Ditulis oleh Tim Konten Medis
Menurut WHO secara global di tahun 2021, sebanyak 1,6 juta orang meninggal akibat tuberkulosis (TBC). Secara global, tuberkulosis atau dikenal sebagai TBC adalah penyebab utama ke-13 dan penyebab kedua infeksi kematian setelah COVID-19. Penyakit TBC dapat diderita oleh berbagai kalangan usia. Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang paling sering menyerang organ paru-paru. Mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah, kekurangan gizi, diabetes, atau perokok akan lebih rentan terinfeksi bakteri TBC. Bagaimana cara mengatasi penyakit TBC? Perhatikan pengobatan-pengobatan berikut!
Pengobatan yang umum untuk TBC aktif adalah isoniazid (INH) dalam kombinasi dengan tiga obat lainnya.
Baca Juga: Gejala dan Pengobatan TBC pada Ibu Hamil
Cara Mengatasi Penyakit TBC Secara Umum
Tuberkulosis atau TBC merupakan sebuah kondisi kesehatan yang serius dan dapat menyebabkan kematian jika tidak diobati. Namun, kematian atau efek samping yang fatal akan jarang terjadi jika pengobatan dilakukan dengan baik hingga selesai. TBC terbagi menjadi dua, yaitu TBC laten dan TBC aktif.
Bagaimana cara mengatasi penyakit TBC? Dikatakan, TBC laten ketika infeksi tidak menimbulkan gejala dan dapat diatas dengan terapi pencegahan. Terapi pencegahan yang umum dengan pemberian dosis harian berupa antibiotik isoniazid (INH). Antibiotik berbentuk pil tunggal yang dikonsumsi selama enam sampai sembilan bulan. Sementara TBC aktif mendapatkan pengobatan kombinasi antibakteri dengan minum obat selama enam hingga dua belas bulan.
Pengobatan yang umum untuk TBC aktif adalah isoniazid (INH) dalam kombinasi dengan tiga obat lainnya, seperti rifampisin, etambutol, dan pirazinamid. Pengobatan harus diselesaikan sesuai dosis dan rentan waktu yang telah ditentukan. Jika tidak maka infeksi bakteri TBC akan membentuk resistensi terhadap obat dan sulit diobati ke depannya. Penderita TBC lebih baik menjaga jarak dengan orang-orang terdekat untuk menghindari penularan bakteri TBC kepada mereka.
Baca Juga: Bagaimana Kondisi Paru-paru pada Penderita Tuberkulosis TBC?
Bagaimana Cara Mengatasi Penyakit TBC Berdasarkan Regimen Pengobatan?
Regimen pengobatan TBC bervariasi dalam durasi regimen, jenis dan dosis obatnya, serta frekuensi pemberian obat. Regimen pengobatan 4 bulan terdiri dari rifapentin harian dosis tinggi dengan moksifloksasin, isoniazid, dan pirazinamid. Sedangkan, rejimen pengobatan 6 bulan terdiri dari rifapentin, isoniazid, pirazinamid, dan etambutol. CDC merekomendasikan rejimen pengobatan 4 bulan sebagai pilihan untuk mengobati penyakit TBC paru yang disebabkan oleh organisme yang tidak diketahui atau diduga resisten terhadap obat. Penderita TBC yang dianjurkan untuk menerima rejimen pengobatan 4 bulan, antara lain:
- Orang berusia dua belas tahun ke atas
- Orang dengan berat badan di atas atau sama dengan 40 kg
- Penderita HIV dengan jumlah CD 4 atau di atas 100 sel/mikroliter
- Orang yang tidak memiliki kontraindikasi untuk regimen ini
- Orang dengan kultur sputum negatif atau beban mikrobakteri rendah menurut penilaian dokter
TBC dapat diobati dengan terapi pencegahan menggunakan pil tunggal berupa antibiotik isoniazid (INH).
Pengobatan regimen 6 bulan untuk mengatasi penyakit TBC dapat digunakan sebagian besar penderita TBC. Pasien akan diberikan resep dan dosis yang disesuaikan dengan keparahan penyakit, kondisi kesehatan, dan komplikasi penyakit lainnya. Penderita TBC baik pada regimen 4 bulan maupun 6 bulan harus menghabiskan obat mereka dan meminum obat persis seperti yang ditentukan. Jika penderita berhenti minum obat lebih cepat dari yang ditentukan, maka akan berpotensi untuk menularkan penyakit TBC ke orang lainnya. Ada beberapa efek samping yang mungkin dialami oleh penderita, meliputi:
- Sakit perut, mual, muntah, hingga kehilangan nafsu makan
- Kesemutan atau mati rasa pada tangan dan kaki
- Kulit mulai terasa gatal, ruam, atau timbul memar
- Penglihatan berubah atau menjadi kabur
- Area kulit atau mata berubah kekuningan
- Warna urin berubah menjadi lebih gelap
Baca Juga: Tuberkulosis: Ancaman di Tengah Covid-19
Pengobatan yang diberikan kepada pasien mungkin akan menimbulkan efek samping pada beberapa penderita. Jika timbul efek samping yang mulai terlihat tidak biasa atau bahkan tidak kunjung membaik. Segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan tepat terkait pemberian obat TBC.
Tuberkulosis atau dikenal sebagai TBC merupakan penyakit infeksi paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit TBC rentan menyerang orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, kekurangan gizi, orang obesitas, dan perokok aktif maupun pasif. Tuberkulosis atau TBC memiliki beberapa jenis gejala aktif (TBC aktif), seperti kehilangan nafsu makan, demam tinggi, muncul keringat pada malam hari, dan sering kelelahan. Namun, ada juga yang tidak menimbulkan gejala (TBC laten).
Lalu, bagaimana cara mengatasi penyakit TBC? TBC dapat diatas atau diobati dengan terapi pencegahan menggunakan pil tunggal berupa antibiotik isoniazid (INH). Selain itu, ada juga dua regimen pengobatan yang dapat diberikan yaitu regimen pengobatan 4 bulan dan regimen pengobatan 6 bulan. Regimen pengobatan 4 bulan terdiri dari rifapentin harian dosis tinggi dengan moksifloksasin, isoniazid, dan pirazinamid.
Sedangkan, regimen pengobatan 6 bulan terdiri dari rifapentin, isoniazid, pirazinamid, dan etambutol. Setiap pengobatan memiliki efek samping, dosis, dan segmen tersendiri. Maka dari itu, ada baiknya untuk berkonsultasi dan memeriksakannya ke dokter guna mendapatkan penanganan yang tepat.
Telah direview oleh dr. Sony Prabowo
Source: