Ditulis oleh Tim Konten Medis
Perbedaan bintik merah DBD dan campak terletak pada gejalanya. Bintik merah DBD biasanya tidak gatal dan tidak menonjol, sedangkan ruam campak terasa gatal dan menyebar dari wajah ke seluruh tubuh.

Di negara tropis seperti Indonesia, kasus penyakit infeksi seperti demam berdarah dengue (DBD) dan campak masih cukup tinggi. Kedua penyakit ini memiliki gejala yang serupa di awal kemunculannya, terutama bintik merah tiba-tiba muncul pada kulit.
Hal inilah yang sering membuat masyarakat sulit membedakan antara DBD dan campak, padahal penanganan keduanya sangat berbeda. Demam berdarah adalah penyakit karena adanya virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini dapat berkembang cepat dan menyebabkan pendarahan serius jika tidak tertangani dengan benar. Sementara itu, campak atau measles adalah infeksi virus yang sangat menular, umumnya menyerang anak-anak, dan muncul dengan bintik merah pada kulit yang disertai gatal, demam, serta gejala pernapasan.
Gejala DBD
Demam berdarah dengue (DBD) memiliki gejala awal yang mirip dengan flu, namun bisa memburuk dalam beberapa hari. Gejala DBD meliputi:
- Demam tinggi mendadak (hingga 40,6°C)
- Sakit kepala hebat, terutama di belakang mata
- Nyeri otot dan sendi
- Mual dan muntah
- Kelelahan
- Bintik merah demam berdarah (petekie), yaitu bercak merah kecil pada kulit akibat pendarahan di bawah permukaan kulit
Bintik merah pada penderita DBD biasanya muncul pada hari ketiga atau keempat sejak demam pertama kali terjadi. Bintik merah ini merupakan salah satu indikator penting adanya gangguan pembekuan darah karena menurunnya trombosit.
Baca Juga: Ciri-Ciri Demam Berdarah pada Orang Dewasa
Gejala Campak
Gejala campak pada anak maupun orang dewasa cenderung muncul secara bertahap dalam kurun waktu 7–14 hari setelah terpapar virus. Awalnya, penderita akan mengalami gejala mirip flu, seperti:
- Demam
- Batuk kering
- Pilek
- Mata merah dan sensitif terhadap cahaya
- Bintik putih kecil di dalam mulut (disebut bintik Koplik)
Setelah 3–5 hari demam, akan muncul ruam merah khas yang menyebar dari wajah ke seluruh tubuh. Bercak merah campak umumnya:
- Lebih besar daripada DBD
- Terasa gatal
- Menonjol dan dapat menyatu membentuk area merah yang luas
- Muncul secara bertahap dari atas ke bawah
Perbedaan Bintik Merah DBD dan Campak
Pada fase akut, perbedaan ruam merah akibat demam berdarah (DBD) dan campak menjadi lebih jelas terlihat. Bintik merah akibat DBD umumnya muncul setelah demam tinggi mulai menurun.
Ruam ini tampak seperti bintik-bintik merah terang yang halus, sedikit menonjol dari permukaan kulit, dan biasanya muncul secara merata di seluruh tubuh anak. Umumnya, kondisi ini tidak meninggalkan bekas setelah menghilang.
Sebaliknya, cara membedakan penyakit campak yaitu memiliki pola penyebaran yang khas. Awalnya, ruam muncul di belakang telinga, lalu menyebar ke wajah, turun ke dada dan perut, hingga ke seluruh tubuh.
Bentuk ruamnya berupa papula yang menonjol dari permukaan kulit dan akan menghilang sesuai urutan kemunculannya. Setelah menghilang, ruam campak kerap meninggalkan noda berwarna kecoklatan yang dikenal dengan istilah “copper colored spots”.
Ada cara sederhana untuk membedakan bintik merah akibat DBD dan penyakit lain seperti rash fever (demam ruam). Tekan bintik merah menggunakan ibu jari dan telunjuk.
Jika warna merah memudar saat ditekan dan kembali segera setelah lepaskan, kemungkinan itu adalah rash fever. Namun, bila warna merah tetap terlihat atau baru muncul kembali setelah 2 detik, maka kemungkinan besar itu adalah gejala DBD.
Penyakit Lain yang Mirip dengan Ruam Merah Campak
Setelah ruam muncul biasanya 3 hingga 5 hari setelah gejala awal seperti demam atau batuk ada beberapa penyakit lain yang juga dapat menimbulkan ruam mirip campak. Oleh karena itu, penting untuk mengenali perbedaannya agar tidak keliru dalam penanganan.
Berikut adalah beberapa penyakit yang sering disalah artikan sebagai campak:
1. Infeksi Virus Lain
Beberapa virus seperti cacar air, roseola, rubella, penyakit tangan-kaki-mulut, dan parvovirus juga bisa menyebabkan ruam. Namun, bentuk ruam dan gejala penyertanya biasanya berbeda sehingga dokter bisa membedakannya dengan cukup mudah melalui pemeriksaan fisik.
Baca Juga: Perbedaan Campak dan Rubella, Jangan Sampai Salah!
2. Demam Scarlet dan Sindrom Syok Toksik (TSS)
Kedua penyakit ini karena bakteri Streptococcus grup A. Ruam demam scarlet bisa Anda bedakan lewat gejala khas lainnya.
Sedangkan TSS biasanya muncul tekanan darah rendah dan gangguan fungsi ginjal.
3. Reaksi Alergi Terhadap Obat
Reaksi hipersensitivitas terhadap obat tertentu bisa memunculkan ruam yang menyerupai campak. Namun, jika pasien tidak sedang mengonsumsi obat, kondisi ini bisa cepat teratasi.
Jika masih diragukan, ruam biasanya akan menghilang setelah obat dihentikan.
4. Meningokoksemia
Infeksi bakteri ini mirip dengan meningitis dan bisa menyebabkan ruam serta gejala seperti demam tinggi. Diagnosis bisa Anda pastikan melalui tes darah.
5. Rocky Mountain Spotted Fever
Penyakit bakteri ini ditularkan melalui gigitan kutu dan memiliki gejala yang menyerupai campak, termasuk munculnya ruam. Diagnosis memerlukan tes darah atau biopsi kulit.
6. Mononukleosis Infeksius
Penyakit ini disebabkan oleh virus Epstein Barr. Ruam bisa muncul, terutama jika pasien mengonsumsi antibiotik tertentu. Tes darah diperlukan untuk memastikan diagnosis mono.
Baca Juga: Apakah Demam Berdarah (DBD) Menular ke Orang Lain?
Mengenali penyebab pasti dari ruam merah sangat penting, terutama jika muncul secara mendadak dan disertai gejala lain. Jika Anda mengalami gejala di atas, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang sesuai dengan kondisi tubuh Anda.
Anda bisa kunjungi Ciputra Hospital. Cek informasi lengkap mengenai layanan Ciputra Hospital, mulai dari rawat jalan hingga Medical Check Up (MCU).
Telah direview oleh Dr. Sony Prabowo, MARS
Source:
- National Library of Medicine. Dengue Fever. September 2025.
- Mayo Clinic. Measles. September 2025.
- Vinmec International Hospital. Rash fever can be easily misdiagnosed as measles or dengue fever. September 2025.