Ditulis oleh Tim Konten Medis
Stress dan jerawat dapat saling berinteraksi dalam menciptakan kulit yang semakin terlihat memburuk.
Mungkin beberapa minggu terakhir ini Anda merasa lelah, cemas dan stress dan semua rasa bercampur aduk. Akan tetapi, di saat yang bersamaan, apakah Anda juga memperhatikan kondisi kulit Anda? Mungkin sudah banyak terdapat jerawat yang muncul.
Akan tetapi hal tersebut bukan hanya sekedar imajinasi, seorang profesor dermatologis klinis di University of Texas Southwestern Medical center, Lisa A. Garner, MD, FAAD mengatakan “ketika Anda sudah memiliki kulit berjerawat dan sedang berada dalam situasi pikiran yang stress, maka jerawat Anda akan semakin menjadi – jadi.” dengan kata lain, tekanan emosional tidak akan memicu kasus jerawat baru, tetapi dapat memperburuk masalah pada seseorang yang sudah memiliki kelainan kulit.
Apakah stress Dan Jerawat Berhubungan?
Untuk waktu waktu yang lama, dokter telah menduga bahwa stress dapat memperburuk kulit berjerawat, tetapi bukti sebagian besar bersifat anekdot. Namun dalam dekade terakhir, penelitian menunjukkan bahwa para dokter dapat berada di jalur yang benar.
Pada tahun 2003, sebuah studi Universitas Stanford yang diterbitkan dalam Archives of Dermatology menemukan bahwa mahasiswa memiliki jerawat yang muncul selama ujian, suatu periode di mana mereka melaporkan lebih banyak stress, dibandingkan dengan periode tanpa pengujian. Keparahan jerawat berkorelasi tinggi dengan meningkatnya stress, para peneliti menyimpulkan.
Namun, para ilmuwan tidak tahu persis bagaimana stress memperburuk jerawat, yang membuat stress dan jerawat berhubungan. Mereka tahu bahwa sel-sel yang menghasilkan sebum memiliki reseptor untuk hormon stress, menurut Garner. Sebum adalah zat berminyak yang bercampur dengan sel-sel kulit mati dan bakteri untuk menyumbat folikel rambut, yang mengarah ke jerawat atau kista jerawat.
Ketika seseorang dengan berjerawat mengalami stress, “entah bagaimana, jerawat menjadi semakin parah” kata Garner. Hal ini berarti lebih banyak minyak diproduksi untuk menyumbat folikel rambutagar lebih banyak jerawat terbentuk.
Dalam studi 2007 siswa sekolah menengah di Singapura, para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Wake Forest juga menemukan bahwa jerawat memburuk selama waktu ujian, dibandingkan dengan periode rendah stress, seperti liburan musim panas. Studi ini diterbitkan dalam jurnal medis Swedia, Acta Derm Venereol.
Para peneliti ini berhipotesis bahwa peningkatan jerawat mungkin disebabkan oleh tingkat yang lebih tinggi dari sebum yang diproduksi selama masa-masa stress. Namun, mereka menemukan bahwa tekanan psikologis tidak meningkatkan produksi sebum secara signifikan pada remaja, membuat mereka menyarankan bahwa jerawat yang terkait dengan stress mungkin melibatkan akar penyebab lainnya.
Ketika Tekanan (stress) Menghancurkan Kulit Anda
Terkadang, stress dan jerawat dapat saling berinteraksi dalam menciptakan kulit yang semakin terlihat memburuk. Beberapa orang , ketika sedang merasa stress akan memegang / menyentuh area wajah seperti dagu, dahi, pipi dan hidung. Dari sinilah jerawat tersebut muncul.
Mengobati Jerawat
Apa yang dapat dilakukan untuk mengobati jerawat? “Seseoang tidak dapat menggunakan obat pengurang stress sebagai pengobatan jerawat,” kata Garner.
“Jika saya mengobati rasa stress ini, apakah jerawat saya akan hilang? Tidak,” kata Garner. Anda tidak dapat mengobati jerawat seperti itu.
Bagi banyak orang, jerawat adalah masalah kronis yang tidak hilang begitu saja setelah tidak merasa stress lagi. Hal ini menjadi masalah jangka panjang yang memerlukan perawatan jerawat, yang dapat mencakup benzoil peroxida, retinoid, antibiotik yang dioleskan ke kulit atau diminum, setelah perawatan hormonal dan dalam kasus yang lebih sulit menggunakan isotretinoin (accutane). “Seseorang juga dapat bertemu psikolog atau belajar biofeedback, jika mereka perlu untuk mengurangi tingkat stress yang tinggi secara keseluruhan,” kata Garner.
Reviewed by: dr. Muhammad Reza Yunusi
Source: