dikenal sebagai plasmapheresis, yaitu menghilangkan dan menggantikan plasma darah pasien. TPE sendiri digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit autoimun. Apakah Anda pernah mendengar mengenai penyakit auto-imun? Ya, penyakit autoimun di mana tubuh mengenali bagian dari dirinya sebagai sel asing dan menghasilkan protein yang disebut autoantibodida. Protein ini ditemukan dalam komponen plasma darah. Tujuan TPE untuk menghapus sejumlah besar agen penyebab penyakit. Pertukaran plasma terapeutik (TPE) untuk menghilangkan sitokin inflamasi yang berlebihan telah dicoba dengan sukses pada COVID-19.
Dihimpun dari International Journal of Infectious Disease, telah dilakukan studi eksplorasi untuk mengevaluasi keamanan dan kemajuan TPE diikuti dengan transfusi plasma darah penyitas COVID-19 kepada 14 pasien dengan COVID-19 kritis yang membutuhkan ventilasi mekanis invasif (IMV). Semua pasien menunjukkan perbaikan gejala dan penurunan penanda inflamasi terutama CRP (p = 0,03). 10 pasien dibebaskan dari IMV setelah median 5,5 (3-36) hari, pasca terapi sekuensial. Kematian hari ke-7 dan hari ke-28 masing-masing adalah 21,4% dan 28,6%.
Durasi rata-rata ICU dan LOS rumah sakit masing-masing adalah 12 (5-42) hari dan 18 (12-47) hari. Tidak ada pasien yang mengalami komplikasi terkait transfusi, tetapi tiga pasien mengembangkan sepsis bakteri sekunder dalam 14 hari terapi, dan satu meninggal. Pada kasus tersebut menunjukkan penggunaan TPE secara berurutan diikuti dengan transfusi plasma darah sebagai pilihan terapeutik pada COVID-19 kritis.
Pengaruh Pertukaran Plasma Terapeutik pada Terapi COVID-19
Salah satu penyebab kematian tertinggi pada pasien COVID-19 disebabkan terjadinya Badai Sitokin (Cytokine Storm) pada tubuh pasien. Badai Sitokin dikenal dengan istilah Sindrom Sitokin Rilis (CRS) atau Sindrom Badai Sitokin (CSS) yang mana terjadi gangguan pernapasan akut dan disfungsi multiorgan, menjadi salah satu penyebab utama kematian pada pasien COVID-19. TPE telah terbukti meningkatkan pembersihan interferon pada pasien dengan vaskulitis terkait hepatitis C. Pada penelitian tersebut tidak ditemukan efek TPE pada obat lain yang digunakan dalam pengobatan COVID-19. Selain laporan kasus yang telah disajikan sebelumnya, pertukaran plasma darah telah digunakan dengan aman sebagai modalitas terapeutik selama pandemi COVID-19. Meskipun demikian, ada kekhawatiran terkait TPE yang berdampak negatif pada suplai darah yang memang menjadi komoditas berharga selama pandemi. TPE dapat digunakan dalam kondisi darurat dan proses penelitian plasma darah pemulihan COVID-19.
Cara Kerja Terapi Plasma Konvalesen
FDA, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat telah mengeluarkan izin sebagai langkah darurat penaganan COVID-19 untuk menggunakan pertukaran plasma terapeutik. Lalu, bagimana cara kerja pertukaran plasma darah ini? Pada dasarnya, plasma darah didapat dari penyintas COVID-19 yang telah sembuh. Pendonor plasma darah ini akan melalui proses pemeriksaan. Sejumlah kecil darah secara bertahap dihilangkan melalui jarum yang dimasukkan dan diedarkan melalui mesin khusus untuk memisahkan bagian darah (sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit). Plasma akan dibuang dalam kantong khusus. Salah satu prosedur ini biasanya menghilangkan 65%-70% protein penyebab penyakit /antibodi dalam plasma.
Plasma darah dari penyintas COVID-19 mengandung antibodi yang dibuat tubuh saat terkena virus. Upaya ini dilakukan untuk menghentikan virus agar tidak masuk ke dalam sel tubuh. Oleh karena itu, plasma darah ini diberikan kepada pasien corona untuk mengurangi tingkat keparahan penyakit.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa, penting untuk mengidentifikasi modalitas terapeutik yang efektif untuk pengobatan COVID-19. TPE membutuhkan penyelidikan sebagai cara untuk menstabilkan pasien yang sakit kritis atau cepat memburuk untuk mengurangi kematian. Terlepas dari kekhawatiran mengenai ketersediaan darah, persetujuan penggunaan darurat oleh FDA uji klinis layak untuk dinilai peran TPE pada pasien COVID-19.
Selain keamanannya secara keseluruhan, uji klinis yang mengevaluasi penggunaan TPE pada ARDS yang diinduksi COVID-19 dan disfungsi multi-organ dapat menjadi terobosan baru untuk lebih mengeksplorasi TPE sebagai strategi pengobatan tambahan dalam pengelolaan pandemi COVID-19 di masa depan. Sebagai langkah darurat penaganan COVID-19 pertukaran plasma terapeutik juga bisa dilakukan di Ciputra Hospital. Kami siap melayani pendonor plasma darah begitu juga penyintas COVID-19 yang membutuhkan layanan tersebut. Meskipun sudah mulai ada upaya pengobatannya, upaya mencegah penyebaran virus corona tetap penting dilakukan. Anda tetap harus menerapkan protokol kesehatan untuk menjaga jarak, menggunakan masker, dan menjaga kebersihan diri.
Telah direview oleh dr. Edwin Halim